Demografi Proses Pembakaran Batu Bata di Kecamatan Pagar Merbau

74

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Pagar Merbau memiliki luas wilayah + 62,89 km 2 terletak pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut dan beriklim tropis yang terdiri dari 16 desa dan 70 dusun. Adapun batas wilayah Kecamatan Pagar Merbau adalah sebagai berikut: - Sebelah Timur : Berbatasan dengan Sei Ular Perbaungan Sergai - Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa - Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam - Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Galang

4.1.2 Demografi

Jumlah penduduk Kecamatan Pagar Merbau hingga akhir 2015 adalah 37.150 orang dengan rumah tangga berjumlah 8.556 KK dengan komposisi mata pencaharian penduduk terdiri dari: Petani 17 , buruh 34,9, pedagang 7,83, Pegawai NegeriABRI 1, karyawan swasta dan karyawan perkebunan 17,83 dan lain-lain seperti pengrajin batu bata, pengusaha salon, dan sebagainya sebesar 21,4. Jumlah pengrajin batu bata yang berhasil di data oleh Kecamatan Pagar Merbau pada tahun 2015 adalah 265 pengrajin batu bata dengan keterangan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 75 Tabel 4.1 Jumlah Pengrajin Batu Bata di Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2015 No. Nama Desa Jumlah Pengrajin Batu Bata 1. Desa Tanjung Mulia 87 orang 2. Desa Tanjung Garbus Kampung 26 orang 3. Desa Sukamulia 30 orang 4. Desa Sidodadi 9 orang 5. Desa Jati Baru 17 orang 6. Desa Purwodadi 50 orang 7. Desa Pasar Miring 25 orang 8. Desa Pagar Merbau II 7 orang 9. Desa Pagar Merbau I 4 orang 10. Desa Sukamandi Hilir 2 orang 11. Desa Jati Rejo 8 orang Jumlah 265 orang Sumber: Kantor Camat Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2015 4.2 Proses Pembakaran Batu Bata 4.2.1 Bahan Bakar yang Digunakan dalam Proses Pembakaran Batu Bata Bahan bakar yang digunakan dalam proses pembakaran batu bata di Kecamatan Pagar Merbau adalah kayu bakar yaitu sejenis kayu rambung atau kayu dari tanaman karet dan ditambah dengan limbah sawit yang sudah dikeringkan. Kayu rambung dipilih karena dinilai lebih tahan lama pada saat dibakar. Penambahan limbah sawit yang sudah kering bertujuan untuk menghemat biaya bahan bakar karena harga kayu rambung yang dinilai cukup mahal oleh para pengrajin batu bata. Pada setiap proses pembakaran, jumlah kayu bakar dan limbah sawit kering yang digunakan bisa mencapai 20 ton. Universitas Sumatera Utara 76

4.2.2 Proses Pembakaran Batu Bata di Kecamatan Pagar Merbau

Proses pembakaran batu bata merupakan tahap yang paling akhir dan paling menentukan. Batu bata yang siap dibakar adalah batu bata yang sudah cukup kering yang sudah dijemur paling tidak selama seminggu tergantung panas matahari. Batu bata yang sudah kering kemudian disusun dalam kilang dapur sesuai jumlah yang diinginkan. Jumlah batu bata yang dibakar biasanya sekitar 20.000-100.000 batu bata. Setelah batu bata selesai disusun, langkah selanjutnya adalah memasukkan bahan bakar melalui lubang-lubang yang berada di tepi bawah kilang dapur. Semakin banyak batu bata yang dibakar maka semakin banyak juga asap yang dihasilkan. Proses pembakaran memakan waktu hingga 3 hari 2 malam tergantung tingkat kekeringan batu bata. Batu bata yang sedang dibakar harus dipantau setiap satu jam sekali agar api pembakaran tidak padam. Kayu bakar dan limbah sawit kering dimasukkan secara perlahan-lahan untuk menjaga keseimbangan api pembakaran. Batu bata yang sudah matang ditandai dengan berkurangnya asap pada permukaan atap kilang dapur. Asap yang terlihat tidak lagi berwarna hitam pekat. Setelah itu batu bata yang sudah matang dibiarkan selama 2-3 hari untuk proses pendinginan, lalu siap untuk dipasarkan.

4.3 Kadar NO