25 yaitu senang merasakan sesuatu secara langsung. Bagi anak sekolah dasar,
penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri.
Dengan memahami karakteristik siswa sekolah dasar maka diharapkan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat memperhatikan karakteristik
tersebut sehingga kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran dapat diatasi oleh guru.
2.1.7 Model Pembelajaran
Pembelajaran akan lebih mudah dilakukan guru jika ada langkah-langkah yang jelas. Guru dapat menciptakan langkah-langkah pembelajaran sendiri untuk
diterapkan pada siswanya. Selain itu guru dapat juga meniru pembelajaran yang telah ada sebelumnya. Dengan kata lain guru melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan model pembelajaran yang sudah ada. Beberapa ahli menyebutkan definisi mengenai model pembelajaran
diantaranya adalah Arends 1997 dalam Suprijono 2011: 46 yang menyebutkan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan belajar, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Adapun menurut Joice dan Weil 1990 dalam Isjoni 2010: 50 model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian
rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Berdasarkan kedua pendapat
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola yang
26 dijadikan sebagai pedoman dalam merencanakan suatu pembelajaran untuk
mengatur langkah-langkah dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan kata lain model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi
para guru dalam merencanakan aktivitas belajar-mengajar. Jadi di dalam model pembelajaran telah jelas tujuan dan apa yang harus
dilakukan guru dalam pembelajaran. Ada beberapa jenis model pembelajaran diantaranya ialah model pembelajaran langsung, kooperatif, dan pembelajaran
berbasis masalah.
2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa salah satu jenis model pembelajaran ialah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini menekankan
keaktifan siswa dalam kelompok. Slavin 1985 dalam Isjoni 2010: 12 menyebutkan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran secara berkelompok tetapi tidak semua pembelajaran kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif.
Suprijono 2011: 58 menyebutkan bahwa ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembelajaran kelompok
yang dilakukan asal-asalan. Unsur-unsur dasar tersebut meliputi saling ketergantungan positif, tanggung jawab peseorangan, interaksi promotif,
komunikasi antar anggota, daan pemrosesan kelompok.
27 Dengan kelima unsur pembelajaran kooperatif maka dengan pembelajaran
ini melatih siswa memiliki keterampilan baik keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial.
Sharan et al. 1980 dalam Aydin 2011: 637 menyebutkan tujuan utama dari pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
The main aim of forming cooperative learning groups is to motivate the students to take on their learning responsibilities by
making good use of the social relations between students and their significant effects, and to run learning processes in a way that is
much more complex than is the case in any of the other classroom models.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa tujuan utama pembelajaran
kooperatif adalah untuk memotivasi siswa menggunakan tanggungjawab belajar mereka dengan memanfaatkan hubungan sosial yang baik antara siswa dan
pengaruh yang bermakna serta untuk menjalankan proses belajar dengan cara yang jauh lebih komplek dibandingkan model pembelajaran lain. Dengan
demikian maka siswa yang belajar melalui cooperative learning akan memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Adapun keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Jarolimek Parker 1993 dalam Isjoni 2010: 24.
Keunggulan tersebut diantaranya ialah 1 saling ketergantungan yang positif; 2 adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu; 3 siswa dilibatkan
dalam perencanaan dan pengelolaan kelas; 4 suasana kelas yang rileks dan menyenangkan; 5 terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa
denngan guru; 6 memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
28 Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif yaitu : 1 guru
harus mempersiapkan pembelajaran secara matang; 2 agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang
cukup memadai; 3 selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan meluas sehingga tidak sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan; 4 saat diskusi kelas terkadang didominasi oleh seseorang sehingga siswa yang lain terkesan pasif.
2.1.9 Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division