68
masuk akal karena yang bersangkutan memiliki komitmen yang tinggi dan hal tersebut diarahkan pada tercapainya
tujuan yang hendak dicapai di masa depan.
3. Kesatuan arah kebijakan
Prinsip ini menegaskan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah, hendaknya ada kesatuan arah kebijakan yang dapat
dijadikan dasar pelaksanaan bagi warga sekolah sehingga tidak terjadi simpang siur dan kebingungan. Atau dengan
kata lain perlu dihindari terjadinya kebijakan yang tumpang tindih dan kontradiktif. Dalam mengimplementasikan prinsip
ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai bijaksana, demokratis, dan manusiawi. Artinya, penetapan kesatuan
arah kebijakan tersebut hendaknya dilaksanakan secara bijaksana,
dengan mempertimbangkan
dan mengakomodasikan masukan dan aspirasi yang berkembang
serta dilakukan secara persuasif dan manusiawi.
4. Teratur
Prinsip ini menekankan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah, hendaknya ada aturan yang disepakati dan menjadi
pijakan bagi semua warga sekolah dalam melaksanakan tugas-pokok-fungsi dan interaksi di antara mereka sehingga
terwujud keteraturan. Dalam mengimplementasikan prinsip ini,
hendaknya tercermin
antara lain
nilai-nilai
kebersamaan, kooperatif dan dinamis. Artinya, keteraturan itu muncul karena kesamaan perasaan dan
tujuan yang hendak dicapai, yang diwujudkan secara konkrit dalam bentuk kemauan dan kerja bersama-sama dengan
semua warga sekolah. Di samping itu keteraturan bersifat dinamis, yakni tetap mangakomodir perubahan-perubahan
yang positif dan konstruktif sehingga semakin lama semakin meningkat kualitas keteraturannya.
5. Disiplin
Prinsip ini mengharuskan setiap warga sekolah untuk selalu taat asas, patuh dan konsisten terhadap aturan yang dibuat
dan disepakati bersama. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai kukuh
69
hati, menghargai waktu dan berani berbuat benar. Artinya, kedisiplinan yang dilakukan tersebut merupakan
perwujudan dari sikap dan tindakan kukuh pada hukum dan menghargai waktu, karena terdorong oleh semangat berani
berbuat benar dan bukan faktor takut pada pimpinan atau terhadap sanksi.
6. Adil Seimbang
Prinsip keadilan mengarah pada terwujudnya keseimbangan antara hak dengan kewajiban, penghargaan dengan hasil
karya,
punishment
dengan tingkat kesalahan, baik yang dilakukan oleh guru, staf tata usaha maupun para peserta
didik dan
warga sekolah
lainnya. Dalam
mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai empati, lugas dan pemaaf. Artinya,
keadilan keseimbangan yang hendak diupayakan dan ditegakkan di sekolah itu dilandasi oleh adanya pengertian,
kepedulian dan kemauan untuk dapat menempatkan sesuatu pada posisi yang tepat, tanpa mengurangi sikap lugas pada
aturan yang berlaku dan sifat pemaaf kepada yang menyadari akan kekhilafan dan kesalahannya.
7. Inisiatif
Prinsip ini menekankan bahwa setiap orang yang ada di sekolah hendaknya memiliki keinginan, pikiran dan gagasan
untuk terus menerus mengambil prakarsa, melakukan hal- hal baru yang positif. Kemampuan berinisiatif sangat
menunjang keberhasilan sekolah dalam meraih tujuan yang ditetapkan. Dalam mengimplementasikan prinsip ini,
hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai berani mengambil resiko, rendah hati, dan sabar. Artinya,
inisiatif tersebut dilakukan demi pengembangan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah, pendidik,
dan peserta didik harus berani mengambil resiko. Namun demikian tetap dengan sikap rendah hati dan sabar dalam
menyikapi perubahan dan kemajuan yang diharapkan.