telah diisyaratkan, sehingga diperoleh rentang aspal yang memenuhi syarat, maka nilai kadar aspal optimum diambil pada nilai tengah dari koridor kadar aspalnya.
Hasil pengujian ditampilkan pada Tabel 5.3 sampai dengan Tabel.5.8 dan Gambar 5.1 sampai dengan Gambar 5.6 .
Tabel 5.3 Nilai VMA
Kadar Aspal Nilai VMA
4 14,4
4,5 14,13
5 14,44
5,5 14,48
6 14,51
Gambar 5.1 Hubungan antara kadar aspal dengan VMA
Tabel 5.4 Nilai VIM
Kadar Aspal Nilai VIM
4 6,66
4,5 5,23
5 4,40
5,5 3,26
6 2,07
Gambar 5.2 Hubungan antara kadar aspal dengan VIM Tabel 5.5 Nilai VFA
Kadar Aspal Nilai VFA
4 53,80
4,5 63,01
5 69,71
5,5 77,52
6 85,99
Gambar 5.3 Hubungan antara kadar aspal dengan VFA
Tabel 5.6 Nilai Stabilitas
Gambar 5.4 Hubungan antara kadar aspal dengan Stabilitas
Kadar Aspal Nilai Stabilitas Kg
4 2233,2
4,5 2299,73
5 2387,39
5,5 2313,36
6 2165,3
Tabel 5.7 Nilai Kelelehan Flow
Kadar Aspal Nilai Kelelehan Flow mm
4 4,60
4,5 4,16
5 4,47
5,5 5,27
6 5,88
Gambar 5.5 Hubungan antara kadar aspal dengan Kelelehan
Tabel 5.8 Nilai MQ
Kadar Aspal Nilai MQ Kgmm
4 441,67
4,5 530,04
5 494,65
5,5 417,17
6 341,78
Gambar 5.6 Hubungan antara kadar aspal dengan MQ
Gambar 5.7 Penentuan kadar aspal optimum
Berdasarkan hasil uji Marshall, campuran dengan kadar aspal normal berkisar antara 4-6 diperoleh kadar aspal optimum KAO sebesar 5,45.
D. Hubungan antara Jumlah Tumbukan dan Parameter Hasil Uji Marshall
Dari hasil uji Marshall dengan jumlah tumbukan yang bervariasi didapat hasil selengkapnya sebagai berikut.
1. . Voids in the Mineral Aggregate VMA
VMA digunakan untuk mengukur kemampuan suatu campuran dalam menerima dan menampung sejumlah kadar aspal Arifin, dkk., 2008. Rongga dalam agregat
atau VMA merupakan salah satu parameter penting dalam rancangan campuran aspal, karena pengaruhnya terhadap ketahanan dari campuran aspal. VMA
menunjukkan banyaknya aspal dari rongga yang terisi aspal. Hasil untuk nilai pengujian VMA masing-masing variasi jumlah tumbukan disajikan pada Tabel 5.9
dan Gambar 5.8.
Tabel 5.9 Nilai VMA untuk setiap variasi jumlah tumbukan
Kadar Aspal Optimum
VMA
2x25 tumbukan 2x50 tumbukan
2x75 tumbukan 2x100 tumbukan
5,45 25,07
22,05 19,50
17,44
Gambar 5.8 Hubungan antara variasi jumlah tumbukan dengan VMA
Dari Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa semua hasil memenuhi spesifikasi namun semakin bertambah jumlah tumbukan menyebabkan nilai VMA mengalami
penurunan, nilai tertinggi terdapat pada 2 x 25 kali tumbukan yaitu 25,07 dan nilai VMA terendah sebesar 17,44 pada tumbukan 2 x 100. Terjadinya penurunan nilai
VMA pada campuran disebabkan karena agregat yang tadinya sudah padat pada tumbukan ke 2 x 25 bertambah padat dengan adanya butiran akibat tumbukan
berikutnya yang mengisi rongga. Nilai kadar rongga antar agregat dalam campuran pada agregat minimum adalah 13, jika didapat nilai VMA yang terlalu besar, maka
akan diperlukan tambahan jumlah aspal agar rongga udara dalam lapisan perkerasan dapat dikurangi. Namun, jumlah aspal yang berlebihan didalam campuran dapat
membuat stabilitas campuran terganggu Lavin 2003, dalam Rizana 2012.
2. Voids in Mix VIM
Nilai VIM menunjukkan nilai persentase rongga dalam suatu campuran aspal. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai VIM adalah gradasi, kadar aspal dan density.
Nilai VIM yang semakin besar menunjukkan campuran bersifat keropos porous. Proses ini mengakibatkan udara dan air mudah masuk ke dalam lapis perkerasan
sehingga berakibat meningkatkan proses oksidasi yang dapat mempercepat penuaan aspal. Apabila didapat nilai VIM yang kecil, maka dapat diindikasikan bahwa
campuran akan bersifat lebih kedap air. Nilai VIM yang terlalu kecil juga dapat mengakibatkan terjadinya bleeding pada lapis perkerasan saat temperatur meningkat.
Spesifikasi dari VIM berkisar antara 3-5. Hasil dari nilai VIM disajikan pada Tabel 5.10 dan Gambar 5.9.
Tabel 5.10 Nilai VIM untuk setiap variasi jumlah tumbukan
Kadar Aspal Optimum
VIM
2x25 tumbukan 2x50 tumbukan
2x75 tumbukan 2x100 tumbukan
5,45 5,03
3,66 3,94
4,35