Teori Lawrence Green Teori Snehandu B. Kar Landasan Teori

a. Teori Lawrence Green

Perilaku itu ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu : a.1. Faktor yang mempermudah presdisposing factor yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. a.2. Faktor pendukung Enabling factor antara lain ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. a.3. Faktor pendorong Reinforcing factor yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan sikap suamiistri, orang tua tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.

b. Teori Snehandu B. Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari : b.1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya behavior intention. b.2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya social-support. b.3. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan accessibility of information. b.4. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan personal autonomy. Universitas Sumatera Utara b.5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak action situation.

c. Teori WHO

Tim kerja dari WHO mengenalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku tertentu karena adanya 4 alasan pokok. yaitu : c.1. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. c.2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. c.3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. c.4. Nilai value. Dari ketiga teori perilaku kesehatan tersebut, teori Snehandu B. Kar jelas menyebutkan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan seseorang adalah adanya dukungan sosial social-support dari masyarakat sekitar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan orang terdekat yang dapat memberi dukungan pada penderita pasca stroke.

2.2.2. Upaya Pencegahan Stroke

Dalam kesehatan masyarakat ada lima tingkatan pencegahan penyakit dari Leavel Clark, yaitu : 1 Peningkatan kesehatan. 2 Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu. 3 Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat. Universitas Sumatera Utara 4 Pembatasan kecacatan. 5 Pemulihan kesehatan. Peningkatan kesehatan dan perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu adalah usaha-usaha yang dilakukan sebelum sakit pre- patogenesis, dan disebut dengan pencegahan primer. Penegakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, pembatasan kecacatan dan pemulihan kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan pada waktu sakit patogenesis. Penegakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat disebut dengan pencegahan sekunder seconder prevention, sedangkan pembatasan kecacatan dan pemulihan kesehatan disebut pencegahan tersier tertiary prevention Effendy, 1998. Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan menjaga kebiasaan hidup sehat. Kebiasaan hidup sehat itu disebut juga paradigma hidup sehat, yang berisi anjuran : 1 Hentikan merokok, 2 Hentikan kebiasaan minum alkohol, 3 Periksa kadar kolesterol, 4 Periksa dan kontrol penyakit diabetes, 5 Berolahraga secara teratur, 6 Kontrol konsumsi garam, 7 Hindari stres dan depresi, 8 Hindari obesitas Sutrisno, 2007 Universitas Sumatera Utara Kontrol terhadap penyakit vaskular, seperti : 1 Hipertensi Hipertensi harus diatasi untuk mencegah terjadinya serangan ulang stroke. Menurut Canadian Hypertension Education Program CHEP, target tekanan darah untuk pencegahan stroke adalah 14090mmHg 13585mmHg untuk pengukuran di rumah. 2 Diabetes Pada penderita diabetes, tekanan darah tetap kita kontrol dan nilainya 13080mmHg. Selain itu, kontrol yang paling penting adalah kontrol terhadap kadar glukosa dan dianjurkan mencapai nilai hampir normal untuk mengurangi komplikasi vaskular. Menurut Canadian Diabetes Association, target untuk kadar gula darah adalah 4.0-7.0mmolL saat puasa dan 5.0-10.0mmolL 2 jam setelah makan. 3 Kolesterol Pasien dengan kadar Low Density Lipoproteins-Cholesterol LDL-C 2.0 mmolL harus dilakukan modifikasi gaya hidup, diet, dan pengobatan dengan statin. Hal ini dilakukan sampai didapati kadar LDL-C 2.0 mmolL. Kontrol terhadap perilaku yang bisa diubah : 1 Merokok Semua penderita stroke yang merokok harus dianjurkan berhenti merokok. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan terapi tambahan berupa terapi pengganti nikotin dan terapi perilaku. Universitas Sumatera Utara 2 Alkohol Pasien yang merupakan peminum berat seharusnya berhenti atau mengurangi konsumsi alkohol sampai ke titik yang aman, yaitu berkisar 14 minuman dalam 1 minggu untuk pria dan 9 minuman untuk wanita. Tetapi, titik aman tersebut tidak sama untuk semua orang sehingga berhenti mengkonsumsi alkohol lebih baik. 3 Obesitas Penurunan berat badan merupakan hal yang dianjurkan sampai dicapai BMI 18.5-24.9kgm2 dan lingkar pinggang 88 cm untuk wanita dan 102 cm untuk pria. Konsumsi makanan rendah lemak dan natrium, dan banyak konsumsi buah dan sayur dianjurkan. 4 Aktivitas fisik Bagi penderita stroke yang mampu melakukan aktivitas fisik, latihan fisik 30-60 menit seperti berjalan, jogging, bersepeda selama 4-7 hari dalam seminggu dapat mengurangi faktor risiko dan faktor lain yang dapat meningkatkan kejadian stroke APSS, 2007 dan AHA, 2006. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor risiko stroke yang dipunyai harus ditanggulangi dengan baik, karena penanganan yang tepat dari faktor risiko tersebut sangat penting untuk prevensi sekunder. Pada kelompok risiko tinggi, setelah terjadi serangan stroke seharusnya menjadi target penanganan secara kontinyu untuk mencegah terjadinya stroke berulang Universitas Sumatera Utara 2.3. Konsep Dukungan Sosial Keluarga 2.3.1. Definisi Keluarga Banyak ahli mendefinisikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan sosial di masyarakat, akan tetapi dari berbagai macam definisi tersebut ada satu kesatuan yang dapat diambil kesimpulan. Berikut ini akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli Setyowati dan Murwani, 2008. 1 Duvall dan Logan 1986 menguraikan definisi keluarga adalah “Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga”. 2 Bailon dan Maglaya 1978 mendefinisikan sebagai berikut: “Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahakan suatu budaya”. 3 Spredley dan Allender 1996, keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interaksi sosial, peran, dan tugas. 4 BKKBN 1992, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah: Universitas Sumatera Utara 1 Terdiri dari dua atau lebih individu yang diiikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi. 2 Anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain. 3 Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik. 4 Mempunyai tujuan antara lain ; menciptakan dan mempertahankan budaya, serta meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota. Tipe-tipe keluarga secara umum yang dikemukakan untuk mempermudah pemahaman terhadap literature tentang keluarga Friedman, 1998: 1 Keluarga inti conjugal yaitu keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah, terdiri dari suami, istri,dan anak, anak kandung, anak adopsi atau keduanya. 2 Keluarga orientasi keluarga asal yaitu unit keluarga yang di dalamnya seseorang dilahirkan. 3 Keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang- orang yang berhubungan oleh darah yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yang salah satu teman keluarga inti, termasuk sanak keluarga kakeknenek, tante, paman, dan sepupu. Berdasarkan beberapa definisi keluarga di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga inti dan keluarga Universitas Sumatera Utara orientasi yang berkumpul sebagai keluarga besar dimana salah satunya pernah terserang stroke dan masih mengikuti program rawat jalan di rumah sakit.

2.3.2. Fungsi dan Tugas Kesehatan Keluarga a. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut Friedman dalam Setiawati Dermawan 2005 yaitu: a.1. Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami setiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang. a.2. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar disiplin, mengenal budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat. a.3. Fungsi perawatan kesehatan Universitas Sumatera Utara Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta menngenali kondisi sakit tiap anggota keluarga. a.4. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga. a.5. Fungsi biologis Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak dan kelanjutan generasi selanjutnya. a.6. Fungsi psikologis Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. a.7. Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya. Universitas Sumatera Utara Dari uraian tentang fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat diketahui bahwa keluarga memiliki peranan penting dalam membantu anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan termasuk anggota keluarga setelah terserang stroke karena mereka membutuhkan perhatian baik secara moril maupun materil. Keluarga dapat menjalankan berbagai fungsi-fungsi keluarga seperti fungsi afektif, perawatan kesehatan, ekonomi dan psikologis.

b. Tugas Kesehatan Keluarga

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman dalam Setiadi 2008 membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu: b.1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. b.2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Universitas Sumatera Utara b.3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. b.4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. b.5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Menurut Effendy 1998 pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut : 1 Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya. 2 Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga. 3 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing. 4 Sosialisasi antar anggota keluarga. 5 Pengaturan jumlah anggota keluarga. 6 Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga. 7 Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas. 8 Membangun dorongan dan semangat para anggota keluarga. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian tugas-tugas keluarga tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga bertanggung jawab atas kondisi kesehatan anggota keluarganya, apalagi jika anggota keluarga menderita stroke. Stroke termasuk penyakit yang berat karena membuat penderitanya bergantung pada orang lain karena ketidakberdayaan yang disebabkan penyakit tersebut. Keluarga hendaknya mengetahui penyakit yang diderita anggota keluarga, agar bisa mengambil tindakan segera untuk menghindari keterlambatan pertolongan dan mengurangi tingkat keparahannya.

2.3.3. Bentuk Dukungan Sosial Keluarga

Menurut Sarwono 2003 dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Menurut Santoso 2001 dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu. Sarafino 1990 mengatakan bahwa kebutuhan, kemampuan, dan sumber dukungan mengalami perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Studi-studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dengan dukungan sosial sebagai koping keluarga. Baik dukungan-dukungan sosial keluarga yang eksternal maupun internal terbukti bermanfaat. Friedman 1998 menjelaskan bahwa dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan; sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Universitas Sumatera Utara Friedman 1998 juga menjelaskan bahwa dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diaksesdiadakan untuk keluarga dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Menurut Taylor 1995, dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram. Menurut Caplan dalam Friedman 1998 dukungan sosial memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu: 1 Dukungan informasional keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator penyebar informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. 2 Dukungan penilaian keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. 3 Dukungan instrumental keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. 4 Dukungan emosional keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek- Universitas Sumatera Utara aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Menurut Nursalam 2006 yang mengutip dari House dalam Depkes 2002 membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial menjadi: 1 Dukungan Emosional Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. 2 Dukungan Penghargaan Terjadi lewat ungkapan hormatpenghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya menambah harga diri. 3 Dukungan Instrumental Mencakup bantuan langsung, misalnya orang memberi pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan atau menolong dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan. 4 Dukungan Informatif Mencakup pemberian nasihat, saran, pengetahuan, dan informasi serta petunjuk. Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dukungan sosial keluarga pada penderita pasca stroke sangat bermanfaat dalam pengendalian diri terhadap tingkat kecemasan akibat ketidakberdayaan fisik dan dapat pula mengurangi Universitas Sumatera Utara tekanan-tekanan yang ada pada konflik yang terjadi pada diri penderita akibat penyakit stroke. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian tentang dukungan sosial keluarga pada anggota keluarga yang menderita penyakit tertentu. Hasil penelitian Sebayang 2011 mengungkapkan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu sumber penanganan stres yang penting dan mempunyai pengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang. Dalam penelitiannya tersebut diungkapkan bahwa dukungan sosial keluarga memiliki hubungan dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia paranoid di Poliklinik RS Jiwa Daerah Propsu Medan p= 0,028 ρ =-0,388. Oleh karena itu, disarankan kepada perawat untuk melibatkan keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia paranoid sehingga keluarga mampu merawat pasien skizofrenia paranoid dengan baik di rumah. Hasil penelitian lainnya oleh Sundari 2011 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden 85 dukungan sosialnya baik dan hampir seluruhnya 85 juga memiliki tingkat kepatuhan yang baik dalam menjalani terapi hemodialisis. Dari hasil uji didapat nilai ρ 0,05 maka H0 ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan klien gagal ginjal kronik dalam menjalani terapi hemodialisis di ruang hemodialisa Siloam Hospitals Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa semakin baik dukungan keluarga maka pasien semakin patuh menjalani terapi hemodialisis. Perawat diharapkan juga Universitas Sumatera Utara memotivasi keluarga pasien untuk meningkatkan dukungan terhadap pasien hemodialisa sehingga patuh dalam melakukan terapi hemodialisis.

2.3.4. Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suamiistri, atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti dalam jaringan kerja sosial keluarga. Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga inti itu sendiri Friedman, 1998. Coyne De longis dalam Lubis, N.L 2009 mengungkapkan bahwa mungkin di satu pihak, bagi mereka yang telah menikah, significant others baginya adalah pendamping hidupnya, karena pendamping hidup dapat dipandang sebagai orang yang paling dapat memberikan dukungan disebabkan kedekatan emosional. Namun di pihak lain mungkin berbeda, pasangan hidup mungkin tidak dapat saling membantu, bahkan sebaliknya dapat menimbulkan konflik bagi penerima dukungan. Tanakusuma mengisahkan pengalamannya sebagai seseorang yang pernah menderita stroke, bahwa dukungan keluarga sangatlah besar, terutama dukungan istri dan anak-anak. Bahkan sampai saat ini istrinya tetap menemani setiap kali hendak pergi ke klub stroke dan mendampinginya mengikuti senam stroke. Begitu juga halnya dengan Mariani seorang pensiunan dosen FISIP UI yang pernah terserang stroke. Ia memperoleh dukungan dari anak dan keluarga besarnya. Mereka memberikan dukungan moril dan materil pada penyembuhan penyakitnya. Universitas Sumatera Utara Penyembuhan stroke membutuhkan biaya besar, maka perhatian dan bantuan dari keluarga amat dibutuhkan Adinda, 2009. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan mengetahui sumber- sumber dukungan keluarga yang ada maka kita dapat mengetahui sumber-sumber dukungan yang efektif dan diperlukan oleh anggota keluarga yang pernah terserang stroke. Keluarga dapat mendorong anggota keluarga pasca stroke untuk mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan pribadi secara bebas, diberi nasehat-nasehat dan bimbingan pribadi sesuai dengan nilai-nilai dan tradisi keluarga.

2.3.5. Dukungan Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke

Menurut Friedman 1998, manajemen terhadap sakit yang kronis adalah sebuah contoh kasus yang menunjukkan berbagai kemampuan keluarga dalam memberikan dukungan. Penyakit kronis biasanya menuntut pengorbanan ekonomi, sosial dan psikologis. Peran keluarga berbeda-beda, tergantung pada sifat bantuan yang dibutuhkan. Sanak saudara dari keluarga besar terbukti dalam studi-studi riset sebagai tempat permintaan bantuan bencana, bantuan keuangan, bantuan untuk krisis jangka panjang, dan masalah-masalah yang lebih serius. Setelah menjalani perawatan di RS, ada 3 kemungkinan yang dialami oleh pasien stroke, yaitu : 1 meninggal dunia, 2 sembuh tanpa cacat, dan 3 sembuh dengan kecacatan. Penelitian menunjukkan angka kematian pada stroke berkisar antara 10-30. Sebagian kematian dialami dalam waktu 72 jam setelah serangan stroke, dan pada umumnya berhubungan langsung dengan strokenya stroke yang besar atau lokasi stroke di batang otak. Bila ada 10-30 kematian akibat stroke, Universitas Sumatera Utara maka ada 70-90 penderita yang hidup pasca stroke. Mereka ini disebut dengan stroke survivors. Bagi para stroke survivor, masalah belumlah selesai. Stroke dapat memberikan gejala sisa atau dampak lanjut. Bagi para stroke survivors, pencegahan serangan stroke ulang dan penanganan gejala sisa stroke merupakan hal yang utama. Berbagai dampak pasca stroke adalah depresi, kepikunan, gangguan gerak, nyeri, epilepsi, tulang keropos, dan gangguan menelan. Penanganan bersifat individual sesuai kondisi pasien. Salah satu gejala sisa yang sering dialami pasien stroke adalah kepikunan. Kepikunan demensia akibat stroke dapat terjadi dengan segera, atau bertahap sampai dengan 3 bulan pasca stroke. Kejadian demensia pasca stroke adalah berkisar antara 6-32. Usia yang tua, hipertensi, dan dislipidemia merupakan faktor yang berperan besar untuk munculnya pikun pasca stroke. Pikun lebih sering dijumpai pada stroke di otak besar cerebrum dibanding otak kecil cerebelum Henon, 2006. Penelitian Rasquin, dkk 2005 pada 156 pasien stroke menunjukkan bahwa gangguan memori dijumpai pada 23,4 hampir seperempat dari seluruh pasien stroke dalam 1 bulan pasca stroke. Gangguan lain yang seringkali teramati adalah gangguan bicara 18,6, gangguan berhitung 51,6, dan depresi 49. Kecacatan pasca stroke pada umumnya dinilai dengan kemampuan pasien untuk melanjutkan fungsinya kembali seperti sebelum sakit, dan kemampuan pasien untuk mandiri. Salah satu skala ukur yang sering dipakai untuk pasien menggambarkan kecacatan akibat stroke adalah skala Rankin. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Skala Rankin Untuk Kecacatan Stroke 1 Tidak ada disabilitas yang signifikan, dapat melakukan tugas harian seperti biasa 2 Disabilitas ringan, tidak dapat melakukan beberapa aktivitas seperti sebelum sakit, namun dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan 3 Disabilitas sedang, memerlukan sedikit bantuan, tapi dapat berjalan tanpa bantuan 4 Disabilitas sedang-berat, tidak dapat berjalan tanpa bantuan, dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan 5 Disabilitas berat, di tempat tidur, inkontinensia, memerlukan perawatan dan perhatian Menurut Silaen, dkk 2008 setelah awal masa rawat inap dan rehabilitasi stroke, 80 dari penderita stroke yang bertahan hidup kembali ke komunitas, bergantung pada emosi anggota keluarga, informasi dan bantuan peralatan untuk hidup sehari-hari. Pengasuh pasien stroke atau keluarga harus berhadapan bukan hanya dengan kesulitan dalam pergerakan, merawat diri dan komunikasi, tetapi juga gangguan kognitif, depresi dan perubahan kepribadian. Kerusakan otak pasca stroke bagi penderita meminta perhatian besar baik bagi penderita, keluarga dan masyarakat kerena menghambat kemampuan fungsional mulai dari aktivitas bergerak, mengurus diri : kegiatan sehari-hari dan berkomunikasi. Bagi penderita, mengalami stroke merupakan pukulan bagi dirinya yang menimbulkan krisis sosial dan emosional. Ia ingin mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai masalah kesehatannya, implikasinya serta petunjuk penyesuaian terhadap masalah tersebut Lumban Tobing, 1998. Universitas Sumatera Utara Penderita yang tadinya aktif, dapat bekerja, dapat berjalan, berbicara, memberi nasehat, memberi biaya, tiba-tiba tidak berdaya, pingsan, lemah, tergeletak di tempat tidur, harus menginap di rumah sakit. Penyakit ini memaksa penderita menjadi tergantung kepada orang lain, dalam kebutuhan dasar tertentu juga menimbulkan depresi dan berkurangnya harga diri. Mungkin penderita tidak mampu lagi membiayai dirinya sendiri dan tanggungan bagi kepala keluarga jika anak- anaknya masih belum dewasa dan mandiri Lumban Tobing, 1998. Kadang-kadang ada usulan dari pihak keluarga untuk menambah pengobatan dari luar medis, hal ini harus di bicarakan dahulu dengan dokter yang merawat. Terkadang timbul pertentangan antara keluarga dan dokter karena bisa mengakibatkan komplikasi pada penderita sehingga mengakibatkan pulang paksa, pindah rumah sakit atau minta ganti dokter Harsono, 2000. Sangat diharapkan bahwa keluarga dapat membantu pemulihan penderita stroke. Untuk itu terlebih dahulu diperlukan sikap saling pengertian antara dokter, perawat, fisioterapist, tim rehabilitasi lainnya dengan keluarga perihal keadaan penderita. Tidak jarang terjadi keadaan buntu yang mengakibatkan pulang paksa, keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Yang sering terjadi adalah dana yang kurang untuk membiayai pengobatan. Biasanya hal ini berakhir pada hak sepenuhnya pada penderita atau keluarga Harsono, 2000. Pentingnya peran keluarga dalam perawatan penderita pasca stroke dapat dipandang dari berbagai segi yaitu : Universitas Sumatera Utara 1 Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya. 2 Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya disfungsi keluarga dapat pula merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan pada anggota. 3 Berbagai pelayanan kesehatan bukan tempat penderita seumur hidup tetapi hanya fasilitas yang membantu pasien dan keluarga mengembangkan kemampuan dalam mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah dan mempertahankan keadaan adaptif. 4 Salah satu faktor penyebab terjadinya stroke berulang adalah keluarga tidak tahu cara menangani perilaku penderita di rumah Irdawati, 2009. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga berperan penting dalam proses pemulihan dan penyesuaian kembali setiap penderita stroke. Oleh karena itu, peran serta keluarga dalam proses pemeliharaan dan pencegahan terjadinya serangan ulang sangat diperlukan. Berdasarkan bentuk-bentuk dukungan keluarga yang diungkapkan oleh Friedman 1998, maka bentuk dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga kepada para stroke survivor antara lain : 1 Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan diseminator informasi munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti Universitas Sumatera Utara yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Untuk pasien stroke diberikan informasi oleh keluarganya tentang: penyakit stroke serta pengelolaannya. 2 Dukungan penilaian Keluarga memberikan support, penghargaan, perhatian kepada anggota keluarga yang pernah mengalami stroke. Menurut Cohen dan Mc Kay dalam Niven 2000, dukungan ini merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Pasien mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi penghargaan positif keluarga kepada pasien, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan pasien. Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan strategi koping pasien dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek positif. Dalam dukungan pengharapan, kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi pasien akan ancaman. Dukungan keluarga dapat membantu pasien mengatasi masalah dan mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan keluarga bertindak sebagai pembimbing dengan memberikan umpan balik dan mampu membangun harga diri pasien. 3 Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya keteraturan menjalani terapi, kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan ini Universitas Sumatera Utara juga mencakup bantuan langsung, seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong pekerjaan pada saat penderita mengalami stress. Sheridan Radmacher, dkk 1992 juga menambahkan bahwa keluarga juga bisa memberikan pertolongan langsung seperti pemberian uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang behubungan dengan materi. 4 Dukungan emosional Keluarga memberikan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan sehingga penderita pasca stroke merasa nyaman dan aman, perasaan dimiliki dan dicintai dalam situasi-situasi stress. Arief 2008 mengatakan dalam situs online healthyguidenews bahwa penderita pasca serangan stroke lebih cenderung sensitif dan mudah tersinggung atau bahkan mengalami depresi akibat merasa tidak berguna bagi keluarga atau lingkungannya. Peran keluarga dalam kaitan ikatan persaudaraan dan ikatan emosional biasanya memiliki peranan yang sangat besar dalam membantu proses penyembuhan. Seluruh anggota keluarga tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang membuat perasaan tersinggung bagi penderita pasca stroke untuk menciptakan suasana keakraban dan kebahagiaan. Berdasarkan hasil penelitian Widayati 2010 tentang pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat anggota keluarga pasca stroke di Kota Semarang disimpulkan bahwa alasan utama keluarga merawat penderita pasca stroke adalah Universitas Sumatera Utara adanya motivasi keluarga sebagai caregiver untuk kesembuhan penderita dan kecacatan penderita pasca stroke yang membutuhkan bantuan. Upaya yang dilakukan keluarga untuk mencapai perbaikan penderita pasca stroke adalah dengan pengobatan medis, herbal, alternatif dan perawatan di rumah. Hasil perawatan dan pengobatan menunjukkan perkembangan yang menuju perbaikan kondisi penderita pasca stroke. Kendala yang dialami keluarga dalam merawat penderita pasca stroke adalah kesulitan ekonomi, kesulitan mencari pengobatan dan kurangnya dukungan dari pihak lain. Meskipun demikian, keluarga tetap berusaha merawat dan menghadapi berbagai kendala tersebut. Untuk itu diharapkan kepada tenaga kesehatan memberikan penyuluhan dan dukungan kepada keluarga sebagai caregiver pada penderita pasca stroke. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga terhadap pasien stroke baik fase akut maupun pasca stroke sangat dibutuhkan untuk mencapai proses penyembuhanpemulihan. Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera, orang yang hidup dalam lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik daripada mereka yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya Friedman, 1998. Universitas Sumatera Utara

2.4. Landasan Teori

Pinzon Asanti 2010 mengungkap bahwa faktor risiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga dan riwayat stroke sebelumnya, sedangkan faktor risiko stroke yang dapat diubah yaitu hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, merokok dan obesitas. Faktor risiko stroke yang dapat diubah tersebut dapat dikendalikan melalui perilaku kesehatan dalam mencegah terjadinya stroke berulang. Berdasarkan teori Snehandu B. Kar perilaku kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh adanya dukungan sosial social support dari masyarakat sekitarnya. Sumber-sumber dukungan sosial tersebut banyak diperoleh individu dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. Menurut Friedman 1998, keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Friedman dalam Setiadi Dermawan 2005 mengungkapkan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi salah satunya adalah fungsi perawatan kesehatan. Keluarga bertanggung jawab untuk melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit setiap anggota keluarga. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, Keliat 1996 mengungkapkan bahwa dalam keadaan sehat-sakit tersebut, keluarga memiliki peran sistem pendukung utama bagi anggota keluarganya. Caplan dalam Friedman 1998 membagi bentuk-bentuk dukungan sosial tersebut dalam bentuk : 1 Dukungan informasional keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator penyebar informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. 2 Dukungan penilaian keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. 3 Dukungan instrumental keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. 4 Dukungan emosional keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek- aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Universitas Sumatera Utara

2.5. Kerangka Konsep