Referensi Konsumsi Beras Organik Perilaku Konsumsi Beras Organik

82 organik yang dilakukan secara langsung, konsumen lebih mempercayakan jaminan mutu dari pelaku pemasaran dibandingkan dengan sertifikasi organik.

B. Referensi Konsumsi Beras Organik

Kelompok didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang saling berhubungan untuk mencapai tujuannya. Dua orang bertetangga yang pergi ke supermarket bersama untuk berbelanja merupakan contoh kelompok dalam cakupan yang luas. Dalam bidang perilaku konsumen, secara mendasar mencakup studi tentang kelompok kecil, karena kelompok tersebut lebih berpengaruh terhadap perilaku konsumsi anggotanya. Kelompok yang bersesuaian dalam perilaku konsumen meliputi keluarga, kelompok pertemanan, kelompok sosial formal, kelompok berbelanja, kelompok belanja bersama, dan kelompok kerja. Anggota kelompok dapat saling mempengaruhi perilaku konsumen, misalnya mendiskusikan suatu produk atau tempat pembelian, bahkan beberapa anggota dapat meniru perilaku anggota kelompok lainnya yang menjadi referensinya. Tabel 10 menyajikan adanya referensi konsumen yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi beras organik. Tabel 10. Referensi konsumsi beras organik oleh lingkungan konsumen tahun 2011 No Uraian Sragen Surakarta Semarang Jumlah Jiwa Jumlah Jiwa Jumlah Jiwa 1 Keluarga dekat konsumen 59 96,72 50 84,75 53 79,10 2 Teman dekatkolega 46 75,41 52 88,14 61 91,04 3 Tetangga sekitar tempat tinggal 44 72,13 43 72,88 48 71,64 Sumber: Analisis data primer Pola referensi konsumsi beras organik konsumen Sragen mirip dengan Surakarta dan Semarang. Di Sragen, Surakarta dan Semarang ditemukan hampir semua konsumen mempunyai referensi keluarga, temankolega, namun referensi 83 konsumen Sragen didominasi dengan referensi keluarga, sedangkan di Surakarta didominasi referensi teman dan referensi keluarga, dan di Semarang didominasi referensi temankolega.

C. Perilaku Konsumsi Beras Organik

Proses pengambilan keputusan konsumen akan menghasilkan dua macam aktivitas pasca keputusan, yaitu perilaku pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Konsumen membuat tiga macam pembelian, yaitu pembelian coba- coba trial, pembelian berulang, dan pembelian komitmen jangka panjang. Pembelian coba-coba ditandai dengan jumlah yang lebih sedikit dari kebutuhan sesungguhnya yang dilakukan pada saat pertama kali melakukan pembelian suatu produk yang digunakan oleh konsumen untuk menilai produk tersebut. Jika konsumen merasa puas terhadap produk tersebut, maka melakukan pembelian ulang yang biasanya dilakukan dalam jumlah yang lebih besar. Perilaku konsumsi beras organik disajikan dalam Tabel 11. Jumlah pembelian beras organik diantara konsumen di tiga daerah tidak ditemukan perbedaan. Mayoritas konsumen Sragen, Surakarta dan juga Semarang mengkonsumsi beras organik sebanyak antara 5 – 15 kg. Dilihat dari proporsi konsumsi beras organik dapat dikatakan bahwa konsumen Surakarta lebih tinggi dibandingkan dengan konsumen Sragen dan juga Semarang. Lebih dari 80 konsumen Surakarta mengkonsumsi beras organik dalam proporsi yang lebih banyak dibandingkan beras non organik, yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsumen Semarang 62 dan juga Sragen 46. Konsumen beras organik Sragen cenderung mempunyai preferensi yang lebih rendah dibandingkan dengan konsumen Surakarta dan Semarang. Proporsi konsumen Sragen yang lebih suka beras organik lebih rendah dibandingkan dengan konsumen Surakarta dan Semarang. Konsumen Sragen pada umumnya 84 mempunyai pengetahuan tentang proses produksi padi organik yang lebih baik dibandingkan dengan konsumen Surakarta dan Semarang. Proses produksi yang dilakukan petani padi organik di Sragen pada umumnya mempunyai variasi dalam tingkat keorganikan yang mampu diterapkannya. Proses produksi padi organik yang dilakukan dengan baku mutu yang baik dilakukan oleh petani padi organik di Desa Sukorejo, sedangkan petani padi organik di tempat lainnya tidak mampu melakukan menerapkan baku mutu organik yang baik. Namun, sebagian padi yang tidak memenuhi baku mutu proses produksi tersebut juga dipasarkan sebagai beras organik. Pengetahuan konsumen tentang keberagaman baku mutu proses produksi inilah yang menyebabkan konsumen Sragen cenderung mempunyai preferensi yang lebih rendah dibandingkan dengan konsumen Surakarta dan Semarang. Tabel 11. Perilaku konsumsi dan preferensi konsumen beras organik tahun 2011 No Uraian Sragen Surakarta Semarang Jumlah Jiwa Jumlah Jiwa Jumlah Jiwa 1 Jumlah pembelian sebulan 5 - 10 kg 16 26,23 24 39,34 23 38,98 11 - 15 kg 22 36,07 16 26,23 13 22,03 16 - 20 kg 12 19,67 13 21,31 15 25,42 lebih dari 20 kg 11 18,03 8 13,11 8 13,56 2 Proporsi konsumsi beras organik Semua beras organik 13 21,31 34 57,63 27 40,30 Lebih banyak beras organik 16 26,23 15 25,42 16 23,88 Separoh konsumsi adalah beras organik 23 37,70 6 10,17 10 14,93 Lebih sedikit beras organik 9 14,75 4 6,78 14 20,90 3 Preferensi konsumen terhadap beras organik Sama atau kurang suka 22 36,07 11 18,64 14 20,90 Lebih suka beras organik 39 63,93 48 81,36 53 79,10 Sumber: Analisis data primer 85 Sikap adalah konsep penting dalam literatur psikologi lebih dari satu abad, lebih dari 100 definisi dan 500 pengukuran sikap telah dikemukakan oleh para ahli Peter dan Olson, 1999. Walaupun banyak definisi mengenai sikap, namun semua definisi tersebut mempunyai kesamaan, yaitu sikap diartikan sebagai evaluasi dari seseorang Sumarwan, 2002. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu produk dan menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari produk tersebut. Sikap konsumen mempunyai tingkatan, ada yang sangat menyukainya atau bahkan sangat tidak menyukainya. Sikap adalah gambaran perasaan seorang konsumen yang direfleksikan dalam perilakukanya, walaupun kadangkala tidak konsisten. Dalam kasus konsumen beras organik ketidak konsistenan ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa sebagian konsumen beras organik menyatakan sama sukanya antara beras organik dan beras non organik, sedangkan sebagian yang lainnya lebih menyukai beras organik dibandingkan beras non organik.

D. Persepsi Konsumen terhadap Beras Organik