Anatomi Saluran Pernapasan Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernapasan

40 pembakaran sehingga menghasilkan suhu pembakaran yang lebih rendah, dan akibatnya akan terjadi penurunan konsentrasi NO x . 3. Waktu tinggal reaktan-reaktan pada suhu pembakaran tersebut.

2.3.2 Baku Mutu Udara Ambien untuk NO

2 Baku mutu udara ambien untuk NO 2 adalah ukuran bataskadar NO 2 yang terdapat dalam udara ambien. Tabel 2.2 Baku Mutu NO 2 No Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Metode Analisis Peralatan 1. NO 2 Nitrogen Dioksida 1 Jam 24 Jam 1 Tahun 400 ugNm 3 150ugNm 3 100 ugNm 3 Saltzman Spektrofotometer Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

2.4 Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernapasan

2.4.1 Anatomi Saluran Pernapasan

Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Udara masuk melalui rongga hidung, disaring, dihangatkan, dan dilembabkan. Ketiga kegiatan tersebut dimungkinkan oleh adanya mukosa saluran pernapasan, yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan mengandung sel goblet. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior, ke rongga hidung, dan ke arah superior menuju faring. Udara inspirasi akan disesuaikan, sehingga dalam Universitas Sumatera Utara 41 keadaan normal, jika udara tersebut mencapai faring, dapat dikatakan hampir bebas debu yang bersuhu sama dengan tubuh dan kelembaban 100 Price Wilson, 1992:516 dalam Mukono, 1997. Laring terdiri dari satu seri cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan disini didapatkan pita suara dan epiglotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Kalau ada benda asing masuk sampai melewati glotis, maka dengan adanya refleks batuk akan membantu mengeluarkan benda atau sekret dari saluran pernapasan bagian bawah. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang-cabang menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronkus. Percabangan ini diteruskan sampai cabang terkecil bronkiolus terminalis yang tidak mengandung alveolus, bergaris tengah sekitar 1 mm, diperkuat oleh cincin tulang rawan yang dikelilingi otot polos Price Wilson, 1992:517 dalam Mukono, 1997. Di luar bronkiolus terminalis terdapat asinus sebagai unit fungsional paru yang merupakan tempat pertukaran gas. Asinus tersebut terdiri dari bronkiolus respiratorius yang mempunyai alveoli. Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis, merupakan struktur akhir paru-paru Anderson, 1983:9-10; West, 1985:1-10; Price Wilson, 1992:515-517 dalam Mukono, 1997. Setiap paru berisi sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis. Alveolus dibatasi oleh zat lipoprotein yang disebut surfaktan, yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi serta mencegah kolapsnya alveolus pada waktu ekspirasi.Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus Tipe II tergantung dari Universitas Sumatera Utara 42 beberapa faktor, antara lain pendewasaan sel-sel alveolus dan sistem biosintesis enzim, ventilasi yang memadai, serta aliran darah ke dinding alveolus. Defisiensi surfaktan merupakan faktor penting pada patogenesis beberapa penyakit rongga dada Nadakavukaren, 1986:270; Davis Cornwell, 1991: 424-425 dalam Mukono, 1997. a. Sirkulasi Pulmoner Paru-paru mendapatkan darah dari dua sumber yaitu arteri bronkialis dan arteri pulmonalis. Darah bronkial merupakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru. Darah yang teroksigenasi deikembalikan melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri, yang kemudian dibawa ke sel-sel melalui sirkulasi sistemik. Arteri pulmonalis berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena ke paru-paru Price Wilson, 1992:519 dalam Mukono, 1997. b. Pengaturan Pernapasan Ventilasi merupakan fungsi mekanik pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Mekanisme ventilasi dilaksanakan oleh sejumlah komponen yang saling berinteraksi. Hembusan napas berperan penting dalam proses ini. Terdapat dua komponen volume elastis yang terlibat dalam hembusan napas yaitu paru-paru dan dinding dada yang mengelilingi paru-paru.Otot pernapasan diatur oleh pusat pernapasan, yang terdiri dari neuron dan reseptor yang terletak dalam pons dan medulla oblongata. Faktor penting pada pengaturan pernapasan adalah respon dari pusat kemoreseptor dalam pusat pernapasan terhadap tekanan parsial karbon dioksida dan pH darah arteri. Peningkatan parsial karbon dioksida atau penurunan pH akan Universitas Sumatera Utara 43 merangsang pernapasan. Penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah arteri juga dapat merangsang ventilasi. Pada saat inspirasi, paru-paru mengembang sehingga reseptor akan member signal tanda pada pusat pernapasan agar menghentikan pengembangan lebih lanjut. Signal dari stretch receptor tersebut akan terhenti pada akhir ekspirasi ketika paru-paru dalam keadaan mengempis, sehingga pusat pernapasan bebas untuk memulai inspirasi lagi. Mekanisme ini disebut refleks Hering-Breuer Price Wilson, 1992:520 dalam Mukono, 1997. c. Pertahanan Saluran Pernapasan Permukaan paru-paru sangat luas dan hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem sirkulasi. Hal ini menyebabkan paru-paru mudah kemasukan benda asing dan bakteri bersamaan dengan udara inspirasi. Saluran pernapasan bagian bawah steril. Sterilitas tersebut dipertahankan oleh beberapa mekanisme pertahanan, yaitu: 1. Refleks menelan atau refleks muntah yang mencegah makanan atau cairan masuk ke dalam trakea. 2. Kerja escalator mukosiliaris akan menjebak debu dan bakteri, kemudian memindahkannya ke kerongkongan. 3. Faktor yang mungkin efektif sebagai pertahanan yang terdapat dalam lapisan mucus yaitu immunoglobulin terutama igA. 4. Refleks batuk, merupakan mekanisme untuk mendorong sekresi ke atas sehingga dapat ditelan atau dikeluarkan dari saluran pernapasan. 5. Makrofag alveolar, sebagai pertahanan yang terakhir dan terpenting terhadap invasi benda asing ke dalam paru-paru. Makrofag alveolar merupakan sel fagositik dan dapat bermigrasi. Partikel debu atau mikroorganisme akan dibawa Universitas Sumatera Utara 44 oleh makrofag ke pembuluh limfa atau bronkiolus dan akhirnya dibuang oleh escalator mukosiliaris West, 1985:10; West, 1987:66 Price Wilson, 1992:521 dalam Mukono, 1997.

2.4.2 Fisiologi Saluran Pernapasan