Tujuan Penelitian Hipotesis KESIMPULAN DAN PENERAPAN A.

152 demikian pengaruh harga terhadap nilai yang dirasakan oleh konsumen merupakan hasil akhir dari pengaruh harga terhadap kualitas dan pengorbanan yang dirasakan oleh konsumen.

3. Standar kualitas beras giling di Indonesia

Kualitas butir padi adalah multidimensional yang meliputi karakteristik fisik yang memperuhi penampilan dan karakteristik kimiawi yang mempengaruhi kualitas masakan. Kualitas butir padi ditentukan oleh varietas, kondisi produksi dan pemanenan, teknik penanganan pasca panen, penggilingan dan pemasaran. Kualitas mempunyai dimensi obyektif dan dimensi subyektif. Kualitas obyektif mengacu pada karakteristik fisik Grunert, 2005; Unnevehr, 1992 dan kimiawi produk Unnevehr, 1992 dan secara khusus telah dilakukan pengujian oleh ahli pangan. Karakteristik obyektif yang dipertimbangkan membentuk kualitas beras diantaranya adalah derajat sosoh, kadar air, butir kepala, dsb. Mutu beras mempunyai syarat umum bebas hama dan penyakit, bebas bau apek, asam atau bau lainnya, bebas dari campuran dedak dan bekatul, dan bebas dari bahan kimia yang membahayakan.

4. Fungsi harga hedonis pada produk pangan

Metode harga hedonik adalah pendekatan yang berguna untuk mengkaji hubungan harga dan kualitas suatu produk. Metode ini penting untuk analisis hubungan antara harga terhadap karakteristik produk. Dari analisis ini dapat diketahui harga implisit suatu karakteristik dengan menurunkan fungsi regresi tersebut terhadap atribut suatu produk. Pada umumnya, harga suatu barang tergantung pada karakteristik yang melekat barang tersebut Rosen, 1974. Analisis harga hedonik beras menunjukkan hasil yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, walaupun terdapat beberapa kemiripan. Pada umumnya konsumen di Indonesia, Filipina dan Thailand memberikan harga yang 153 lebih tinggi untuk beras dengan butir kepala yang lebih banyak dan benda asing yang lebih sedikit. Konsumen beras Indonesia dan Thailand memberikah harga yang lebih tinggi terhadap beras yang lebih bening, sementara harga beras di Filipina tidak dipengaruhi oleh bening tidaknya butir beras. Terkait dengan warna beras, konsumen Indonesia memberikan harga yang lebih tinggi pada beras yang lebih putih, sedangkan harga di Filipina dan Thailand tidak terpengaruh oleh warna. Hal yang berlawanan terjadi pada harga hedonik kandungan amilosa, konsumen Indonesia memberikan harga yang lebih tinggi pada beras dengan kandungan amilosa yang lebih tinggi, sedangkan konsumen Filipina dan Thailand justru pada beras dengan kandungan amilosa yang lebih rendah Damardjati dan Oka, 1992; Abansi et al., 1992; Sriswasdilek et al., 1992.

5. Determinan preferensi konsumen terhadap pangan

Secara umum preferensi konsumen terhadap pangan dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, faktor demografis, dan faktor kepedulian dan kesadaran konsumen terhadap gizi. Hasil studi menunjukkan bahwa pendapatan Rimal, 2002 dan tingkat pendidikan Rimal, 2002; Storstad dan Bjorkhaug, 2003 berpengaruh positif terhadap preferensi konsumen terhadap makanan tanpa daging. Rimal 2002 menyatakan bahwa rumah tangga yang tinggal di negara bagian yang berbeda mempunyai preferensi yang berbeda pada makanan yang mengandung sedikit daging, sedangkan faktor demografis yang berpengaruh terhadap preferensi konsumen adalah komposisi keluarga. Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa kepedulian konsumen terhadap kandungan pangan yang bersifat merusak misalnya kolesterol lebih berpengaruh terhadap preferensi konsumen dibandingkan dengan kepedulian terhadap kandungan pangan yang bersifat positif misalnya vitamin. 154

6. Permintaan konsumen terhadap pangan

Permintaan adalah hubungan antara jumlah barang yang konsumen bersedia membelinya pada rentang harga tertentu dengan mempertahankan faktor lain bersifat tetap Tomek dan Robinson, 1990. Secara umum permintaan konsumen terhadap barangjasa ditentukan oleh beberapa faktor penting, yaitu pendapatan rata-rata, jumlah populasi, harga dan tersedianya barang serupa, selera individu dan beberapa pengaruh khusus Samuelson dan Nordhaus, 1992. Pendapatan merupakan faktor utama penentu permintaan. Agbola 2003 menemukan bahwa peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan daging dan ikan, biji- bijian, produk peternakan, buah-buahan, sayuran dan pangan lainnya dengan proporsi yang berbeda-beda. Hal yang mirip juga terjadi pada permintaan produk biji-bijian, buah-buahan dan sayuran, produk susu, daging dan alternatifnya, dan pangan lainnya di Kanada Ricciuto et al., 2006 dan juga pada permintaan daging di Malaysia Baharumshah dan Muhamed, 1993.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut. 1. Faktor yang menentukan preferensi konsumen meliputi persepsi pertanian organik, kemurnian beras organik, kepedulian lingkungan, pendapatan keluarga dan lokasi konsumen. Semua faktor tersebut berpengaruh positif terhadap preferensi konsumen. 2. Harga beras organik dipengaruhi oleh butir kepala, warna butiran, butir kapur, butir coklat, benda asing, tekstur, aroma, volume keterkembangan nasi, rasa manis, dan tahan simpan. 3. Struktur fungsi harga hedonik antara konsumen daerah sentra produksi berbeda dengan konsumen tujuan pemasaran beras organik Surakarta dan Semarang. 155 3.a. Harga beras organik di daerah tujuan pemasaran lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah sentra produksi. 3.b. Fungsi harga hedonik daerah tujuan pemasaran lebih peka terhadap perubahan karakteristik beras organik dibandingkan dengan di daerah sentra produksi. 4. Permintaan konsumen terhadap beras organik dipengaruhi oleh harga beras organik, harga beras non organik, pendapatan keluarga, pendidikan, referensi keluarga, referensi teman, referensi tetangga, dan preferensi konsumen. 5. Struktur permintaan konsumen terhadap beras organik antara konsumen daerah sentra produksi berbeda dengan konsumen daerah tujuan pemasaran Surakarta dan Semarang. 5.a. Permintaan beras organik di daerah tujuan pemasaran lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah sentra produksi. 5.b. Permintaan beras organik di daerah tujuan pemasaran lebih peka terhadap perubahan harga beras organik, harga beras non organik, pendapatan keluarga dibandingkan dengan di daerah sentra produksi.

E. Metode Penelitian

Ukuran sampel konsumen ditentukan sebanyak sebesar 61 orang dari Sragen 59 orang dari Surakarta dan 67 orang dari Semarang. Sampel konsumen pada masing-masing daerah diambil dengan teknik convenience, yaitu pengambilan sampel yang unit sampelnya ditentukan oleh peneliti Malhotra, 2004. Dalam penelitian ini, responden diambil dari pembeli beras organik dan bersedia untuk dijadikan responden. Survei terhadap konsumen dilakukan dengan cara membagikan kuesioner untuk diisi oleh responden di tempat pembelian setelah selesai berbelanja atau diisi di rumah konsumen. 156 Untuk menguji hipotesis 1 dilakukan analisis untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap preferensi konsumen. Untuk menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap preferensi konsumen dilakukan analisis regresi logit binomial dengan variabel terikat adalah preferensi konsumen dan variabel bebas adalah persepsi pertanian organik, kemurnian beras organik, kepedulian terhadap lingkungan, pendidikan ibu rumah tangga dan dummy lokasi. Untuk menguji hipotesis 2 dilakukan analisis regresi semi logaritma, dengan variabel terikat harga beras organik, sedangkan variabel bebasnya adalah butir kepala, warna butiran, butir kapur, butir coklat, benda asing, tekstur, aroma, volume keterkembangan, rasa manis, dan tahan simpan. Untuk menguji hipotesis 3 dilakukan uji Chow yang dilanjutkan dengan analisis regresi yang diperluas dengan menambahkan variabel interaksi antara variabel butir kepala, butir kapur, tekstur dan rasa manis dengan dummy lokasi. Untuk menguji hipotesis 4 dilakukan analisis fungsi permintaan terhadap beras organik dengan model regresi logaritma ganda. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap permintaan konsumen terhadap beras organik meliputi harga beras organik, harga beras non organik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu rumah tangga, referensi keluarga, referensi teman dan referensi tetangga dan preferensi konsumen. Untuk menguji hipotesis 5 dilakukan dengan metode Chow yang dilanjutkan dengan analisis regresi yang diperluas dengan menambahkan variabel interaksi antara variabel harga beras organik, referensi teman, referensi tetangga dan preferensi konsumen dengan dummy lokasi.

F. Hasil Penelitian

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel persepsi pertanian organik, kemurnian beras organik, pendapatan keluarga dan dummy lokasi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap preferensi konsumen. Persepsi konsumen yang 157 lebih baik terhadap pertanian organik dan kemurnian beras organik akan meningkatkan preferensi konsumen. Konsumen dengan pendapatan keluarga yang lebih tinggi mempunyai preferensi yang lebih baik terhadap beras organik. Konsumen Surakarta dan Semarang mempunyai preferensi yang lebih baik terhadap beras organik. Seperti halnya Rimal 2002, hasil penelitian ini juga belum mampu mengungkapkan peran kepedulian konsumen pada lingkungan pertanian terhadap preferensi konsumen, namun diyakini bahwa faktor tersebut mempunyai peran yang penting. Hasil analisis hedonik beras organik menunjukkan bahwa butir kepala, butir kapur, tekstur dan rasa manis merupakan faktor yang berpengaruh terhadap harga. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan di Indonesia, Philipina, dan Thailand yang menunjukkan bahwa konsumen memberikan harga yang lebih tinggi terhadap beras dengan jumlah butir kepala yang lebih banyak dan jumlah benda asing yang lebih sedikit Damardjati dan Oka, 1992; Abansi et al., 1992; Sriswasdilek et al., 1992. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa konsumen yang memberikan penilaian yang lebih tinggi terhadap karakteristik butir kepala beras organik, tekstur dan rasa manis nasi yang dihasilkan dari beras organik, memberikan harga yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena butir kepala, tekstur yang pulen, dan rasa manis pada nasi merupakan karakteristik yang diharapkan oleh konsumen. Hasil penelitian juga menemukan bahwa peningkatan penilaian konsumen terhadap banyaknya butir kapur menyebabkan konsumen memberikan harga yang lebih rendah, karena butir kapur merupakan karakteristik beras yang tidak diharapkan. Fungsi harga hedonik di Sragen dengan Surakarta mempunyai struktur yang berbeda yang diakibatkan oleh variabel butir kapur, aroma, rasa manis, dan intersep. Fungsi harga hedonik di Sragen dan Semarang mempunyai struktur yang berbeda yang diakibatkan oleh variabel butir kapur, rasa manis dan intersep.