LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sisdiknas, 2014:2-3 Berdasarkan makna pendidikan tersebut, pendidikan dapat dipandang sebagai proses membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal baik dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial maupun spiritual. Pentingnya peran dan tujuan pendidikan, sepatutnya pendidikan mendapat perhatian secara terus menerus dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pembaharuan dalam peningkatan mutu pendidikan harus terus dilakukan, termasuk peningkatan mutu pendidikan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah BSNP, 2006:161. IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam. Fenomena- fenomena alam yang dipelajari dalam IPA berasal dari fakta-fakta yang ada di alam dan hasil abstraksi pemikiran manusia Wisudawati, 2014:45. Ilmu Pengetahuan Alam IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan BSNP, 2006:161. Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan mata pelajaran yang penting dipelajari karena materi-materi dalam IPA mempelajari diri sendiri dan alam sekitar sehingga dapat membantu peserta didik menjawab permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Menurut BSNP 2006:162 mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1 memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2 mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3 mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 4 mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; 5 meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; 6 meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan 7 memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMPMTs. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka proses pembelajaran IPA hendaknya berorientasi pada aktivitas-aktivitas yang mendukung pemahaman terhadap konsep, teori dan fakta serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 tentang Standar Proses menjelaskan proses pembelajaran pada satuan pendidi- kan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, me- motivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik BSNP, 2007:6. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 1 menyatakan bahwa pendidik berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Sebagai upaya mewujudkannya diperlukan inovasi pembelajaran melalui penerapan strategi, pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang disesuai- kan dengan karakteristik peserta didik dan kompetensi yang akan dicapai pada setiap mata pelajaran. Pengembangan pembelajaran IPA yang menarik, menyenangkan, layak, sesuai konteks, serta didukung oleh ketersediaan waktu, keahlian, sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang tidak mudah dilaksanakan. Seorang guru dituntut memiliki kemampuan dan kreativitas yang cukup dalam memahami dan menguasai pendekatan pembelajaran agar pembelajaran terselenggarakan secara efektif dan efisien Sapriati, 2008:2.3. Namun dalam kenyataannya pembelajaran IPA tidak sesuai dengan harapan. Masih ada permasalahan yang timbul dalam pembelajaran IPA di sekolah. Hasil penelitian PISA Programme for International Student Assessment tahun 2012 menunjukkan bahwa literasi sains anak-anak Indonesia usia 15 tahun berada pada peringkat ke 64 dari 65 negara. Adapun rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia mencapai 382, di bawah rata-rata internasional yang mencapai skor 501. Selain itu hasil TIMSS Trends International in Mathematics and Science Study menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam bidang sains tahun 2011 rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia hanya mencapai 406. Dengan demikian rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia termasuk dalam kategori Low International Benchmark atau di bawah skor rata-rata Internasional yaitu sebesar 500. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia pada bidang IPA masih rendah. Rata-rata siswa Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar, tetapi belum mampu mengkomunikasi- kan dan mengaitkan berbagai topik sains. Siswa kesulitan menerapkan konsep- konsep yang kompleks dan abstrak. Proses pembelajaran selama ini masih berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan yang menyebabkan kemampuan belajar siswa menjadi terhambat. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Permasalahan pembelajaran tersebut juga ditemui di SDN Tugurejo 03 Semarang. Berdasarkan refleksi awal yang dilakukan selama PPL dan analisis data hasil belajar siswa yang dilakukan peneliti pada siswa kelas V di SDN Tugurejo 03 Semarang ditemukan masalah mengenai kualitas pembelajaran IPA yang rendah. Hal ini disebabkan karena 1 pembelajaran lebih ditekankan pada kebiasaan siswa yang hanya mendengarkan penjelasan guru dan kurang diarahkan belajar mandiri untuk menemukan sendiri informasi yang berkaitan dengan materi, 2 guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, 3 guru kurang melatih siswa untuk mengembangkan daya nalar dan kreativitas berpikir, 4 guru kurang melatih siswa untuk berani bertanya dan mengemukakan pendapat, dan 5 guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran karena kegiatan pembelajaran kurang menarik. Beberapa siswa terkadang mengalihkan kebosanan mereka dengan membuat kelas gaduh dan mengganggu siswa lain. Siswa belajar tanpa proses mengamati, mengidentifi- kasi, serta menganalisis objek bahasan, sehingga pembelajaran IPA menjadi tidak bermakna dan siswa akan mudah lupa dengan apa yang telah dipelajarinya. Selain itu, siswa cenderung pasif dan tidak berani mengemukakan pendapat ataupun bertanya pada guru tentang materi yang kurang dipahami. Pemahaman siswa yang rendah terhadap materi yang dipelajari akan menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Rendahnya kualitas pembelajaran tersebut didukung dengan data hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Tugurejo 03 Semarang yang menunjukkan hasil belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 66. Data hasil evaluasi pembelajaran IPA menunjukkan bahwa rata-rata klasikal yang diperoleh 61,3 dengan nilai tertinggi 79 dan nilai terendah 40. Data diperoleh dari 42 siswa kelas V hanya 10 siswa 24 yang mencapai KKM sedangkan sisanya sebanyak 32 siswa 76 belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. Sehingga perlu adanya tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Berdasarkan diskusi peneliti dengan kolaborator, untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, maka peneliti menetapkan alternatif tindakan melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kreativitas guru serta meningkatkan hasil belajar siswa. Somatic Auditory Visualization Intellectually SAVI merupakan model pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera sehingga berpengaruh besar pada pembelajaran. Secara umum karakteristik pendekatan SAVI dapat dilihat dari unsur-unsur SAVI yaitu somatis sebagai belajar dengan bergerak dan berbuat learning by moving and doing, auditori sebagai belajar dengan berbicara dan mendengarkan learning by talking and hearing, visual sebagai belajar dengan mengamati dan menggambarkan learning by observing and picturing, dan intelektual sebagai pembelajaran dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi learning by problem solving and reflecting Shoimin, 2014:177. Adapun kelebihan dari model SAVI antara lain 1 dapat membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual; 2 siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya; 3 memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif serta 4 dapat melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya Shoimin, 2014:182. Di samping itu, untuk memotivasi siswa diperlukan media yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan kreatif serta menumbuhkan semangat para siswa dalam mempelajari IPA. Peneliti menggunakan mind mapping dalam proses pembelajaran untuk membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Silberman dalam Shoimin 2014:105 mengemukakan bahwa mind mapping merupakan cara kreatif bagi tiap pembelajar untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian relevan yang pernah dilakukan I Gede Redika A.U yang telah dipublikasikan pada Jurnal Mimbar PGSD Undiksha Vol. 2 No. 1 Tahun 2014 berjudul “Implementasi Model Pembelajaran SAVI Somatis, Auditori, Visual, Intelektual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model SAVI dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih kondusif dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat. Hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan, terlihat dari skor rata-rata persen hasil belajar siswa pada siklus I adalah 68,68 kategori sedang mengalami peningkatan sebanyak 13,68 pada siklus II, yaitu menjadi 82,36 kategori tinggi. Didukung juga dengan penelitian relevan yang pernah dilakukan Evie Widya Surya Putri yang telah dipublikasikan pada jurnal JPGSD Unesa Vol. 01 No. 02 Tahun 2013 berjudul “Penerapan Metode Mind Map Untuk Meningkat- kan Kemampuan Mengingat di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan metode mind map dapat meningkatkan aktivitas guru, pada siklus I sebesar 91,66 dan 79,86, siklus II sebesar 100 dan 87,15, siklus III sebesar 100 dan 94,44. Ketercapaian siswa pada siklus I yaitu 66,75, siklus II sebesar 78,5, dan siklus III sebesar 88,63. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai dan presentase ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I sebesar 74,93 dan 78,38, siklus II sebesar 84,55 dan 94,6, siklus III sebesar 89,35 dan 100. Dari ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti akan mengkaji penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 03”.

1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA POWER POINT PADA SISWA KELAS IV SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

4 36 279

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SD GUNUNGPATI 01 KOTA SEMARANG

3 18 333

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA LOOP CARDS PADA SISWA KELAS VC SD NEGERI PURWOYOSO 03

0 4 249

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI DENGAN MEDIA KOMIK SAINS PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 03 SEMARANG

0 9 377

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN OPERASI BILANGAN MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF PADA SISWA KELAS II SDN TUGUREJO 03 SEMARANG

0 16 444

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS V SDN PUDAKPAYUNG 02 KOTA SEMARANG

1 11 238

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL SCRAMBLE BERBANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SDN PAKINTELAN 03 KOTA SEMARANG

1 10 264

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALY (SAVI) PADA SISWA KELAS V SDN PAJANG IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 26

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALLY PADA SISWA KELAS V MINU NGINGAS WARU SIDOARJO.

0 0 128

Pengembangan Perangkat Pembelajaran mengacu Model Creative Problem Solving berbasis Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually

1 3 10