Hakikat IPA KAJIAN TEORI

g. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan kondisisituasi tertentu. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dicapai peserta didik berupa peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran IPA model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SD yang diukur dari tiga aspek yaitu: 1 hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari data hasil tes evaluasi yang diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran setiap pertemuan untuk mata pelajaran IPA KD 7.4 mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya, KD 7.5 mendeskripsikan perlunya penghematan air, dan KD 7.6 mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungannya; 2 hasil belajar pada ranah afektif diperoleh dari hasil pengamatan sikap siswa terdiri dari sikap tanggung jawab responsibility, kerja sama cooperation, dan percaya diri confidence selama mengikuti pembelajaran; dan 3 hasil belajar pada ranah psikomotor diperoleh dari penilaian produk yang dibuat siswa berupa mind mapping.

2.1.4 Hakikat IPA

IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya Wisudawati, 2014:22. Wahyana dalam Trianto, 2010:136 mendefinisikan IPA sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Sedangkan menurut Susanto 2013:167 sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Haryono 2013:43-44 menguraikan karakteristik belajar IPA diantaranya: 1. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. 2. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara teknik. 3. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal yang jika dilakukan hanya melalui pengamatan dengan indera, hasil yang diperoleh kurang obyektif, sementara IPA mengutamakan obyektivitas. 4. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah, studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut dilakukan semata-mata dalam rangka untuk mem- peroleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif. 5. Belajar IPA merupakan proses aktif. Dalam belajar IPA, peserta didik mengamati objek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Para ahli pembelajaran IPA seyogyanya melibatkan peserta didik dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Carin Sund dalam Wisudawati, 2014:24 mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum universal, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. IPA memiliki empat unsur utama yaitu: 1. IPA sebagai sikap Sikap ilmiah merupakan sikap pada pengajaran IPA SDMI yang dibatasi pada sikap terhadap alam sekitar. Menurut Harlen dalam Riyanto, 2013:139 sikap-sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD yaitu: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas, dan sikap kedisiplinan diri. IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. 2. IPA sebagai proses Haryono 2013:45 berpendapat bahwa IPA sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja memperoleh hasil produk ilmiah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Keterampilan dasar yang diperlukan dalam proses mendapatkan IPA disebut keterampilan proses. Jenis-jenis keterampil- an proses IPA menurut Mintohari, dkk 2013:2-24 antara lain: mengamati, menggolongkanmengklasifikasi, mengukur, merumuskan masalah, merumus- kan hipotesis, mengidentifikasi variabel, mengendalikan variabel, merancang dan melakukan eksperimen, menginterpretasi data, menyimpulkan, mengko- munikasikan, dan memprediksi. Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. 3. IPA sebagai produk IPA sebagai produk ilmiah menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Secara umum produk ilmu pengetahuan dibagi menjadi: fakta, konsep, lambang, konsepsipenjelasan, dan teori. Ketika para ilmuan mengamati fenomena alam, mereka memperoleh sejumlah fakta dan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan fenomena tersebut. Selanjutnya, mereka membangun konsep-konsep IPA berupa sebuah kata atau gabungan dua kata atau lebih. Untuk mempermudah komunikasi antar mereka sendiri atau dengan masyarakat umum, para pakar menyusun banyak lambangsimbol. Sutrisno, 2008:1.25 4. IPA sebagai teknologi IPA sebagai teknologi merupakan aplikasi penemuan IPA yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Aplikasi adalah penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. IPA berperan penting dalam perkembangan teknologi karena dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Pada hakikatnya, IPA terdiri dari empat unsur utama, yaitu produk, proses, sikap ilmiah, serta teknologi. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur tersebut diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh dan menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah yang menerapkan langkah-langkah metode ilmiah.

2.1.5 Pembelajaran IPA di SD

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA POWER POINT PADA SISWA KELAS IV SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

4 36 279

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SD GUNUNGPATI 01 KOTA SEMARANG

3 18 333

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA LOOP CARDS PADA SISWA KELAS VC SD NEGERI PURWOYOSO 03

0 4 249

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI DENGAN MEDIA KOMIK SAINS PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 03 SEMARANG

0 9 377

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN OPERASI BILANGAN MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF PADA SISWA KELAS II SDN TUGUREJO 03 SEMARANG

0 16 444

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS V SDN PUDAKPAYUNG 02 KOTA SEMARANG

1 11 238

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL SCRAMBLE BERBANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SDN PAKINTELAN 03 KOTA SEMARANG

1 10 264

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALY (SAVI) PADA SISWA KELAS V SDN PAJANG IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 26

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALLY PADA SISWA KELAS V MINU NGINGAS WARU SIDOARJO.

0 0 128

Pengembangan Perangkat Pembelajaran mengacu Model Creative Problem Solving berbasis Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually

1 3 10