Pengaruh Dukungan Instrumental Keluarga terhadap Kejadian Stroke

stroke mengalami stroke berulang yang tentunya juga harus didukung dengan upaya pencegahan stroke yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmawati, T 2012 tentang hubungan dukungan keluarga dalam proses perawatan dengan motivasi sembuh pada pasien stroke di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Hasil penelitiannya menunjukkan dukungan keluarga dalam proses perawatan pasien stroke mayoritas kurang baik 46,67, dan motivasi sembuh pasien stroke mayoritas juga kurang 43,33. Selain itu diperoleh nilai p=0,003. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah terdapatnya hubungan bermakna antara dukungan keluarga dalam proses perawatan dengan motivasi sembuh pada pasien stroke di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dukungan keluarga berperan penting pada proses penyembuhan penderita stroke. Oleh sebab itu, sangat diharapkan agar keluarga memberikan dukungan penilaian yang positif kepada penderita pasca stroke agar tetap semangat menjalani proses perawatan dan optimis bisa sembuh.

5.5. Pengaruh Dukungan Instrumental Keluarga terhadap Kejadian Stroke

Berulang di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 Friedman dalam Setiadi 2008 mengungkapkan bahwa dukungan instrumental keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. House dalam Smet 1994 menjelaskan bahwa dukungan instrumental bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan- persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, Universitas Sumatera Utara misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dll. Menurut Sheridan dan Radmacher 1992, Sarafino 1998 serta Taylor 1999, dukungan instrumental merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan instrumental pada penderita pasca stroke ini bertujuan untuk mempermudah penderita mengatasi masalahnya dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan jawaban responden diketahui dukungan instrumental yang “Selalu” diberikan keluarga pada kelompok kasus maupun kontrol adalah menyediakan tempat istirahat yang nyaman dan layak bagi penderita yaitu sebesar 65,0 26 orang dan 67,5 27 orang . Dukungan instrumental yang “Sering” diberikan keluarga kepada kelompok kasus adalah membantu menyediakan obat bagi penderita yaitu sebesar 62,5 25 orang, sedangkan pada kelompok kontrol adalah keluarga mencukupi kebutuhan sehari-hari penderita dan keluarga juga membantu menyediakan obat untuk penderita yaitu masing-masing sebesar 47,5 19 orang. Dukungan instrumental yang “Kadang-kadang” keluarga lakukan pada kelompok kasus adalah membiarkan penderita yang mengalami kesulitan merawat dan membersihkan dirinya sendiri yaitu sebesar 70,0 28 orang, sedangkan pada Universitas Sumatera Utara kelompok kontrol keluarga “Kadang-kadang” mengalami kesulitan dalam membiayai pengobatan dan perawatan penderita sebesar 55,0 22 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara dukungan instrumental keluarga kepada penderita stroke terhadap kejadian stroke berulang dengan nilai p0,05 dan OR: 1,508 95 CI: 0,618-3,678. Berdasarkan observasi pada penderita stroke yang rawat jalan di RSUD dr. Pirngadi Medan, secara keseluruhan penderita stroke tersebut berdasarkan Skala Rankin tidak termasuk kepada kategori penderita dengan disabilitas sedang-berat atau berat, atau dengan kata lain bisa dikelompokkan ke dalam penderita stroke dengan disabilitas yang tidak signifikan atau ringan karena mereka masih sanggup untuk melakukan proses rawat jalan dengan didampingi anggota keluarganya. Tingkat disabilitas penderita pasca stroke tersebut diasumsikan mempengaruhi dukungan instrumental yang diberikan keluarga dalam upaya mencegah stroke berulang karena semakin rendah tingkat disabilitas penderita, maka beberapa bentuk dukungan instrumental seperti pemenuhan kebutuhan sehari-hari tidak perlu diberikan langsung oleh keluarga karena mereka bisa melakukannya sendiri. Meskipun demikian, dukungan instrumental tetap dibutuhkan oleh penderita mulai dari perawatan di rumah sakit hingga pemulihan di rumah karena penderita stroke tetap membutuhkan penanganan yang komprehensif untuk menghindari terjadinya stroke berulang. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyatsih 1994 yang mengungkapkan bahwa keluarga sangat berperan dalam fase pemulihan, sehingga sejak awal Universitas Sumatera Utara perawatan keluarga diharapkan terlibat dalam penanganan penderita. Hasil penelitian Wurtiningsih 2010 pada pasien stroke di ruang B1 Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang menguraikan bentuk dukungan instrumental yang diberikan keluarga kepada penderita stroke antara lain; membantu penderita melakukan latihan gerak sendi, memberi makan melalui selang dan membantu mengontrol minum obat jika habis. Hasil penelitian Kurniasari 2011 menunjukkan bahwa ada hubungan antara keteraturan minum obat p=0,005 dan keteraturan kontrol p=0,000 dengan kejadian stroke berulang. Hasil penelitian Siswanto 2005 dengan desain penelitian case control juga mengungkapkan bahwa ketidakteraturan minum obat merupakan faktor risiko terjadinya stroke berulang dengan OR: 4,39 95 CI: 1,623-11,886. Untuk itu diharapkan kepada keluarga untuk membantu penderita stroke minum obat dengan teratur sesuai petunjuk dokter saat melakukan kontrol pengobatan rawat jalan di rumah sakit, sehingga terjadinya stroke berulang dapat dihindari.

5.6. Pengaruh Dukungan Emosional terhadap Kejadian Stroke Berulang di