31
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian Agregat
Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yang terdiri dari agregat halus dan agregat kasar. Oleh karena itu, sebelum digunakan maka
dilakukan beberapa jenis pengujian untuk mengetahui kelayakan dari agregat tersebut. Hasil dari pengujian agregat akan disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5. 1 Hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus
No Jenis Pengujian
Satuan Hasil
Spesifikasi Pengujian Standar
Minimal Maksimal
I. Agregat Kasar
1 Berat Jenis Bulk
- 2,697
- -
SNI 03-1969-1990 2
Berat jenis Apparent -
2,721 2,5
- SNI 03-1969-1990
3 Berat jenis efektif
- 2,640
- -
SNI 03-1969-1990 4
Penyerapan 0,880
- 3
SNI 03-1969-1990 5
Pengujian Abrasi 22,83
- 40
SNI 03-2417-1991
II. Agregat Halus
1 Berat Jenis Bulk
- 2,612
- -
SNI 03-1979-1990 2
Berat jenis Apparent -
2,698 2,5
- SNI 03-1979-1990
3 Berat jenis efektif
- 2,643
- -
SNI 03-1979-1990 4
Penyerapan 1,205
- 3
SNI 03-1979-1990
Sumber : Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan jasa pelaksanaan konstruksi BAB VII Spesifikasi Umum 2010 Divisi 6 Tabel 6.3.2.1a
Berdasarkan hasil dari pengujian pada Tabel 5.1 maka agregat kasar dan agregat halus memenuhi persyaratan sebagai bahan yang akan digunakan pada penelitian ini
B. Hasil Pengujian Aspal
Aspal yang digunakan pada penelitian ini merupakan aspal keras dengan penetrasi 6070. Untuk mengetahui kelayakan dari aspal tersebut, maka dilakukan
beberapa jenis pengujian. Hasil dari pemeriksaan aspal akan disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Hasil pengujian aspal keras AC 6070
No Jenis Pengujian
Satuan Hasil
rata-rata Spesifikasi
Pengujian Standar
Min Maks
1 Penetrasi 25º, 5 dt,
100 gr 0,1 mm
73,6 60
79 SNI 06-2456-1991
2 Titik Lembek
ºC 55,05
48 58
SNI 06-2434-1991 3
Titik Nyala ºC
254 200
- SNI 06-2433-1991
4 Daktilitas
cm 90
100 -
SNI 06-2432-1991 5
Berat Jenis grcm
3
1,07 1
- SNI 06-2441-1991
6 Kehilangan Berat
berat 0,236
- 0,8
SNI 06-2440-1991
Sumber : Spesifikasi umum 2010 Revisi 2, PU-Bina Marga Dari nilai penetrasi rata-rata sebesar aspal 73,6 dapat disimpulkan bahwa aspal
ini termasuk aspal AC pen 6070, yaitu aspal dengan penetrasi antara 60-70. Dari pengujian titik lembek, titik nyala, berat jenis dan kehilangan berat semua hasil yang
didapat memenuhi persyaratan yang ditentukan SNI. Untuk pengujian daktilitas nilai yang didapat tidak memenuhi standar persyaratan yang di tentukan, sebab pada saat
penarikan alat yang digunakan sudah tidak sesuai kecepatan penarikannya. Pengujian yang dilakukan sudah mengikuti prosedur yang benar dengan penambahan gliserin
dalam campuran air agar berat jenis aspal terhadap air lebih besar dan pengujian tersebut sudah dilakukan berulang-ulang kali.
C. Kadar Aspal Optimum KAO
Pemakaian aspal dalam campuran sangat menentukan tingkat kekedapan terhadap air dan udara. Semakin besar kadar aspal akan semakin rapat campurannya,
karena rongga dalam campuran akan terisi aspal. Pemakaian aspal yang banyak akan memberikan ikatan yang baik dalam campuran. Tetapi kadar aspal yang berlebihan akan
berakibat aspal berubah fungsi menjadi pelicin pada temperatur yang tinggi. Untuk itu perlu dicari kadar aspal yang optimum.
Berdasarkan spesifikasi Bina Marga, Buku V Divisi 6.3 2010, kadar aspal normal adalah 3-6. Melalui prosedur uji Marshall akan diperoleh kadar aspal
optimum, dimana pada kadar aspal optimum sangat tergantung pada karakter agregat seperti gradasi dan penyerapan.
Pada pengujian Marshall metode Bina Marga, kadar aspal optimum diperoleh dari nilai-nilai VMA, VIM, VFA, Stabilitas, Kelelehan flow, dan Quitient Marshall
yang ditampilkan dalam bentuk grafik hubungan antara kadar aspal yang digunakan dengan parameter-parameter tersebut. Selanjutnya diplotkan dengan parameter yang