Fisiologi Saluran Pernapasan Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernapasan

44 oleh makrofag ke pembuluh limfa atau bronkiolus dan akhirnya dibuang oleh escalator mukosiliaris West, 1985:10; West, 1987:66 Price Wilson, 1992:521 dalam Mukono, 1997.

2.4.2 Fisiologi Saluran Pernapasan

Proses fisiologis pernapasan dapat dibagi menjadi dua stadium, yaitu: 1. Stadium Ventilasi Stadium ini adalah masuknya campuran gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar, karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot pernapasan. Pembesaran toraks tiga arah, yaitu mencakup anteroposterior, lateral, dan vertikal. Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru karena selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus oleh kerja mekanik otot. Terjadinya perubahan pada ventilasi dapat diperkirakan dengan tes faal paru West, 1985:11-17; West, 1987:3-10, Price Wilson, 1992:521-522 dalam Mukono, 1997. 2. Stadium Transportasi a. Difusi Difusi merupakan stadium dari proses pernapasan, yang mencakup proses difusi gas melintasi membran antara alveolus kapiler yang tipis dengan tebal kurang dari 0,5 mikron. Tekanan parsial oksigen dalam darah vena campuran PVO 2 dalam kapiler paru-paru besarnya sekitar 40 mmHg. Tekanan parsial oksigen dalam kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus PAO 2 =103 mmHg. Oleh karena itu oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke dalam aliran darah. Selisih tekanan CO 2 antara darah dan Universitas Sumatera Utara 45 alveolus yang jauh lebih rendag 6 mmHg menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam alveolus Price Wilson, 1992:522 dalam Mukono, 1997. b. Hubungan Ventilasi-Perfusi Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi udara dalam paru-paru dan perfusi aliran darah dalam kapiler Price Wilson, 1992:523 dalam Mukono, 1997. c. Transpor Oksigen dalam Darah Oksigen dapat ditranspor dari paru-paru ke jaringan melalui dua jalan, yaitu secara fisik larut dalam plasma dan secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin HbO 2 . Dalam transport oksihemoglobin dikatakan bahwa satu gram hemoglobin dapat berikatan dengan 1,34 ml oksigen. Karena konsentrasi hemoglobin rata-rata dalam darah laki-laki dewasa besarnya sekitar 15 gram per 100 ml, maka apabila darah sangat jenuh, 100 ml darah dapat mengangkut 20,1 ml oksigen. Pada tingkat jaringan, oksigen mengalami disosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam plasma. Dari plasma, oksigen masuk ke dalam sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen dari jaringan yang bersangkutan. Sebanyak 75 hemoglobin masih berikatan dengan oksigen pada waktu hemoglobin kembali ke paru-paru dalam bentuk darah vena campuran. Jadi hanya sekitar 25 oksigen dalam darah arteri yang digunakan oleh jaringan. Hemoglobin yang melepaskan oksigen pada tingkat jaringan, disebut hemoglobin tereduksi. Afinitas hemoglobin dengan Universitas Sumatera Utara 46 oksigen ditunjukkan dengan kurva yang dikenal sebagai kurva disosiasi oksihemoglobin. Kurva tersebut menyatakan afinitas hemoglobin terhadap oksigen pada berbagai tekanan parsial. Pergeseran kurva disosiasi HbO 2 disebut dengan efek Bohr. d. Transpor Karbon Dioksida dalam Darah Transport CO dari jaringan ke paru-paru untuk dibuang, dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1. Sekitar 10 CO 2 secara fisik larut dalam plasma. 2. Sekitar 20 CO 2 berikatan dengan gugus amino pada Hb karbaminohemoglobin dalam sel darah merah. 3. Sekitar 70 ditranspor sebagai bikarbonat plasma. Price Wilson, 1992:526 dalam Mukono, 1997.

2.5 Pengaruh NO