Pembuatan benda uji Tahapan Penelitian

c. Dicampur agregat dengan aspal pada suhu yang disarankan berdasarkan spesifikasi Bina Marga 2010. d. Dilakukan pemadatan terhadap sampel sebanyak 2 x 75 kali tumbukan e. Benda uji didiamkan terlebih dahulu agar mulai mengeras sebelum dikeluarkan dari cetakan, dan kemudian didiamkan selama kurang lebih 24 jam. f. Diukur ketebalan menggunakan jangka sorong dan ditimbang, kemudian benda uji direndam dalam air pada suhu normal selama 24 jam. g. Benda uji ditimbang kembali dan dikeringkan sampai kondisi benda uji kering permukaan untuk mendapatkan berat jenuh. h. Sebelum diuji dengan menggunakan alat Marshall, benda uji direndam terlebih dahulu dalam waterbath pada suhu 60 o C selama 30 menit. Benda uji dibuat sebanyak 3 buah pada masing-masing kadar aspal sehingga jumlah benda uji yang dibuat sebanyak 15 buah. Pembuatan benda uji tahap kedua dilakukan dengan tahapan berikut ini : a. Dari pengujian Marshall tahap pertama didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum KAO sebesar 5,45 b. Dihitung kebutuhan berat setiap bahan : 1 Dihitung berat sampel. 2 Dihitung berat kadar aspal optimum yaitu 5,45 . 3 Dihitung berat agregat c. Dicampur agregat dengan KAO pada suhu optimum 150 o C. d. Dilakukan pemadatan dengan variasi : 1 2x25 tumbukan 3 buah sampel. 2 2x50 tumbukan 3 buah sampel. 3 2x75 tumbukan 3 buah sampel 4 2x100 tumbukan 3 buah sampel. e. Benda uji didiamkan terlebih dahulu agar mulai mengeras sebelum dikeluarkan dari cetakan, dan kemudiam didiamkan selama kurang lebih 24 jam. f. Diukur ketebalan menggunakan jangka sorong dan benda uji kemudian ditimbang, benda uji lalu direndam dalam air pada suhu normal selama 24 jam. g. Benda uji ditimbang kembali dan benda uji lalu dikeringkan sampai kondisi kering permukaan untuk mendapatkan berat jenuh. h. Sebelum diuji dengan menggunakan alat Marshall, benda uji direndam terlebih dahulu dalam waterbath pada suhu 60 o C selama 30 menit. i. Setelah pengujian Marshall dilakukan terhadap seluruh benda uji, kemudian dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh. Dari hasil pengujian didapatkan nilai-nilai parameter Marshall yaitu Stabilitas, Kelelehan Flow, VMA, VIM, VFA, dan MQ. Tabel 4.1 Data jumlah sampel berdasarkan variasi pemadatan. Jenis campuran Kadar Aspal Optimum Variasi pemadatan 25 tumbukan 50 tumbukan 75 tumbukan 100 tumbukan Asphalt Treated Base ATB 5,45 3 3 3 3 Total jumlah sampel 12 buah

4. Pengujian Marshall

Setelah pengujian Marshall dilakukan terhadap seluruh benda uji, kemudian langkah berikutnya adalah melakukan analisis terhadap data yang diperoleh. Data yang akan dianalisis pada pengujian ini antara lain : 1. Rongga di antara mineral agregat VMA, ditunjukkan pada Persamaan 3.5. 2. Rongga di dalam campuran VIM, ditunjukkan pada Persamaan 3.6. 3. Rongga terisi aspal VFA, ditunjukkan pada Persamaan 3.7. 4. Stabilitas kg. 5. Kelelehan mm.

5. Analisis Hasil

Dari pengujian Marshall diperoleh data yang akan dijadikan sebagai dasar perhitungan yakni VMA, VIM, VFA, stabilitas dan flow. Nilai stabilitas dan flow didapatkan dari pengujian menggunakan uji Marshall, sedangkan VMA, VIM serta VFA ditentukan melalui penimbangan benda uji dan perhitungan berat kering, berat kering permukaan dan berat dalam air. Dari data yang diperoleh dibuat suatu analisis hubungan yang disajikan dalam grafik hubungan antara : 1. Jumlah variasi tumbukan VMA. 2. Jumlah variasi tumbukan VIM. 3. Jumlah variasi tumbukan VFA. 4. Jumlah variasi tumbukan Stabilitas. 5. Jumlah variasi tumbukan Flow. 6. Jumlah variasi tumbukan Quotient Marshall