Hubungan Kadar NO Hubungan Lama Paparan NO

89 disebut dengan siklus fotolitik NO 2 dan merupakan akibat langsung dari interaksi antara sinar matahari dengan NO 2 . Menurut Mukono 2008, apabila udara tercemar oleh gas NO 2 dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru-paru dan kulit. Iritasi terhadap paru-paru akan menyebabkan edema paru-paru setelah terpapar oleh gas NO 2 selama 48 – 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal. Menurut Kristanto 2002, pemberian sebanyak 5 ppm NO 2 selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernapas.

5.2 Hubungan Kadar NO

2 pada Proses Pembakaran Batu Bata Secara Tradisional Dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pengrajin Batu Bata Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar NO 2 di udara pada kelompok pengrajin batu bata yang memiliki keluhan pernapasan dengan kelompok pengrajin batu bata yang tidak memiliki keluhan pernapasan di Kecamatan Pagar Merbau tahun 2016. Jumlah pengrajin batu bata yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan lebih tinggi dibanding jumlah pengrajin batu bata yang tidak memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan meskipun kadar NO 2 pada ke lima kilang tidak jauh berbeda. Kadar NO 2 yang paling tinggi adalah pada kilang ke lima, namun proporsi kelompok responden yang paling banyak memiliki keluhan pernapasan bukan pada kilang ini melainkan pada kilang kedua dengan kadar NO 2 yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena metabolisme dan daya tahan tubuh setiap orang berbeda-beda. Kepekaan tubuh dalam menanggapi rangsangan dari gas iritan juga berbeda-beda. Selain itu sistem pertahanan tubuh Universitas Sumatera Utara 90 pekerja juga dipengaruhi oleh karakteristik pekerja seperti umur, jenis kelamin, dan masa kerja. Karakteristik pekerja yang beragam mengakibatkan kerentanan pekerja terhadap keluhan pernapasan juga berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan Soemirat 1994 yang menyatakan, selain dosis gas pencemar yang diterima tubuh, terdapat beberapa faktor lain yang dapat menentukan terjadinya efek atau keluhan pada seseorang, yaitu perlakuan tubuh terhadap zat tersebut, sensitivitas tubuh terhadap zat tersebut, dapat atau tidaknya zat tersebut berakumulasi di dalam tubuh serta banyaknya zat yang dapat dikeluarkan oleh tubuh.

5.3 Hubungan Lama Paparan NO

2 dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pengrajin Batu Bata Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama paparan dengan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pengrajin batu bata. Sebagian besar responden yang bekerja selama 8 jam memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan, sedangkan separuh responden yang bekerja 8 jam memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan. Jumlah responden yang bekerja selama 8 jam lebih banyak memiliki keluhan pernapasan dibandingkan dengan responden yang bekerja 8 jam. Hal ini disebabkan karena pada umumnya jam kerja di Indonesia adalah 8 jamhari, yaitu sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 51 Tahun 1999. Selain itu, kadar NO 2 pada 5 titik pengukuran tidak ada yang melebihi baku mutu. Baku mutu udara ambien untuk NO 2 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah 400 µgm 3 . Kadar NO 2 yang tertinggi hanya mencapai 63,20 µgm 3 . Universitas Sumatera Utara 91 Meskipun lama paparan tidak memiliki hubungan dengan keluhan pernapasan pada pekerja, namun jumlah pekerja yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan lebih besar dibanding pekerja yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor lain, seperti umur, jenis kelamin, dan masa kerja pengrajin yang memiliki hubungan dengan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pengrajin batu bata. Semakin bertambahnya umur, maka kualitas paru-paru dapat memburuk dengan cepat dan menyebabkan fungsi dari organ tubuh pekerja termasuk saluran pernapasan akan semakin berkurang. Volume dan kapasitas paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 lebih kecil daripada pria. Volume dan kapasitas paru yang lebih kecil inilah yang dapat menyebabkan perempuan lebih mudah mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan. Semakin lama masa kerja seseorang, maka akan semakin lama terpajan gas iritan sehingga semakin mengganggu kesehatan paru-paru pekerja. Selain pengaruh dari beberapa karakteristik tersebut, hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain sesuai dengan Soemirat 1994 yang menyatakan, selain dosis gas pencemar yang diterima tubuh, terdapat beberapa faktor lain yang dapat menentukan terjadinya efek atau keluhan pada seseorang, yaitu perlakuan tubuh terhadap zat tersebut, sensitivitas tubuh terhadap zat tersebut, dapat atau tidaknya zat tersebut berakumulasi di dalam tubuh serta banyaknya zat yang dapat dikeluarkan oleh tubuh. Universitas Sumatera Utara 92 5.4 Hubungan Karakteristik Pengrajin Batu Bata dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pengrajin Batu Bata Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan keluhan pernapasan pada pengrajin batu bata. Pada umumnya responden yang berumur 40 tahun memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan. Sedangkan pada responden yang berumur 40 tahun lebih sedikit yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur responden maka resiko mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan akan semakin besar. Semakin lama umur seseorang maka metabolisme serta daya tahan tubuhnya akan semakin menurun. Kemampuan sel-sel tubuh dalam menangkal zat radikal bebas akan semakin berkurang, sehingga lebih rentan terkena gangguan saluran pernapasan. Hal ini didukung oleh Ertika 2014 yang menyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap perkembangan paru-paru, semakin bertambahnya umur maka kualitas paru-paru dapat memburuk dengan cepat dan menyebabkan fungsi dari organ tubuh pekerja termasuk saluran pernapasan akan semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan penelitian Sembiring 2002 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan gejala gangguan saluran pernapasan.Faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit dan gangguan kesehatan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Khaerani 2009 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan dengan tingkat keeratan sedang antara umur dengan keluhan gangguan saluran pernapasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan gangguan saluran pernapasan pada pengrajin batu bata. Seluruh Universitas Sumatera Utara 93 responden berjenis kelamin perempuan memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan sedangkan pada responden berjenis kelamin laki-laki hanya separuh yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan. Pada umumnya perempuan lebih rentan mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan. Jumlah tenaga dan kekuatan otot perempuan pada umumnya lebih rendah dibanding laki-laki. Dalam jenis pekerjaan yang memerlukan tenaga lebih besar seperti pengrajin batu bata, tidak banyak perempuan yang dijadikan pekerja. Hal ini sesuai dengan Nurrahman, dkk yang mengutip dari Guyton 2002, yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi gangguan fungsi paru adalah jenis kelamin. Hal ini disebabkan jenis kelamin memiliki kapasitas paru yang berbeda. Volume dan kapasitas paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 lebih kecil daripada pria. Volume dan kapasitas paru yang lebih kecil inilah yang dapat menyebabkan perempuan lebih mudah mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gangguan saluran pernapasan pada pengrajin batu bata. Sebagian besar responden yang bekerja 5 tahun memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan, sedangkan responden yang bekerja 5 tahun lebih sedikit yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama masa kerja responden maka resiko memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan akan semakin besar. Semakin lama masa kerja responden, maka semakin lama pula ia terpapar dengan gas iritan. Gas-gas iritan yang terhirup setiap harinya akan terakumulasi dalam tubuh sehingga lama kelamaan bersifat kronis dan dapat menimbulkan keluhan gangguan saluran pernapasan. Hal ini didukung oleh penelitian Universitas Sumatera Utara 94 Saputra dan Hariyono 2016 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pekerja pabrik di PT. Madubaru. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Sembiring 2002 yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gangguan pernapasan, maka semakin lama masa kerja seseorang, maka akan semakin lama terpajan gas iritan sehingga semakin mengganggu kesehatan paru-paru pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan APD masker dengan gangguan saluran pernapasan pada pengrajin batu bata. Seluruh responden yang menggunakan masker ketika bekerja, tidak memiliki keluhan pernapasan, sedangkan sebagian besar responden yang tidak menggunakan masker memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan. Masker berperan penting dalam melindungi saluran pernapasan pekerja dari paparan gas iritan. Penggunaan masker dapat menghalangi masuknya gas iritan ke dalam saluran pernapasan pekerja. Hal ini sesuai dengan Suma’mur 2009 yang menyatakan salah satu alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi alat pernapasan adalah masker yang dapat mengurangi resiko paparan gas berbahaya dalam lingkungan kerja. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Khaerani 2009 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan penggunaan APD masker dengan keluhan gangguan saluran pernapasan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Noviyanti 2014 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara penggunaan masker terhadap gangguan fungsi saluran pernapasan pada pekerja unit packer PT. Semen Indonesia Pabrik Tuban. Universitas Sumatera Utara 95

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN