83
Tabel 4.10 Hasil Analisis Proporsi Kelompok Responden yang Memiliki Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Tiap Kilang Batu
Bata di Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2016
No Nama Kilang
Batu bata Kadar NO
2
µgm
3
Jumlah Responden
Keluhan pernapasan Ya
Tidak n
n
1. 2.
3. 4.
5. Kilang I
Kilang II Kilang III
Kilang IV Kilang V
43,33 45,47
44,21 49,95
63,20 9
7 8
7 9
7 8
4 2
6 77,8
88,9 50
28,6 66,7
2 1
4 5
3 22,1
11,1 50
71,4 33,3
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase responden yang paling banyak memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan terdapat pada kilang II
dengan kadar NO
2
sebesar 45,47 µgm
3
88,9, sedangkan persentase responden yang paling sedikit memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan terdapat pada
kilang IV dengan kadar NO
2
sebesar 49,95 µgm
3
28,6.
4.8 Hubungan Lama Paparan NO
2
dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pengrajin Batu Bata
Hubungan lama paparan NO
2
dengan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pengrajin batu bata dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11 Hasil Analisis Lama Paparan NO
2
dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pengrajin Batu Bata di Kecamatan Pagar
Merbau Tahun 2016 Lama
paparan Keluhan Pernapasan
p Ya
Tidak n
n
1. 8 jam 20
66,7 10
33,3 0,457
2. 8 jam 5
50 5
50
Universitas Sumatera Utara
84
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang bekerja selama 8 jam memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan 66,7, dan
separuh responden yang bekerja 8 jam memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan 50. Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji fisher exact
diperoleh nilai p0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara lama paparan dengan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pengrajin batu bata.
4.9 Hubungan Karakteristik Pengrajin Batu Bata dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pengrajin Batu Bata
Karakteristik pengrajin batu bata yang menjadi variabel penelitian dalam analisis bivariat adalah umur, jenis kelamin, masa kerja, dan penggunaan masker.
Tabel 4.12 Hasil Analisis Karakteristik Pengrajin Batu Bata dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pengrajin Batu Bata di
Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2016
No Karakteristik
Responden Keluhan Pernapasan
Total p
RP Ya
Tidak n
n n
1. Umur
40 tahun 40 tahun
16 9
94,1 39,1
1 14
5,9 60,9
17 23
100 100
0,000 24,889
2. Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
17 8
53,1 100
15 46,9
32 8
100 100
0,015 1,938
3. Masa Kerja
5 tahun 5 tahun
19 6
76 40
6 9
24 60
25 15
100 100
0,023 4,750
4. Penggunaan
APD masker Tidak
menggunakan masker
Menggunakan masker
25 67,6
12
3 32,4
100 37
3 100
100
0,046 3,083
Universitas Sumatera Utara
85
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya responden yang berumur 40 tahun memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan 94,1.
Sedangkan pada responden yang berumur 40 tahun lebih sedikit yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan 39,1. Dari hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,000 p0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara umur dengan keluhan gangguan pernapasan pada pengrajin
batu bata. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh 100 responden
berjenis kelamin perempuan memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan, sedangkan keluhan gangguan saluran pernapasan pada responden laki-laki hanya
53,1. Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji fisher exact diperoleh nilai p=0,015 p0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan keluhan gangguan pernapasan pada pengrajin batu bata. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang
bekerja 5 tahun memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan 76, sedangkan responden yang bekerja 5 tahun lebih sedikit yang memiliki keluhan gangguan
saluran pernapasan 40. Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,023 p0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara
masa kerja dengan keluhan gangguan pernapasan pada pengrajin batu bata. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh 100 responden yang
menggunakan masker tidak memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan, sedangkan sebagian besar responden yang tidak menggunakan masker memiliki
keluhan gangguan saluran pernapasan 67,6. Dari hasil analisa statistik dengan
Universitas Sumatera Utara
86
menggunakan uji fisher exact diperoleh nilai p=0,046 p0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara penggunaan APD masker dengan keluhan gangguan
pernapasan pada pengrajin batu bata.
Universitas Sumatera Utara
87
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kadar NO
2
Pada Proses Pembakaran Batu Bata Secara Tradisional di Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2016
Berdasarkan hasil pengukuran kadar NO
2
yang dilakukan pada lima titik kilang pembakaran batu bata masih tergolong rendah karena nilainya masih jauh di bawah
baku mutu. Nilai baku mutu udara ambien untuk NO
2
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah 400 µgm
3
. Kadar NO
2
yang tertinggi hanya mencapai 63,20 µgm
3
. Pengukuran NO
2
dilakukan pada siang hari, Pada siang hari umumnya kadar gas NO
2
lebih rendah. Menurut Whardana 2004, untuk gas NO
2
di udara, konsentrasinya dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi fotolitik NO
2
. Pada siang hari, gas NO
2
akan bereaksi dengan sinar matahari sehingga membentuk NO dan O. Kemudian O akan
bereaksi dengan gas O
2
yang terdapat di udara sehingga membentuk O
3
ozon. Pada sore hari, konsentrasi O
2
yang telah terkumpul pada siang hari akan bereaksi dengan NO sehingga terbentuk gas NO
2
dan O
2
. Hal ini menyebabkan hasil pengukuran kadar NO
2
lebih rendah karena dilakukan pada siang hari. Kadar NO
2
yang tertinggi diperoleh pada Kilang Batu Bata V sebesar 63,20 µgm
3
dengan jumlah batu bata yang dibakar yang paling banyak yaitu 95.000 batu bata. Sedangkan kadar NO
2
yang terendah diperoleh pada Kilang Batu Bata I yaitu 43,33 µgm
3
dengan jumlah batu bata yang dibakar adalah yang paling sedikit yaitu 40.000 batu bata. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa proses
Universitas Sumatera Utara