disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah serangkaian kegiatan siswa baik fisik maupun rohani dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang optimal. Indikator aktivitas siswa dalam penelitian ini dengan pelaksanaan
pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint antara lain: 1 Kesiapan siswa dalam belajar; 2 Memperhatikan
penjelasan guru; 3 Mendapat bahan bacaan; 4 berdiskusi menemukan konsep utamaide pokok; 5 Mengurutkanmengelompokkan konsep lain; 6 Menyusun
konsep yang telah ditemukan ke dalam bagan; 7 Presentasi hasil diskusi; 8 Membuat kesimpulan.
2.1.3.3 Respon siswa
Respon adalah Setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan respon terhadap rangsangan atau stimulus. Menurut Gulo 1996
dalam Sutrisno, 2012 respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Individu manusia berperan
serta sebagai pengendali antara stimulus dan respon sehingga yang menentukan bentuk respon individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu
sendiri. Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagiannya
akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang. Respon seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif. Apabila
respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau
mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut.
https:pratamasandra.wordpress.com20110511pengertian-respon.
Respon siswa adalah perilaku yang lahir sebagai hasil masuknya stimulus yang diberikan guru kepadanya. Respon siswa merupakan salah satu faktor
penting yang ikut menentukan keberhasilan belajar sains. Kurangnya respon siswa terhadap pelajaran sains akan menghambat proses pembelajaran. Rendahnya
respon siswa belum tentu sumber kesalahan materi ajar pada diri siswa. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kurangnya respon siswa dalam belajar termasuk
pelajaran Sains. Diantaranya; kurangnya interaksi antara guru dengan siswa yang menyebabkan adanya ketidak hormonisan pada saat pembelajaran berlangsung
sehingga suasana kelas menjadi kurang menarik dan cenderung membosankan. Sarana dan prasarana kurang memadai untuk meningkatkan respons belajar siswa
khususnya pada pembelajaran Sains. Tidak dapat dipungkiri bahwa cara belajar yang
tepat dapat
meningkatkan respon
belajar siswa.
http:digilib.unimed.ac.idpublicUNIMED-Undergraduate-24872-BAB20I.pdf
Menurut Azwar 2015: 87 sikap disebut juga respon yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Hal ini berarti bahwa dalam sikap terkandung adanya rasa
suka-tak suka terhadap sesuatu sebagai objek sikap. Karakteristik sikap diantaranya:
a. Arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau
tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung
atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya
positif sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif.
b. Intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu
sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah
negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju.
Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai dari agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim.
c. Keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek
sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.
d. Konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang
dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Konsistensi juga
diperlihatkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. e.
Spontanitas, yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas
yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya.
Teori belajar yang berkitan dengan respon yaitu teori belajar classical conditioning yang dikembangkan oleh Pahlov 1849-
1936 dalam Rifa’i, 2011: 107 yang mempelajari bagaimana anjing percobaannya menjadi terkondisi untuk
berliur walau tanpa diberi makanan. Menurut Pahlov apabila anjing mengeluarkan air liur karena melihat makanan, respon ini bersifat alami karena respon tidak
terkondisi dn stimulusnya disebut stimulus alamiah. Hal tersebut bisa dilihat pada bagan berikut:
Bagan 2.1 Skema Respon Untuk menimbulkan respon berkondisi ditempuh dengan jalan
memberikan stimulus berkondisi berbarengan atau sebelum diberikan stimulus alamiah. Pemberian stimulus-stimulus tersebut dilakukan berulang kali sehingga
pada akhirnya akan terbentuk rrspons berkondisi anjing mengeluarkan air liur, sekalipun tidak diberikan stimulus alamiah makanan.
Bagan 2.2 Skema Respon Tidak Berkondisi Pada akhir percobaan akhir pengkondisian penyajian stimulus berkondisi
bunyi bel ternyata menghasilkan respons berkondisi mengeluarkan air liur. Stimulus
Respon Tidak Berkondisi
Tidak Berkondisi Daging
Stimulus
Tidak Terjadi Netral Bel
Respon
Stimulus Berkondisi Bel
Respon Tidak Berkondisi
Stimulus Alamiah Daging
Dalam hal ini stimulus berkondisi bunyi bel tidak disajikan secara bersamaan dengan stimulus alamiah daging.
Bagan 2.3 Skema Respon Berkondisi Dari ketiga tahapan eksperimen tersebut dapat dijelaskan bahawa:
1. apabila stimulus alamiah daging disajikan dihadapan anjing, maka anjing
akan membentuk respons alamiah mengeluarkan air liur; 2.
apabila stimulus berkondisi bel diberikan setelah stimulus alamiah, maka respons berkondisi tidak akan terbentuk, dan
3. respons berkondisi akan terbentuk apabila stimulus berkondisi diberikan
sebelum atau berbarengan dengan stimulus alamiah. Dari Eksperimen tersebut Pahlov menarik kesimpulan bahwa dalam diri
anjing akan terjadi pengkondisian selektif berdasar atas penguatan selektif. Dalam arti, anjing dapat membedakan stimulus yang disertai dengan penguatan dan
stimulus yang tidak disertai dengan penguatan. Karya Pahlov dalam bereksperimen menekankan pada aspek pengamatan dan pengukuran, serta
penggalian aspek-aspek belajar sehingga dapat membantu peelitian tentang belajar secara alamiah.
Menurut Skinner dalam Rifa’i, 2011: 111 hadiah dapat meningkatkan probabilitas timbulnya repons. Suatu tindakan dapat dinyatakan sebagai
penguatan atau tidak adalah tergantung dari efek yang ditimbulkan. Tekanan Stimulus
Respon Berkondisi
Bekondisi Bel
Mengelurkan air liur
utama dalam teorinya operant conditioning adalah pada respons atau perilaku dan konsekuensi yang menyertai. Oleh karena itu seseorang harus membuat respons
sedemikian rupa untuk memperoleh penguatan atau hadiah yang menjadi stimulus yang memperkuat.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa respon adalah tanggapan atau reaksi siswa dari stimulus yang diberikan guru dalam proses
pembelajaran.
2.1.3.4 Hasil Belajar