50
2.6.1 Gejala – gejala Gangguan Saluran Pernapasan
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Price dan Wilson dalam Buku Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit 2005, yang termasuk gejala-
gejala pada gangguan saluran pernapasan adalah: a. Batuk
Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk
membersihkan saluran napas bagian bawah , dan banyak orang dewasa normal yang batuk beberapa kali setelah bangun pagi hari untuk membersihkan trakea dan faring
dari sekret yang terkumpul selama tidur. Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit pernapasan. Segala jenis batuk yang berlangsung lebih dari tiga minggu
harus diselidiki untuk memastikan penyebabnya. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik,
kimia, dan peradangan. Inhalasi asap, debu, dan benda-benda asing kecil merupakan penyebab batuk yang paling sering. Perokok seringkali menderita batuk kronik karena
terus menerus menghisap benda asing asap, dan saluran napasnya sering mengalami peradangan kronik. Batuk dapat bersifat produktif, pendek, dan tidak produktif, keras
dan parau seperti ada tekanan pada trakea, sering, jarang, atau paroksismal serangan batuk yang intermitten.
b. Batuk dengan Sputum Orang dewasa normal menghasilkan mukus sekitar 100 ml dalam saluran napas setiap
hari. Mukus ini diangkut menuju faring dengan gerakan pembersihan normal silia yang melapisi saluran pernapasan. Kalau terbentuk mukus yang berlebihan, proses
Universitas Sumatera Utara
51
normal pembersihan mungkin tak efektif lagi, sehingga akhirnya mukus tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus dibatukkan keluar
sebagai sputum. Pembentukan mukus yang berlebihan, mungkin disebabkan oleh gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi pada membran mukosa.
Sputum yang terbentuk perlu dievaluasi bagaimana sumber, warna, volume, dan konsistensinya. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan
kemungkinan besar berasal dari sinus atau saluran hidung, dan bukan dari saluran napas bagian bawah. Sputum dengan jumlah yang banyak dapat menyatakan adanya
abses paru, sedangkan proses pembentukan sputum yang yang terus meningkat dalam waktu bertahun-tahun merupakan tanda bronkitis kronis, atau bronkiektasis.
Warna sputum juga penting. Sputum yang berwarna kekuning-kuningan menunjukkan infeksi. Sputum yang berwarna hijau merupakan petunjuk adanya
penimbunan nanah. Warna hijau timbul karena adanya verdoperoksidase yang dihasilkan oleh leukosit polimorfonuklear PMN dalan sputum. Sputum yang
berwarna hijau sering ditemukan pada bronkiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkiolus yang melebar dan terinfeksi. Banyak penderita infeksi pada saluran
napas bagian bawah mengeluarkan sputum berwarna hijau pagi hari, tetapi ketika sudah siang berubah menjadi kuning. Fenomena ini disebabkan oleh penimbunan
sputum pada malam hari, disertai dengan pengeluaran verdoperoksidase. Sifat dan konsistensi sputum juga diperlukan sebagai informasi yang berguna.
Sputum yang berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru-paru akut. Sputum yang berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau putih merupakan tanda
Universitas Sumatera Utara
52
bronkitis kronik, sedangkan sputum yang berbau busuk merupakan pertanda adanya abses paru-paru atau bronkiektasis.
c. Batuk Darah Hemoptisis Hemoptisis adalah istilah yang dinyatakan untuk menyatakan batuk darah, atau
sputum yang berdarah. Setiap proses yang mengganggu kesinambungan pembuluh darah paru-paru dapat mengakibatkan perdarahan. Batuk darah merupakan suatu
gejala yang serius dan dapat merupakan manifestasi pertama dari tuberkulosis aktif. Penyebab hemoptisis yang lain adalah: karsinoma bronkogenik, infark paru-paru,
bronkiektasis, dan abses paru. Sputum yang mengandung darah sehingga berwarna seperti karat merupakan cirri khas yang sering ditemukan pada pneumonia
pneumokosus. Sputum yang berwarna merah bata terdapat pada pneumonia Klebsiella. Jika darah atau sputum yang mengandung darah dibatukkan, perlu
ditentukan apakah sumbernya memang berasal dari saluran napas bagian bawah dan bukan dari saluran hidung atau saluran cerna. Darah yang berasal dari saluran cerna
hematemesis biasanya berwarna gelap mirip warna kopi dan disertai mual, muntah, dan anemia. Darah yang berasal dari saluran napas bawah di bawah glotis
biasanya berwarna merah cerah, berbusa, dan terdapat riwayat batuk dengan atau tanpa anemia. Darah yang berasal dari saluran napas atas misalnya, darah dari
hidung setelah tonsilektomi bila sering ditelan, dapat terlihat seperti darah dari bagian pencernaan ketika dimuntahkan.
d. Sesak Napas Dispnea
Sesak napas atau dispnea adalah perasaan sulit bernapas dan merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonar. Seseorang yang mengalami dispnea sering
Universitas Sumatera Utara
53
mengeluh napasnya menjadi pendek atau merasa tercekik. Sesak napas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit. Orang normal akan mengalami hal yang sama setelah
melakukan kegiatan fisik dalam tingkat-tingkat yang berbeda. Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan untuk menimbulkan dispnea bergantung
pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat, jenis latihan fisik dan terlibatnya emosi dalam melakukan kegiatan tersebut. Dispnea yang terjadi pada seseorang harus
dikaitkan dengan tingkat aktivitas minimal yang menyebabkan dispnea, untuk menemukan apakah dispnea terjadi setelah aktivitas sedang atau berat, atau terjadi
pada saat istirahat.
Tabel 2.3 Kriteria Sesak Napas Skala Dispnea
Tingkat Derajat
Kriteria
Normal Tidak ada kesulitan bernapas kecuali
dengan aktivitas berat. 1
Ringan Terdapat kesulitan bernapas, napas pendek-
pendek ketika terburu-buru atau ketika berjalan menuju puncak landai.
2 Sedang
Berjalan lebih lambat daripada kebanyak orang berusia sama karena sulit bernapas
atau harus
berhenti berjalan
untuk bernapas.
3 Berat
Berhenti berjalan setelah 90 meter untuk bernapas atau setelah berjalan beberapa
menit.
4 Sangat Berat
Terlalu sulit
untuk bernapas
bila meninggalkan rumah atau sulit bernapas
ketika memakai atau membuka baju.
Sumber: Data dari Brooks SM, chairman: ATS News 8:12-16, 1982.
Universitas Sumatera Utara
54
e. Nyeri Dada Ada beberapa penyebab nyeri dada, tetapi nyeri yang paling khas adalah nyeri
akibat radang pleura pleuritis. Hanya lapisan parietalis pleura yang merupakan sumber nyeri karena pleura viseralis dan parenkim paru dianggap sebagai organ yang
tidak peka. Secara umum pleuritis terjadi secara mendadak, tetapi dapat juga timbul secara
bertahap. Nyeri terjadi pada tempat peradangan dan biasanya tempat peradangan dapat diketahui dengan tepat. Nyeri dapat diperberat dengan batuk, bersin dan napas
yang dalam, sehingga pernapasan menjadi cepat dan dangkal, serta menghindari gerakan-gerakan yang tidak diperlukan. Nyeri dapat sedikit diredakan dengan
menekan daerah yang terkena peradangan tersebut. Penyebab utama nyeri pleuritik ini adalah infeksi paru atau infark, meskipun keadaan seperti itu juga dapat diderita
tanpa timbulnya nyeri. Seseorang dengan pneumotoraks atau atelektasis berat kadang-kadang dapat mengalami nyeri dada yang diduga akibat tarikan pada pleura
parietalis karena adanya perlekatan dengan pleura viseralis. Nyeri pleura harus dibedakan dari penyebab nyeri dada yang lain, seperti iskemia miokardial,
perikarditis, kostokondrosis, dan herpes zoster disebabkan terkenanya nervus interkostalis.
2.7 Industri