22 8
Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
2.1.5 Hakikat Hasil Belajar
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi
hasil belajar. Rifa’i dan Anni 2009: 85 menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar.
Selanjutnya Winkel 1996 dalam Purwanto 2010: 45 menyebutkan aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan
oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam
aspek kemampuan berpikir. Pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan. Sedangkan pada belajar psikomotorik memberikan
hasil belajar berupa keterampilan. Gagne dalam Suprijono 2011: 5 menyatakan bahwa hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pada pemikiran tersebut, hasil belajar berupa :
1 Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis. 2
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
3 Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri.
23 4
Keterampilan motorik kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi.
5 Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa mengalami proses belajar. Hasil belajar hanya dialami oleh individu
yang belajar.
2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Dalam sebuah pembelajaran guru harus memahami masing-masing siswanya. Ada siswa yang mudah menerima pelajaran tetapi ada juga siswa yang
tidak langsung dapat menerima pelajaran yang diberikan. Tidak semua siswa dapat diperlakukan sama karena setiap individusiswa memiliki karakteristiknya
masing-masing. Untuk itu dalam pembelajaran guru harus memahami karakteristik siswanya.
. Karakteristik siswa didefinisikan sebagai ciri dari kualitas perseorangan siswa yang pada umumnya meliputi antara lain kemampuan akademik, usia dan
tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman, keterampilan, psikomotorik, kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial. Makmun 2003
dalam Anwar dan Harmi 2011: 58. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap siswa memiliki karakteristik
yang berbeda. Begitu pula dengan siswa sekolah dasar yang juga memiliki karakteristik tersendiri. Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir
24 yang berkisar pada usia 6 tahun sampai usia 11 atau 12 tahun. Menurut
perkembangan kognitif siswa yang diuraikan oleh Piaget maka siswa sekolah dasar berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Perkembangan
kognitif individu menurut Piaget terbagi menjadi 4 tahapan yaitu : 1 tahap sensorimotorik, usia 0-2 tahun; 2 tahap praoperasional, usia 2-7 tahun; 3 tahap
operasional konkret, usia 7-11 tahun: 4 tahap oprasional formal, usia 11-15 tahun.
Perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar pada tahap operasional konkret adalah dimana anak sekolah dasar mampu berpikir logis, memahami
konsep percakapan, mengorganisasikan objek kedalam klasifikasi, mampu mengingat, memahami dan memecahkan masalah yang bersifat konkret. Pada
tahap ini siswa lebih mudah memahami sesuatu apabila disajikan secara konkret. Karakteristik anak usia sekolah dasar lainnya dikemukakan oleh Sumantri
dan Syaodih 2007: 6.3-6.4 , yaitu: 1 senang bermain; 2 senang bergerak; 3 senang bekerja dalam kelompok; dan 4 senang merasakan atau melakukan
sesuatu secara langsung. Karakterisrik pertama yaitu senang bermain. Ini menuntut guru sekolah dasar untuk melaksanakan pendidikan yang bermuatan
permainan terutama bagi siswa kelas rendah. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak. Guru hendaknya merancang pembelajaran yang memungkinkan
anak berpindah atau bergerak. Karakteristik ketiga adalah senang bekerja dalam kelompok. Dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-
aspek penting dalam proses sosialisasi seperti belajar menemui aturan-aturan dalam kelompok, belajar menerima tanggung jawab, dll. Karakteristik keempat
25 yaitu senang merasakan sesuatu secara langsung. Bagi anak sekolah dasar,
penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri.
Dengan memahami karakteristik siswa sekolah dasar maka diharapkan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat memperhatikan karakteristik
tersebut sehingga kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran dapat diatasi oleh guru.
2.1.7 Model Pembelajaran