Strategi Belajar Concept Mapping

merupakan cara yang khas dalam menghadapi pengalaman yang berkenaan dengan semua segi kehidupan yang relevan. Guru memiliki keterampilan untuk memantulkan dan membangun cara siswa membentuk konsep secara wajar dan sekaligus memberi kemungkinan untuk menemukannya sendiri, sehingga dengan demikian memberikan urunan terhadap perkembangan mentalnya dalam menggali potensi yang paling dalam dan paling baik yang ada pada dirinya. Adapun keretampilan proses yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi: pemanasan, pengamatan, aplikasi konsep dan komunikasi. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif dan menerapkan keterampilan proses serta mencakup semua komponen hakikat IPA produk, proses, sikap, teknologi maka tujuan yang dikehendaki dalam kurikulum dapat tercapai.

2.1.6 Strategi Belajar Concept Mapping

Tujuan utama pengajaran strategi adalah mengajarkan siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan diri sendiri pembelajar mandiri. Peta konsep concep mapping adalah cara untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya. Selain itu Ausubel dalam Munthe, 2009:17 menjelaskan bahwa concept map sebagai satu teknik yang telah digunakan secara ekstensif dalam pendidikan. Teknik concept map ini diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif David P. Ausubel yang mengatakan bahwa belajar bermakna terjadi dengan mudah apabila konsep-konsep baru dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif. Pemetaan konsep menurut menurut Martin dalam Trianto, 2011:157 merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Para guru yang telah menggunakan peta konsep menemukan bahwa peta konsep memberi basis logis untuk memutuskan ide-ide dari rencana pembelajaran. Sebaiknya peta konsep disusun secara hierarki, artinya konsep yang lebih inklusif dilakukan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi konsep yang kurang inklusif. Dalam IPA peta konsep membuat informasi abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep pembelajaran, dan menununjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk. Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yng berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Adapun karakteristik terkait mendesain bahan ajar dengan concept map menurut Munthe 2009:18-19 adalah sebagi berikut: 1. Biasanya berstruktur hierarkis dengan lebih inklusif. Dalam struktur tersebut, konsep-konsep general berada di bagian atas, kemudian kurang inklusif, dan diikuti dengan konsep-konsep khusus yang diletakkan di bagian bawah. 2. Kata-kata yang menghubungkan selalu ada di atas garis-garis yang menghubungkan konsep-konsep. 3. Concept map mengalir dari atas ke bawah halaman. Tanda panah digunakan untuk menunjukkan arah hubungan. 4. Sebuah concept map merupakan representasi atau gambaran pemahaman seseorang tentang sebuah masalah mata pelajaran, topik, persoalan. 5. Kekuatan concept map berasal dari inter-koneksi antarkonsep. 6. Perasaan seseorang mungkin terekspresikan ke dalam sebuah concept map dengan memasukkan konsep-konsep yang bernada empati, atau perasaan tidak suka, atau perasaan stres terhadap sebuah konsep, seperti senang, takut, marah, tertekan, dan sebagainya. Munthe 2009:19-20 menyebutkan bahwa concept map merupakan satu bentuk diagram atau gambar visualisasi konsep-konsep yang saling berhubungan. Berikut adalah kegunaan concept map sebagai strategi belajar siswa, diantaranya: 1. Dapat digunakan sebagai sarana belajar dengan membandingkan concept map siswa dengan guru. Peta-peta yang telah dihasilkan dapat menunjukkan tingkat penguasaan siswa. 2. Dapat digunakan sebagai cara lain dalam mencatat pelajaran sewaktu belajar. 3. Dapat digunakan sebagai alat belajar dengan membandingkan peta konsep yang dibuat di awal dengan akhir pembelajaran. Siswa melakukan penilaian mandiri terhadap penguasaan bahan ajar. 4. Membantu meningkatkan daya ingat siswa dalam belajar. Siswa merangkum informasi yang banyak ke dalam konsep-konsep utama yang saling berhubungan ke dalam sebuah digram atau gambar yang mencakup keseluruhan konsep-konsep yang dipelajari. Keunggulan concept map terletak pada pemahaman yang terwakili dalam concept map yang dihasilkan, proses pembuatan concept map, dan potensi proses memfasilitasi satu hubungan yang lebih wajar antara guru dan siswa Munthe, 2009: 23 diantaranya : 1. Berbagi pemahaman Concept map adalah satu teknik pendidikan yang penuh kekuatan, karena baik siswa maupun guru dapat membuat dan berbagi concept map, sehingga tercipta berbagai pemahaman tentang suatu topik. 2. Proses pembuatan concept map Proses aktualitas pemetaan konsep-konsep menuntut individu untuk menentukan hierarki konsep-konsep, memilih konsep-konsep untuk diinterkoneksikan, dan melukiskan tabiat yang tepat hubungan di anatara konsep-konsep tersebut. Proses aktualitas pengonstruksian peta dapat mendorong siswa mengonstruksi arti-arti. 3. Hubungan Concept map dapat membantu memfasilitasi hubungan yang lebih sepadan antara guru dan siswa. Proses pemetaan konsep dapat memberi siswa sejumlah kemerdekaan dan mengurangi kemungkinan siswa melawan, tergantung dan pasif. Arends dalam Trianto, 2011: 160 memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut: 1. Langkah 1 : Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep 2. Langkah 2 : Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama 3. Langkah 3 : Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut 4. Langkah 4 : Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut: 1. Memilih suatu bahan bacaan 2. Menentukan konsep-konsep yang relevan 3. Mengelompokkan mengurutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif 4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain. Ada empat macam peta konsep diantaranya: a. Pohon jaringan network tree Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis ini menujukkan hubungan antara ide-ide itu. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftarlah konsep-konsep utama yang berkaitan dengan konsep itu. Periksalah daftar dan mulai menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. b. Rantai kejadian event chain Petaa konsep ini dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap dalam suatu proses. c. Peta konsep siklus cycle concept map Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus tersebut berulang dengan sendirinya. d. Laba-laba spider concept map Peta konsep ini dapat digunakan untuk curah pendapat. Berawal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide dan ini berkaitan dengan ide sentral itu namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan peta konsep pohon jaringan network tree yang dianggap lebih cocok dan lebih mudah untuk diterapkan pada usia anak SD. Pembelajaran yang mendukung strategi belajar concept mapping adalah pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin 2010: 4 pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Alasan penggunaan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat postif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Pembelajaran kooperatif berjalan dengan baik dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas yang khusus untuk anak-anak berbakat, kelas pendidikan khusus, dan bahkan untuk kelas dengan tingkat kecerdasan rata-rata, dan khususnya sangat diperlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai tingkat kemampuan. Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan pentingnya untuk menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas yang berbeda. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan strategi belajar concept mapping diharapakan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di kelas IVA SDN Gisikdrono 03.

2.1.7 Media Pembelajaran

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL DIRECT INSTRUCTION DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IVB SDN GISIKDRONO 03 SEMARANG

1 8 237

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL SAVI DENGAN MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS IVA SDN WONOSARI 03 SEMARANG

1 12 250

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN GISIKDRONO 03 KOTA SEMARANG

1 15 263

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN GISIKDRONO 03 SEMARANG

0 17 254

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS VB SDN GISIKDRONO 03 SEMARANG

1 20 211

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING DENGAN MEDIA CD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 03

0 8 339

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING DENGAN AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS II SDN KARANGANYAR 01 KOTA SEMARANG

0 5 249

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING BERBASIS MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS IVA SDN GISIKDRONO 03 KOTA SEMARANG

0 3 274

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI STRATEGI CONCEPT MAPPING BERBANTUAN MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 02 KOTA SEMARANG

0 12 225

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL NHT DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 SEMARANG

0 8 289