150
B. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku konsumen terhadap beras organik. Secara terperinci tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut. 1.
Mengkaji preferensi konsumen terhadap beras organik dan juga faktor yang berpengaruh terhadap preferensi konsumen terhadap beras organik.
2. Mengkaji karakteristik beras organik yang berpengaruh terhadap harga.
3. Menguji perbedaan struktur fungsi harga hedonik pada beras organik antara
antara konsumen daerah sentra produksi dengan konsumen daerah tujuan pemasaran.
4. Menggambarkan permintaan konsumen terhadap beras organik dan mengkaji
faktor yang berpengaruh terhadap permintaan beras organik. 5.
Menguji perbedaan struktur fungsi permintaan konsumen terhadap beras organik antara daerah sentra produksi dengan daerah tujuan pemasaran.
C. Tinjauan Pustaka 1. Konsep kualitas barang
Kualitas produk secara mendasar dinyatakan sebagai sifat yang lebih baik dibandingkan dengan produk yang wajar atau standarnya. Terdapat kesepakatan
umum bahwa kualitas mempunyai dimensi obyektif dan dimensi subyektif. Kualitas obyektif mengacu kepada karakteristik fisik produk dan secara khusus
mendapat persetujuan dari ahli, sedangkan kualitas subyektif merupakan kualitas yang dirasakan oleh konsumen Gunert, 2005.
Produk mempunyai sejumlah karakteristik yang berfungsi sebagai indikator yang mewakili kualitas bagi konsumen. Produk dibentuk dari karakteristik intrinsik
dan karakterisrik ekstrinsik. Batt, 2007. Berdasarkan derajat kesimetrian informasi antara penjual dengan pelanggan, barang dapat dikelompokkan
151
berdasarkan karakteristik kualitas. Nelson 1970 memperkenalkan konsep karakteristikatribut pencarian dan karakteristik pengalaman, sedangkan Darby dan
Karni 1970 menambahkan konsep karakteristik kepercayaan. Dimensi kualitas lainnya adalah karakteristik potemkin Acheilleas dan Anastasios, 2008. Sanzo et
al ., 2003 membagi karakteristik produk pertanian berdasarkan kemanfaatan bagi
konsumen: i manfaat fungsional menunjukkan kemampuan produk untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan dasar; ii kemanfaatan sensorik pengalaman rasa
positif yang dihasilkan dari organoleptik-tekstur, rasa, aroma, warna, ketajaman; iii kemanfaatan simbolik terkait dengan peningkatan citra diri seseorang dan
manifestasi dari harga diri dan gaya hidup.
2. Hubungan kualitas barang dengan harga
Agarwal dan Teas 2001 mengembangkan hubungan fungsional harga dengan nilai yang dirasakan konsumen dengan menyatakan bahwa harga
mempunyai fungsi sebagai petunjuk kualitas dan sebagai pengorbanan moneter. Harga dipandang sebagai konsekuensi dari kualitas, karena produk dengan kualitas
yang tinggi pada umumnya mempunyai biaya produksi yang lebih tinggi dan persaingan yang ketat akan menyisihkan produk dengan harga yang tinggi namun
mempunyai kualitas yang rendah. Kualitas barang yang lebih tinggi akan menurunkan risiko kegunaan sehingga meningkatkan nilai yang dirasakan oleh
konsumen yang pada akhirnya meningkatkan jumlah konsumsi. Namun, sama seperti literatur ilmu ekonomi, harga merupakan pengorbanan
moneter bagi konsumen. Pengorbanan moneter tersebut bersama-sama dengan pengorbanan waktu yang diluangkan konsumen untuk melakukan pemilihan
produk akan meningkatkan risiko keuangan bagi konsumen, yang pada akhirnya menurunkan nilai yang dirasakan oleh konsumen. Menurut Agarwal dan Teas
2001, kualitas yang dirasakan akan menurunkan risiko keuangan. Dengan
152
demikian pengaruh harga terhadap nilai yang dirasakan oleh konsumen merupakan hasil akhir dari pengaruh harga terhadap kualitas dan pengorbanan yang dirasakan
oleh konsumen.
3. Standar kualitas beras giling di Indonesia
Kualitas butir padi adalah multidimensional yang meliputi karakteristik fisik yang memperuhi penampilan dan karakteristik kimiawi yang mempengaruhi
kualitas masakan. Kualitas butir padi ditentukan oleh varietas, kondisi produksi dan pemanenan, teknik penanganan pasca panen, penggilingan dan pemasaran. Kualitas
mempunyai dimensi obyektif dan dimensi subyektif. Kualitas obyektif mengacu pada karakteristik fisik Grunert, 2005; Unnevehr, 1992 dan kimiawi produk
Unnevehr, 1992 dan secara khusus telah dilakukan pengujian oleh ahli pangan. Karakteristik obyektif yang dipertimbangkan membentuk kualitas beras
diantaranya adalah derajat sosoh, kadar air, butir kepala, dsb. Mutu beras mempunyai syarat umum bebas hama dan penyakit, bebas bau apek, asam atau bau
lainnya, bebas dari campuran dedak dan bekatul, dan bebas dari bahan kimia yang membahayakan.
4. Fungsi harga hedonis pada produk pangan
Metode harga hedonik adalah pendekatan yang berguna untuk mengkaji hubungan harga dan kualitas suatu produk. Metode ini penting untuk analisis
hubungan antara harga terhadap karakteristik produk. Dari analisis ini dapat diketahui harga implisit suatu karakteristik dengan menurunkan fungsi regresi
tersebut terhadap atribut suatu produk. Pada umumnya, harga suatu barang tergantung pada karakteristik yang melekat barang tersebut Rosen, 1974.
Analisis harga hedonik beras menunjukkan hasil yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, walaupun terdapat beberapa kemiripan. Pada
umumnya konsumen di Indonesia, Filipina dan Thailand memberikan harga yang