Material Kontruksi Perkerasan TINJAUAN PUSTAKA

kekerasan juga merupakan salah satu syaratnya. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya untuk memperoleh rongga-rongga seminimum mungkin. Pemakaian ukuran butiran ini juga tergantung dari dimensi perkerasan yang akan dibuat. Untuk memisahkan aregat kasar dengan agregat halus dipakai saringan No.4. Material ynag tertahan pada saringan tersebut merupakan agregat kasar. Ini dilakukan dengan menggunakan satu set saringan yang digerakkan oleh motor Sieve Shaker. Setelah perhitungan dilakukan maka dapat dibuat kurva distribusi ukuran atau kurva gradasi agregat halus Pasir. Agregat kasar yaitu agregat yang diameternya lebih dari 4,75 mm menurut ASTM atau lebih besar 2 mm menurut AASHTO. Berikut ini adalah Tabel 2.2 yang berisi tentang ketentuan pengujian untuk agregat kasar dan agregat halus. Tabel 2.2. Spesifikasi pengujian agregat kasar dan agregat halus No Jenis Pemeriksaan Standar Rujukan Persyaratan Satuan Agregat kasar Agregat halus 1. Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 40 Maks. 30 2. Berat jenis semu SNI 03-1969-1990 SNI 03-1970-1990 Min 2,5 Min 2,5 3. Absorbsi air SNI 03-1969-1990 SNI 03-1970-1990 Maks 3 Maks 3 1. Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat SNI 03-3407-2008 Maks 12 - 2. Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 MIN 95 - 3. Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-2008 Maks 40 - 4. Berat jenis semu SNI 03-1969-1990 SNI 03-1970-1990 Min 2,5 Min 2,5 5. Absorbsi air SNI 03-1969-1990 SNI 03-1970-1990 Maks 3 Maks 3 Sumber : Spesifikasi Bina Marga 2010 b. Agregat halus Agregat halus pada campuran aspal berfungsi untuk menambah stabilitas dari campuran dengan memperkokoh sifat saling mengunci dari agregat kasar, mengurangi rongga udara dalam campuran dan menaikkan luas permukaan serta menaikkan kadar aspal guna membuat campuran menjadi awet. Agregat yang secara umum mempunyai ukuran antara 0,234 – 0,075 mm. Agregat halus terdiri dari bahan – bahan yang berbidang kasar, bersudut tajam dan bersih dari kotoran – kotoran atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Agregat bergradasi halus adalah agregat yang mempunyai butir yang berukuran dari yang kasar sampai yang halus tetapi agregat halusnya dominan. Agregat halus yaitu agregat yang ukurannya lebih kecil dari 4,75 mm menurut ASTM atau ukurannya berada di antara 0,075 mm sampai 2 mm menurut AASHTO. Agregat halur adalah material yang lolos saringan No.8 2,36mm dan tertahan saringan no.2000,075mm . Agregat dapat meningkatkan stabilitas campuran dengan ikatan yang baik terhaap campuran aspal. Bahan ini dapat terdiri dari butir-butiran batu pecah atau pasir alam atau campuran dari keduanya. Tabel 2.3. Spesifikasi pengujian agregat halus Pengujian Standard Nilai Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 70 untuk AC bergradasi kasar Material Lolos Ayakan No 200 SNI 03-4428-1997 Maks 8 Kadar Lempung SNI 3423 : 2008 Maks 1 Angularitas kedalaman dari permukaan 10cm AASHITO TP 33 atau ASTM C 1252-93 Min 45 Angularitas kedalaman dari permukaan 10cm AASHITO TP 33 atau ASTM C 1252-93 Min 40 Sumber : Spesifikasi Bina Marga 2010 6. Partiket pipih dan lonjong ASTM D4791 perbandingan 1:5 Maks 10 c. Bahan Pengisi Filler Filler adalah bahan pengisi rongga dalam campuran void in mix yang berbutir halus yang lolos saringan No. 30 dimana persentase berat yang lolos saringan No.200 minimum 65 SKBI-2.4.26.1987. Sebagai filler dapat dipergunakan debu batu kapur, debu dolomits atau semen portland. Fungsi filler pada perkerasan adalah untuk meningkatkan stabilitas dan mengurangi rongga udara dalam campuran. Bahan pengisi filler merupakan bahan yang 75 lolos ayakan No.200, dapat terdiri dari abu batu, abu batu kapur, kapur padam atau bahan non plastis lainnya. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari bahan lain yang mengganggu. Fungsi filler dalam campuran adalah untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang. Filler dan aspal secara bersamaan membentuk suatu pasta yang akan membalut dan mengikat agregat halus, mengisi ruang antara agregat. Apabila dicampur dengan aspal maka filler akan membentuk bahan pengikat yang berkonsistensi tinggi sehingga mengikat antar butiran-butiran agregat. Tabel 2.4 Syarat gradasi bahan pengisi filler Ukuran saringan Persen lolos No. 30 0,59 mm 100 No. 50 0,279 mm 95 – 100 No. 100 0,149 mm 90 – 100 No. 200 0,074 mm 65 – 100 Sumber : Spesifikasi Bina Marga 2010 2. Aspal Aspal adalah material utama pada konstruksi lapis permukaan lentur flexible pavement jalan raya, yang berfungsi sebagai bahan pengikat karena mempunyai daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif, kedap air dan mudah dikerjakan. Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna coklat gelap atau hitam pekat yang dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resins, dan oils. Aspal pada lapir perkerasan berfungsi sebagai bahan ikat antara agregat untuk membentuk suatu campuran yang ompak, sehingga akan memberikan kekuatan masing-masing agregat. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya sifat termoplastis. Sebagai salah satu material kontruksi perkerasan lentur, aspal merupakan salah satu komponen kecil umumnya hanya 4 – 10 berdasarkan berat dan 10 -15 berdasarkan volume. Terdapat bermacam-macam tingkat penetrasi aspal yang dapat digunakan dalam campuran, antara lain 4050, 6070, 80100. Umumnya aspal yang digunakan di Indonesia adalah penetrasi 6070. Berikut ini adalah Tabel 2.5 tentang persyaratan pengujian aspal penetrasi 6070. Tabel 2.5. Persyaratan pengujian aspal keras penetrasi 6070 No Jenis Pemeriksaan Standar Rujukan Persyaratan Satuan Min Maks 1. Penetrasi 25 °C, 5 detik SNI 06-2456-1991 60 79 0,1 mm 2. Titik lembek SNI 06-2434-1991 48 58 °C 3. Titik nyala dan titik bakar SNI 06-2433-1991 200 °C 4. Daktilitas 25°C, 5 cmmenit SNI 06-2432-1991 100 cm 5. Penurunan berat SNI 06-2440-1991 0,8 berat 6. Berat jenis 25°C SNI 06-2441-1991 1 grcc 7. Penetrasi setelah penurunan berat, asli SNI 06-2456-1991 54 Sumber : Spesifikasi Bina Marga 2010

D. Gradasi Agregat

Gradasi agregat merupakan campuran dari berbagai diameter butiran agregat yang membentuk susunan campuran tertentu, ditentukan melalui analisis saringan butiran grain size analysis dengan menggunakan 1 set saringan dimana saringan paling kasar diletakkan paling atas dan saringan paling halus diletakkan paling bawah, dimulai dengan pan dan diakhiri dengan tutup. Tabel Gradasi Agregat pada spesifikasi teknis Bina Marga 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Batasan gradasi agregat untuk campuran Asphalt Treated Base ATB No. Sarin gan Bukaan saringan Berat yang lolos terhadap total agregat dalam campuran Berat yang lolos terhadap total agregat dalam campuran ATB ATB Gradasi kasar Gradasi halus BASE BASE 1.5 37,5 mm 100 100 1 25 mm 90 – 100 90 - 100 ¾” 19 mm 73 – 90 73 - 90 ½” 12,5 mm 55 – 76 61 - 79 38” 9,5 mm 45- 66 47 - 67 4 4,75 mm 28- 39,5 39,5 - 50 8 2,36 mm 19 - 26,8 30,8 - 37 16 1,18 mm 12 - 18,1 24,1 - 28 30 0,600 mm 7 - 13,6 17,6 - 22 50 0,300 mm 5 – 11,4 11,4 - 16 100 0,150 mm 4,5 -9 4 - 10 200 0,075 mm 3 – 7 3 - 6 Sumber : Spesifikasi umum 2010revisi-2, PU-Bina Marga 15

BAB III LANDASAN TEORI

A. Karakteristik Marshall pada Asphalt Treated Base ATB

1. Stabilitas Stability Stabilitas merupakan kemampuan maksimum suatu benda uji campuran aspal dalam menahan beban sampai terjadi kelelehan plastis dan dinyatakan dalam satuan beban. Untuk stabilitas harus sesuai dengan persyaratan campuran aspal yang sudah ditentukan dalam spasifikasi yang dipakai. Apabila stabilitas tinggi harus menggunakan agregat yang bergradasi rapat dense graded, permukaan yang kasar dan jenis agregat yang keras dan berbentuk kubikal. Aspal yang digunakan harus penetrasinya rendah dan cukup untuk ikatan agregat. Stabilitas lapisan pekerjaan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan jalan menerima beban lalulintas tanpa terjadi perubahan bentuk seperti gelombang dan alur. Kebutuhan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan dan beban lalu lintas yang dilayani. Jalan yang melayani volume lalu lintas tinggi dan mayoritas kendaraan berat membutuhkan perkerasan jalan dengan stabilitas tinggi. Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir , penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Untuk mendapatkan stabilitas yang tinggi, biasanya dapat dilakukan penggunaan agregat dengan gradasi yang rapat, agregat dengan permukaan yang kasar, agregat berbentuk kubus, aspal dengan penetrasi rendah serta aspal dalam jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir. 2. Kelelehan flow Kelelehan adalah besarnya deformasi vertikal benda uji yang terjadi mulai saat awal pembebanan sampai kondisi kestabilan maksimum sehingga sampel sampai batas runtuh dinyatakan dalam satuan mm. Nilai flow yang tinggi mengindikasikan campuran bersifat plastis dan lebih mampu mengikuti deformasi akibat beban, sedangkan nilai flow yang rendah mengindikasikan campuan tersebut memiliki banyak rongga kosong yang tidak terisi aspal