dan efek pembelajaran IPA, hingga penyesuaian materi IPA yang akan diajarkan dengan penataan lingkungan belajar atau sistem sosial, dan prinsip reaksi yang
mampu mengoptimalkan keseluruhan komponen yang dimiliki peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
2.1.6 Model Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually
2.1.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut Majid 2014:13 merupakan kerangka dasar
pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya. Soekamto dalam Hamruni 2012:6 mengemuka-
kan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukis- kan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pe- rancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Sedangkan menurut Sukardi 2013:29 model pembelajaran adalah bentuk
atau tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar oleh guru kepada siswa. Model pembelajaran yang ideal adalah model yang
mengeksplorasi pengalaman belajar efektif, yaitu pengalaman belajar yang me- mungkinkan siswa mengalami atau berbuat secara langsung dan aktif dalam
sebuah lingkungan belajarnya. Siswa diberi kesempatan yang luas untuk melihat, memegang, merasakan dan mengaktifkan lebih banyak indera yang dimilikinya.
Siswa didorong untuk mengekspresikan diri dalam rangka membangun pemaham- an pengetahuan, perilaku dan keterampilannya.
Menurut Hamruni 2012:6 model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode, atau prosedur, yaitu:
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. 3.
Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah kerangka dasar pembelajaran berupa prosedur pembelajaran yang sistematis tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.1.6.2 Pengertian Model Somatic Auditory Visualization Intellectually
Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Meier mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau
somatis S, pendengaran atau auditori A, penglihatan atau visual V, dan pemikiran atau intelektual I.
Menurut Suwatra, dkk dalam Permini, 2014 model SAVI Somatic Auditory Visualization Intellectually merupakan pembelajaran yang mengga-
bungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran sehingga menjadi tidak mem-
bosankan bagi para siswanya.
Menurut Rose dalam Fitriani 2013:9 ciri-ciri yang mencerminkan gaya belajar model SAVI diantaranya adalah a belajar visual melalui melihat sesuatu.
Mereka suka melihat gambar atau diagram, menonton pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video. Mereka juga membaca kata tertulis, bahan belajar berupa
teks tertulis yang jelas; b pembelajaran auditori melalui mendengar sesuatu. Mereka suka mendengarkan kaset audio, ceramah, diskusi, debat dan instruksi
perintah verbal; c pembelajaran fisik somatis senang pembelajaran praktik supaya bisa langsung mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar, dengan
bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa model SAVI
Somatic Auditory Visualization Intellectually merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dalam memanfaatkan seluruh alat indera-
nya baik aktivitas tubuh, aktivitas mendengarkan, aktivitas melihat, maupun aktivitas otak berpikir yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa.
2.1.6.3 Karakteristik Model Somatic Auditory Visualization Intellectually Pembelajaran SAVI menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indera yang dimiliki siswa. Istilah SAVI kependekan dari Shoimin, 2014:177 :
a. Somatic belajar dengan berbuat dan bergerak bermakna gerakan tubuh
hands-on, aktivitas fisik, yakni belajar dengan mengalami dan melakukan. Pembelajaran somatik adalah pembelajaran yang melibatkan dan memanfaat-
kan anggota tubuh indera peraba, melibatkan fisik dan menggerakkan anggota tubuh ketika pembelajaran berlangsung
b. Auditory belajar dengan berbicara dan mendengar bermakna bahwa belajar
haruslah melalui mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Tanpa kita sadari, telinga kita
terus-menerus menangkap informasi. Ketika kita sedang berbicara maka beberapa area di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat dimanfaatkan guru
dalam kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa untuk membicarakan apa yang sedang dipelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara,
mengajak siswa berdiskusi memecahkan suatu masalah, atau membacakan hasil kegiatan di depan kelas dan menanggapi pendapat teman.
c. Visualization belajar dengan mengamati dan menggambarkan bermakna
belajar haruslah mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Dalam otak kita terdapat lebih banyak
perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Siswa akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang
dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku. d.
Intellectually belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir minds-on.
Belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,
mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkannya. 2.1.6.4 Langkah-langkah Model Somatic Auditory Visualization Intellectually
Adapun langkah-langkah model Somatic Auditory Visualization Intellec- tually sebagai berikut Shoimin, 2014:178-180:
1.
Tahap Persiapan Kegiatan Pendahuluan
Guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan mereka
dalam situasi optimal untuk belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan guru adalah:
Memberikan sugesti positif
Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
Membangkitkan rasa ingin tahu
Menciptakan lingkungan fisik, emosional, dan sosial yang positif
Menenangkan rasa takut
Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
Merangsang rasa ingin tahu siswa
Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal 2.
Tahap Penyampaian Kegiatan Inti
Guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yang
dapat dilakukan guru yaitu:
Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
Pengamatan fenomena dunia nyata
Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
Presentasi interaktif
Grafik dan sarana yang presentasi berwarna-warni
Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
Latihan menemukan sendiri, berpasangan, berkelompok
Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
Pelatihan memecahkan masalah
3.
Tahap Pelatihan Kegiatan Inti
Guru membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik meliputi hal:
Aktivitas pemrosesan siswa
Usaha aktif, umpan balik, renungan, atau usaha kembali
Simulasi dunia nyata
Permainan dalam belajar
Pelatihan aksi pembelajaran
Aktivitas pemecahan masalah
Refleksi dan artikulasi individu
Dialog berpasangan atau berkelompok
Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
Aktivitas praktis membangun keterampilan
Mengajar balik
4.
Tahap Penampilan Hasil Kegiatan Penutup
Guru membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat
dan penampilan hasil akan terus meningkat. Secara spesifik meliputi hal:
Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
Aktivitas penguatan penerapan
Materi penguatan persepsi
Pelatihan terus-menerus
Umpan balik dan evaluasi kinerja
Aktivitas dukungan kawan
Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung
Sedangkan menurut Huda 2013:284-287 langkah-langkah model Somatic Auditory Visualization Intellectually adalah sebagai berikut:
1. Somatic: Learning by doing
Rancang sebuah proyek yang dapat mendorong siswa untuk bergerak di tempat
yang berbeda.
Sediakan tape yang bisa didengarkan oleh siswa selama mereka berjalan, berlari, berlompatan kecil, atau bekerja.
Berikan waktu break sesering mungkin ketika siswa tengah belajar, lalu ajak
mereka untuk segera bergerak ketika sedang menemukan gagasan baru.
Biarkan siswa berdiri dan berjalan ketika mereka tengah mendengarkan, menonton, atau berpikir.
Berikan sesuatu yang bisa mereka mainkan selama melakukan aktivitas ini.
Mintalah siswa untuk menulis dalam sebuah kartu tentang apa yang mereka
pelajari, misalnya flash card yang bisa digunakan untuk mencocokkan item- item yang sama.
Sesekali mintalah mereka memeragakan gagasan mereka dalam bentuk teater,
mimik, atau sentuhan.
Meminta mereka membuat oret-oretan setiap mereka membaca teks tertulis 2.
Auditory: Learning by hearing
Mintalah siswa menjelaskan apa yang telah mereka pelajari dari orang lain.
Mintalah siswa membaca buku atau handout dengan suara keras, jika perlu dengan mimik dan gesture yang bisa menunjukkan karakter sebuah bacaan.
Rekam proses presentasi pengajaran, dan mintalah siswa untuk mendengar-
kannya sejenak di ruang kelas.
Ketika tengah membaca teks, sesekali mintalah siswa untuk membaca gagasan utama dalam teks tersebut dengan suara lantang.
Bacalah sebuah gagasan unik layaknya mantra, jika perlu, siswa bisa diminta
untuk melagukannya.
Libatkan siswa dalam diskusi dan jajak pendapat dengan siswa lain. 3.
Visual: Learning by seeing
Tugaskan siswa untuk membaca satu atau dua paragraf, kemudian mintalah mereka membuat sinopsis singkat tentang apa yang dibacanya.
Mintalah siswa untuk terus mencatat setiap penjelasan penting yang disampai-
kan di ruang kelas.
Ajak siswa untuk membuat semacam mural, gambar, atau lukisan tentang gagasan mereka, lalu tempellah mural-mural itu di dinding kelas.
Sebarkan teks materi pelajaran, dan pastikan teks tersebut sudah di highlight
dengan warna yang berbeda-beda pada konsep-konsep pentingnya.
Buatlah semacam versi ikon atas setiap konsep yang dijelaskan, lalu pastikan
bahwa siswa bisa mengingat ikon tersebut untuk materi selanjutnya.
Gambarlah mind map di papan tulis, dan mintalah siswa untuk memperhati- kannya dengan seksama.
4. Intellectual: Learning by thinking
Setiap menyelesaikan suatu pengalaman belajar, mintalah siswa untuk duduk
sejenak merefleksikan apa yang telah dipelajari dan menghubungkannya dengan apa yang telah diketahui.
Mintalah mereka untuk membuat semacam diagram, flowchart, atau piktogram
yang bisa menggambarkan apa yang mereka refleksikan.
Cobalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan probing mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan dan mintalah siswa untuk berpikir tentang
pemecahannya.
Sesekali buatlah analogi-analogi dan metafor-metafor untuk merangsang siswa berpikir tentang apa yang terkandung di dalamnya.
Buatlah semacam daftar materi atau pokok-pokok pelajaran yang memungkin-
kan siswa untuk menyusunnya dalam kategori-kategori. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah model Somatic Auditory Visualization Intellectually meliputi: 1.
Tahap Persiapan Pada tahap ini, guru mengkondisikan kelas, menginformasikan tujuan
pembelajaran, menggali pengetahuan siswa, serta memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Tahap Penyampaian
Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi yang baru dengan cara melibatkan semua alat indera berupa kegiatan melakukan sesuatu,
mendengarkan, melihat, dan berpikir sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
3. Tahap Pelatihan
Pada tahap ini, guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran agar siswa dapat menyerap pengetahuan dan keterampilan baru melalui
aktivitas melakukan, berbicara, mendengarkan, mengamati, menggambarkan, dan memecahkan masalah.
4. Tahap Penampilan Hasil
Pada tahap ini, guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran dan memastikan bahwa pembelajaran telah melekat pada siswa sehingga siswa
dapat terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru mereka serta dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
2.1.6.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually
Adapun kelebihan dan kekurangan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually sebagai berikut Shoimin, 2014:182-183:
1. Kelebihan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually:
a. Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui pengga-
bungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual. b.
Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya.
c. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa
diperhatikan sehingga tidak cepat bosan untuk belajar. d.
Memupuk kerja sama karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu yang kurang pandai.
e. Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik, dan efektif.
f. Membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor.
g. Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa.
h. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik.
i. Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan
berani menjelaskan jawabannya. j.
Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar. 2.
Kekurangan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually: a.
Pendekatan ini menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh.
b. Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana
pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhannya sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk
pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat terpenuhi pada sekolah-sekolah maju.
c. Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa memiliki kemampuan
yang lemah. d.
Pendekatan SAVI masih tergolong baru sehingga banyak pengajar yang belum mengetahui pendekatan SAVI tersebut.
2.1.7 Mind Mapping