4.6 . Gambaran Umum Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Provinsi D.I. Yogyakarta. Berdasarkan peta administrasi wilayah, sebelah Utara Kabupaten Bantul berbatasan
dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, dan
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo. Secara geografis Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44 04 - 08° 00 27 Lintang Selatan dan 110° 12 34 - 110°
31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km
2
15,90 dari luas wilayah Provinsi DIY dengan topografi dataran rendah 40 persen dan lebih dari separuhnya
60 daerah perbukitan yang kurang subur. Secara rinci topografi lahan Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut.
1. Bagian barat, adalah daerah landai yang disertai perbukitan yang membujur
dari utara ke selatan seluas 89,86 km
2
17,73 dari seluruh wilayah. 2. Bagian tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian
yang subur seluas 210.94 km
2
41,62.
3. Bagian timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya
masih lebih baik dari daerah bagian barat, seluas 206,05 km
2
40,65.
4. Bagian selatan, merupakan bagian dengan keadaan alam yang berpasir dan
sedikir berlagun, terbentang di pantai selatan mulai dari Kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kretek.
Kabupaten Bantul dialiri enam sungai, yaitu: 1 Sungai Oyo, 2 Sungai Opak, 3 Sungai Code, 4 Sungai Winongo, 5 Sungai Bedog, dan 6 Sungai Progo
4.6.1. Tinggi Tempat
Ketinggian tempat atau elevasi ditentukan berdasarkan elevasi lahan daratan dari permukaan air laut. Ketinggian tempat Kabupaten Bantul dibagi menjadi empat
kelas dan hubungan kelas ketinggian dengan luas sebarannya seperti disajikan pada Tabel 18.
66
Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa kelas ketinggian tempat yang memiliki penyebaran paling luas adalah elevasi antara 25 - 100 meter 27.709 ha atau
54,67 yang terletak pada bagian utara, bagian tengah, dan bagian tenggara Kabupaten Bantul. Wilayah yang mempunyai elevasi rendah elevasi 7 meter seluas
3.228 ha 6,37 terdapat di Kecamatan Kretek, Kecamatan Sanden, dan Kecamatan Srandakan. Wilayah dengan elevasi rendah umumnya berbatasan dengan Samudera
Indonesia. Untuk wilayah yang mempunyai elevasi di atas 100 meter terdapat di sebagian Kecamatan Dlingo, Imogiri, Piyungan, dan Pajangan.
Tabel 18. Hubungan kelas ketinggian dengan luas penyebaran No Kelas
Ketinggian dpl m
Luas ha
1 0-7 3.228
6,37 2 7-25
8.948 17,65
3 25-100 27.709
54,67 4 100-500
10.800 21,31
5 500 -
- Jumlah
50.685 100
Sumber: BPS 2005b Ketinggian wilayah per kecamatan di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada
Tabel 19. Dari Tabel 19 terlihat bahwa daerah Srandakan dan Sanden merupakan daerah terendah di antara kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Bantul, yaitu
berkisar dari 0 sampai 25 meter dari permukaan laut, mencakup areal seluas 4.161 ha 8,2 dari seluruh luas kabupaten.
Tabel 19. Ketinggian Wilayah Kabupaten Bantul Per Kecamatan Luas dan Ketinggian Tempat dpl
No Kecamatan
0-7 m 7-25 m
25-100 m 100-500 m
500 m
Luas ha
1 Srandakan 1.058
776 -
- - 1.834
2 Sanden 1.246 1.081
- -
- 2.327 3 Kretek
924 1.335 190
101 - 2.550
4 Pundong - 1.938
230 199
- 2.376 5 Bambanglipuro
- 1.494 788
- - 2.282
6 Pandak - 1.312
1.117 -
- 2.429 7 Pajangan
- 221
2.646 452
- 3.319 8 Bantul
- -
2.199 -
- 2.199
67
Tabel 19. lanjutan Luas dan Ketinggian Tempat dpl
No Kecamatan
0-7 m 7-25 m
25-100 m 100-500 m
500 m
Luas ha
9 Jetis -
- 2.549
11 - 2.560
10 Dlingo -
- 815
4.819 - 5.634
11 Banguntapan -
- 2.154
475 - 2.629
12 Pleret -
- 1.783
345 - 2.128
13 Piyungan -
- 1.965
1.347 - 3.312
14 Sewon -
- 2.676
- - 2.676
15 Kasihan -
- 2.608
630 - 3.238
16 Sedayu -
- 3.262
149 - 3.411
17 Imogiri -
791 2.718
2.272 - 5.781
JUMLAH
3.228 8.948
27.7099 10.800
- 50.685
Sumber: BPS 2005b
4.6.2. Kemiringan Lahan
Klasifikasi kemiringan lahan di Kabupaten Bantul dibagi menjadi enam kelas dan hubungan kelas kemiringanlereng dengan luas sebarannya dapat dilihat pada Tabel
20. Tabel 20. Hubungan kelas lereng dengan luas penyebaran
No Kelas Lereng
Luas ha 1
0 - 2 31.421
2 2 - 8
5.898 3
8 - 15 2.800
4 15 - 25
2.293 5
25 - 40 4.264
6 40
4.009 Jumlah
50.685
Sumber: BPS 2005b Wilayah Kabupaten Bantul pada umumnya berupa daerah dataran kemiringan
kurang dari 2 dengan penyebaran di wilayah selatan, tengah, dan utara dari Kabupaten Bantul dengan luas sebesar 31.421 ha 61,99. Untuk wilayah timur dan
barat umumnya berupa daerah yang mempunyai kemiringan 2,1 - 40,0 dengan luas sebesar 15.148 ha 30. Sebagian kecil wilayah timur dan barat seluas 4.011 ha 8
mempunyai kemiringan lereng di atas 40,1. Wilayah kecamatan yang paling luas memiliki lahan miring terletak di Kecamatan Dlingo dan Imogiri, sedangkan wilayah
kecamatan yang didominasi oleh lahan datar terletak di Kecamatan Sewon dan Banguntapan.
68
Tabel 21. Luas wilayah berdasarkan kemiringan tanah di Kabupaten Bantul Luas dan ketinggian tempat dpl
No Kecamatan 0-2 2-8
8- 15
15- 25
25- 40
40 Jumlah
ha
1 Srandakan 1.680
154 -
- -
- 1.834 2 Sanden
2.100 227
- -
- - 2.327
3 Kretek 1.756
288 -
27 11 468 2.550
4 Pundong 1.395
171 -
90 108 612 2.376
5 Bambanglipuro 2.210 72
- -
- - 2.282
6 Pandak 2.123
306 -
- -
- 2.429 7 Pajangan
865 661
990 162
394 247 3.319 8 Bantul
2.184 -
- 15
- - 2.199
9 Jetis 2.305
81 -
144 -
30 2.560 10 Imogiri
1.768 585
279 900
954 1.295 5.781 11 Dlingo
72 1.993
268 572
1.433 1.296 5.634 12 Banguntapan
2.629 -
- -
- -
2.629 13 Pleret
704 431
265 55
547 26 2.128
14 Piyungan 2.187
702 -
- 423
- 3.312 15 Sewon
2.618 -
- 8
- - 2.626
16 Kasihan 2.262
- 598
182 161
35 3.288 17 Sedayu
2.513 227
300 138
233 - 3.411
Jumlah 31.421
5.898 2.800
2.293 4.264
4.009 50.685
Sumber : BPS 2005b
4.6.3. Jenis Tanah
Wilayah Kabupaten Bantul mempunyai tujuh jenis tanah yaitu tanah Alluvial, Lithosol, Regosol, Renzina, Grumosol, Mediteran, dan Latosol. Hubungan jenis tanah
dengan luas sebarannya dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hubungan jenis tanah dengan luas penyebaran
No Jenis Tanah
Luas ha 1 Rendzina
787,8 1,55
2 Alluvial 1188,5
2,34 3 Grumosol
7.607,7 15,01
4 Latosol 6.537,9
12,89 5 Mediteran
1.564,4 3,08
6 Regosol 25.930,9
51,16 7 Litosol
7.067,8 13,97
Jumlah 50.685,0
100,00 Sumber: BPS 2005b
Pada Tabel 22 di atas terlihat bahwa jenis tanah Regosol merupakan jenis tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Bantul. Jenis tanah ini tersebar pada Kecamatan
Kasihan, Sewon, Banguntapan, Jetis, Bantul, dan Bambanglipuro seluas 25.930,9 ha
69
51,16. Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi, bertekstur mempunyai butiran kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan
memiliki tingkat kesuburan rendah. Tanah Litosol berasal dari batuan induk batugamping, batupasir, dan breksikonglomerat, tersebar di Kecamatan Pajangan,
Kasihan, dan Pandak. Tanah Mediteran berasal dari batugamping karang, batugamping berlapis, dan batupasir, tersebar di Kecamatan Dlingo dan Sedayu. Tanah Latosol
berasal dari batuan induk breksi, tersebar di Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pundong, Kretek, Piyungan, dan Pleret. Tanah Grumosol berasal dari batuan induk batugamping
berlapis, napal, dan tuff, terdapat di Kecamatan Sedayu, Pajangan, Kasihan, Pandak, Sanden, Bambanglipuro, dan Srandakan.
4.6.4. Geologi
Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bantul secara umum terdiri dari batuan beku, batuan sedimen, dan endapan. Berdasarkan sifat-sifat batuannya dapat diperinci
menjadi tujuh formasi yaitu Formasi Yogyakarta 46, Formasi Sentolo 18, Formasi Sambipitu 3, Formasi Semilir-Nglanggran 24, Formasi Wonosari 8,
dan gumuk pasir 1. Formasi adalah suatu susunan batuan yang mempunyai keseragaman ciri-ciri
geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di permukaan bumi atau di bawah permukaan.
Formasi Geologi menunjukkan kelompok-kelompok batuan yang berguna sebagai indikator terdapatnya suatu bahan tambang. Untuk mengetahui jumlah cadangan bahan
galian dan prospek pengembangannya memerlukan penanganan lebih lanjut dari dinasinstansi terkait. Dalam Tabel 23 diperlihatkan hubungan Formasi Geologi dengan
luas penyebarannya. Tabel 23. Hubungan formasi geologi dengan luas penyebaran
No Formasi Geologi
Jenis Batuan Luas ha
1 F. Yogyakarta
Pasir vulkanik klastik, lanau, gravel 23.316
2 F. Sentolo
Batu gamping berlapis, napal, tuff 9.123
3 F. Sambipitu
Konglomerat, batupasir 1.520
4 F. Semilir-Nglanggran
Breksi, batupasir, tuff 12.164
5 F. Wonosari
Batu gamping karang lagoon 4.055
6 F. Gumuk Pasir
Pasir tersortasi 0.507
Jumlah 50.685
Sumber: BPS 2005b
70
4.6.5. Pola Curah Hujan
Data curah hujan disajikan sebagai perbandingan adalah data pada tahun 2002 dan tahun 2004. Untuk mengetahui pola curah hujan pada suatu wilayah tertentu
diperlukan parameter data minimal berupa banyaknya hari hujan dan intensitas curah hujan bulanan seperti terlihat dalam Tabel 24. Akan tetapi untuk keperluan analisis pola
curah hujan akan lebih tepat apabila menggunakan data yang diambil dalam kurun waktu sedikitnya lima tahun yang berurutan.
Dari Tabel 24 terlihat jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari 16 HH dan intensitas curah hujan terbesar terjadi pada bulan Februari 366 mm
untuk tahun 2002. Sedangkan untuk tahun 2004 jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret 21 HH dan intensitas curah hujan terbesar terjadi pada bulan
Desember 316 mm. Tabel 24. Pola curah hujan tahun 2002 dan 2004
Sumber: BPS 2005b 2002 2004
No Bulan HH mm HH Mm
1 Januari 16 317 30 282
2 Februari 15 366 19 243
3 Maret 7
149 21
239 4 April
6 134
17 208
5 Mei
2 67 5 45 6
Juni 0 0 1 2
7 Juli 2
12 8
Agustus 0 0 0 0
9 September
0 0 2 3 10
Oktober 0 0 7 3
11 Nopember 9
177 11
191 12
Desember 11 176 14 316
Jumlah
Rata-Rata
66
5,5
1386
115,50
119
9,92
1544
128,67
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata curah hujan dari tahun 1990 - 2000 maka diperoleh nilai rata-rata curah hujan yang dapat dibagi menjadi curah hujan
rendah kurang dari 2.000 mmth, curah hujan sedang antara 2.000-2.500 mmth dan curah hujan tinggi lebih dari 2.500 mmth. Rata-rata curah hujan pada tujuh stasiun
pengamat hujan yang dihitung pada tahun 2001 dan 2003 terlihat bahwa curah hujan
71
rata-rata di Kabupaten Bantul pada tahun tersebut termasuk dalam kategori rendah dan sedang.
4.6.6. Daerah Aliran Sungai
Di wilayah Kabupaten Bantul terdapat tiga DAS Daerah Aliran Sungai yaitu DAS Progo, DAS Opak, dan DAS Oya. DAS Oya mempunyai satu sub-DAS yaitu sub-
DAS Oya. Untuk DAS Opak mempunyai 12 sub-DAS yaitu sub-DAS Opak, Gawe, Buntung, Tepus, Kuning, Mruwe, Kedung Semerengan, Code, Gajah Wong, Winongo,
Bulus, dan Belik. DAS Progo mempunyai satu sub-DAS yaitu sub-DAS Bedog. Secara keseluruhan DAS di wilayah Kabupaten Bantul menempati lahan seluas
323,5624 ha. DAS yang menempati areal paling luas adalah DAS Opak dengan luas 218,7754 ha. DAS Progo menempati luas 87,875 ha, sedangkan DAS Oya menempati
lahan seluas 16,9125 ha. Sungai-sungai tersebut merupakan sungai yang berair sepanjang tahun permanen, meskipun untuk sungai yang kecil pada musim kemarau
debit airnya relatif sedikit. Tabel 25. Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bantul
No Nama DAS
Nama Sub DAS Luas ha
Luas Lahan yang belum
Diari ha Keterangan
1 Oya Oya
1.691,25 -
Muntuk 41 ha Terong 80 ha
Slpmioro 160 ha Kali Opak
8.400,00 2.866
Kali Gawe 487,50
178 Kali Buntung
300,00 123
Kali Tepus 731,25
100 Kali Kuning
1.478,125 203
Kali Mruwe 1.343,75
619 Kali Kedung Semerangan
1.306,25 512
Kali Code 1.828,125
1.119 Kali Gadjah Wong
1.265,625 360
Kali Winongo 1.808,789
2.138 Kali Bulus
1.828,125 156
2 Opak
Kali Belik 1.100,00
193 3 Progo
Kali Bedog 8.787,5
5.044
Jumlah 14 Sub Das
32,356,29 13.611
Sumber: BPS 2005b
Salah satu fungsi dari masing-masing DAS adalah untuk mengairi areal pertanian. Untuk DAS Opak luas lahan yang diairi adalah 8.567 ha dan untuk DAS
72
Progo luas lahan yang diairi adalah 5.044 ha. Di samping itu air sungai juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada Tabel 25. diperlihatkan
data Daerah Aliran Sungai yang berada di Kabupaten Bantul.
4.6.7. Status Lahan
Status lahan adalah informasi yang menggambarkan kepemilikan lahan yang ada di Kabupaten Bantul. Status lahan diklasifikasikan menjadi: Hak Negara, Hak
Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Milik Adat, Hak Pakai Tanah, Tanah Kasultanan dan Tanah Desa.
Adapun status lahan di wilayah Kabupaten Bantul pada tahun 2002 dan 2004 dapat dilihat pada Tabel 26. Pada Tabel tersebut terlihat bahwa status lahan yang paling
banyak adalah lahan yang merupakan hak milik sedangkan kepemilikan lahan berdasarkan jenis kelamin tidak tersedia data.
Tabel 26. Klasifikasi status lahan di Kabupaten Bantul Luas m2
No Status Tanah
2002 2004 Perubahan
1 Hak Negara TN
44,289,629 44,289,629
- 2 Hak
Milik 367,179,338
367,066,423 112,915
3 Hak Guna Usaha Hak Pengelolaan
- 25,000
25,000 4
Hak Guna Bangunan 32,156,270
32,278,716 122,446
5 Hak Milik Adat
- -
- 6
Hak Pakai 1,743,206
1,826,778 83,572
7 Tanah SGPA
30,459,891 30,440,869
19,022 8
Tanah Desa 30,996,666
30,922,585 74,081
Jumlah 506.850,000 44,289,629
-25.000 Sumber: BPS 2005b
4.6.8. Penggunaan lahan
Penggunaan Lahan di Kabupaten Bantul berdasarkan luas lahan basah sawah dan lahan kering menurut kecamatan pada tahun 2005 tertera pada Tabel 27.
Tabel 27. Luas lahan basah sawah dan lahan kering setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul dalam satuan
hektar. No
Kecamatan Lahan Basah Sawah
Lahan Kering Jumlah
1. Srandakan 419
1.413 1.832
2. Sanden 986
1.330 2.316
3. Kretek 892
1.786 2.678
73
Tabel 27 lanjutan No Kecamatan
Lahan Basah Sawah Lahan Kering
Jumlah 4. Pundong
867 1.501
2.368 5. Bambanglipuro
1.164 1.105
2.269 6. Pandak
931 1.499
2.430 7. Bantul
1.134 1.062
2.196 8. Jetis
1.179 1.267
2.446 9. Imogiri
1.109 4.340
5.449 10. Dlingo
512 5.075
5.587 11. Pleret
865 1.432
2.297 12 Piyungan
1.385 1.869
3.254 13 Banguntapan
1.409 1.439
2.848 14 Sewon
1.317 1.399
2.716 15 Kasihan
678 2.560
3.238 16 Pajangan
262 3.063
3.325 17 Sedayu
970 2.466
3.436 Jumlah
16.079 34.606
50.685 Sumber : BPS 2005b
Lahan kering di Kabupaten Bantul seluas 20.290 hektar digunakan untuk lahan pekarangan, selebihnya digunakan untuk tegalanladangkebun 6.716 ha,
tambakkolamempangrawa 85 ha, hutan rakyat 1.806 ha, hutan negara 1.098 ha, dan lain-lain 4.611 ha, sebagaimana disajikan dalam Tabel 28.
Tabel 28. Penggunaan lahan kering di Kabupaten Bantul. No
Penggunaan Lahan Kering Luas hektar
1 Pekarangan 20.290
2 TegalLadangkebun 6.716
3 TambakKolamEmpangRawa 85
4 Ditanami PohonHutan
Rakyat 1.806
5 Hutan Negara
1.098 6 Lain-lain
4.611 Jumlah
34.606 Sumber: BPS 2005b
74
4.6.9. Jenis Komoditas yang Diusahakan
Jenis komoditas yang diusahakan, luas tanam, rata-rata produksi dan produksinya di lokasi penelitian, yaitu Kabupaten Bantul pada tahun 2004, dapat dilihat
pada Tabel 29. Tabel 29. Jenis komoditas yang diusahakan, luas panen, rata-rata produksi, dan
produksi komoditas pertanian di Kabupaten Bantul. No Komoditas
Uraian 2002 2003 2004 2005
1 Padi Sawah
Luas Panen Ha
25.475 22.666
22.007 24.940
Rata Prod Kwha
61,17 61,25
61,76 59,90
Produksi ton
155.826 138.783
154.443 149.371 2 Padi
Gogo
Luas Panen Ha
262 273
200 203
Rata Prod Kwha
33,93 37,35
40,43 40,44
Produksi ton
889 1020
809 821 3 Jagung
Luas Panen Ha
5.185 5.180
5.232 5.150
Rata Prod Kwha
36,89 36,95
36,53 41,60
Produksi ton
19.127 19.141
19.114 21.426 4 Ubi
Kayu
Luas Panen Ha
2.978 2.972
2.832 2.840
Rata Prod Kwha
119,69 123,72
141,39 166,67
Produksi ton
35.644 36.771
40.043 47.357 5 Ubi
Jalar
Luas Panen Ha
41 50
48 32
Rata Prod Kwha
104,88 126,64
114,01 99,71
Produksi ton
430 633
547 319 6 Kacang
Tanah
Luas Panen Ha
6.107 5.934
5.794 5.709
Rata Prod Kwha
12,29 12,03
12,09 10,07
Produksi ton
7.506 7.140
7.006 5.747 7 Kedelai
Luas Panen Ha
4.493 4.190
4.462 4.193
Rata Prod Kwha
13,07 15,71
14,49 13,91
Produksi ton
5.874 6.581
6.467 5.831 Sumber : BPS 2005b.
4.6.10. Kependudukan
Menurut hasil sensus penduduk di Kabupaten Bantul pada tahun 2005, jumlah penduduk Kabupaten Bantul adalah sebesar 809.971 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin
terdiri dari laki-laki 397.261 jiwa 48,97 dan perempuan 412.710 jiwa 51,03. Berdasar usia terdiri dari penduduk dewasa 603.839 jiwa 76,46 dan penduduk anak-
anak 185.906 jiwa 23,54. Jumlah rumah tangga household di Kabupaten Bantul terdapat 227.759 KK
yang merupakan terbesar ke dua di Provinsi D.I. Yogyakarta setelah Kabupaten Kulonprogo, dan sebagian besar adalah Rumah Tangga Pertanian sebanyak 109.633,
75
Rumah Tangga Pertanian pengguna lahan sebanyak 109.379 dan Rumah Tangga petani gurem sebanyak 99.896.
4.6.11. Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto PDRB perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 1998 sebesar Rp. 2.325.500,- naik menjadi sebesar Rp 2.608.341,- pada
tahun 1999 dan pada tahun 2000 naik menjadi sebesar Rp 2.905.158,-. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dibandingkan sektor-sektor lain dan
merupakan sektor yang dominan dalam pembentukan PDRB hingga tahun 2000, yang mencapai 29,65 persen dari total PDRB.
Angka pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantul tahun 1997 adalah 3,09 persen, sedang pada tahun 1998 adalah -9,35 persen. Pertumbuhan ekonomi yang
minus ini menunjukkan bahwa produksi atau barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun 1998 jumlahnya menurun dibandingkan dengan produksi tahun 1997. Sedangkan
pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul dalam hal ini dihitung melalui pertumbuhan pendapatan regional mengalami pertumbuhan 1,3 persen dari
tahun sebelumnya. Pada tahun 2000 pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan dua kali lebih besar dibandingkan tahun 1999, yaitu sebesar 3,06 persen. Sumbangan
terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut diberikan oleh sektor industri pengolahan dengan pertumbuhan sebesar 5,86 persen, kemudian diikuti sektor
jasa sebesar 3,72 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 3,67 persen, dan sektor pertanian sebesar 3,61 persen BPS, 2005b.
Penempatan tenaga kerja formal di Kabupaten Bantul yang ditempatkan di propinsi lain atau negara lain di dominasi oleh perempuan yaitu 725 orang perempuan
dibanding 22 orang laki-laki yang ditempatkan di propinsi lain dan 289 orang perempuan dibanding 63 orang laki-laki yang ditempatkan sebagai pekerja migran di
negara lain. BPS, 2005b Jenis koperasi di Kabupaten Bantul terdapat 24 jenis dengan total jumlah
koperasi 351 dan 77 diantaranya tidak aktif dengan jumlah anggota 165.862 orang. Tidak terdapat data yang menunjukkan akses perempuan di tiap koperasi.
76
4.6.12. Sosial
Indeks Pembangunan Manusia IPM Kabupaten Bantul yang ditunjukkan dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah sebagai indikator dari kualitas
pendidikan, angka harapan hidup sebagai indikator dari kualitas kesehatan, dan pengeluaran per kapita riil sebagai indikator dari sektor ekonomi adalah sebesar 71,5
pada 2004 dan 71,9 pada 2005. Secara rinci perbandingan IPM Kabupaten Bantul dan Provinsi DI Yogyakarta tahun 2004 dan 2005 , dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Indeks Pembangunan Manusia IPM Kabupaten Bantul dan Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2004-2005.
Angka Angka
Rata-rata Pengeluaran
Propinsi Harapan Melek Lama perkapita
riil IPM
Kabupaten Hidup Huruf
Sekolah Disesuaikan tahun persen tahun
Rp.000 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005
Yogyakarta 72.6 72.9 85.8 86.7 8.2 8.4 636.7 638.0 72.9 73.5
Bantul 70.8 70.9 85.8 86.4 7.9 8.0 634.5 637.1 71.5
71.9
Sumber: KPP 2006 Indeks Pembangunan Gender IPG Kabupaten Bantul yaitu Indeks
Pembangunan Manusia yang dipilah menurut jenis kelamin. Nilai IPG menunjukkan bahwa di Kabupaten Bantul kesenjangan perempuan terhadap laki-laki baik di bidang
pendidikan, kesehatan dan ekonomi menunjukkan angka yang cukup signifikan dilihat pada Tabel 31, tetapi dari rata-rata nasional peringkat IPG Kabupaten Bantul cukup
baik yaitu 20 dari 440 kabupatenkota. Tabel 31. Indeks Pembangunan Gender IPG Kabupaten Bantul dan Provinsi D.I.
Yogyakarta Tahun 2004-2005.
Provinsi Angka Melek
Rata-rata Peringkat
Kabupaten harapan
huruf lama
Angkatan IPG
Secara Nasional hidup
sekolah kerja
L P
L P
L P
L P
Yogyakarta 71.0
75.0 92.5 81.2 9.0
7.6 58.8 41.2 70.2 1
Bantul 69.0 73.0 93.2 81.2 8.9 7.5 59.9 40.1 68.7
20
Sumber: KPP 2006
77
4.6.13. Gambaran Kebijakan dan Program di Dinas-dinas lingkup sektor Pertanian Kabupaten Bantul
4.6.13.1.Dinas Pertanian dan Kehutanan
Visi dinas pertanian dan kehutanan Kabupaten Bantul adalah Penyangga pangan protein nabati dan bahan baku industri serta terwujudnya kelestarian sumberdaya dalam
rangka mencapai masyarakat yang sejahtera. Program yang dilaksanakan oleh dinas pertanian dan kehutanan pada tahun 2005 adalah Pembangunan pertanian rakyat
terpadu, pembangunan sarana dan prasarana pertanian dan perkebunan dan kehutanan, dan rehabilitasi lahan kritis dengan kegiatan pokok :
a. Pemberdayaan dewan ketahanan pangan intesifikasi b. Pengembangan kelompok pengolah hasil pertanian
c. Pengembangan agribisnis perkebunan d. Pemanfaatan lahan pekarangan
e. Pemberdayaan kelompok pengolah hasil pertanian f. Pengembangan sarana dan prasarana perbenihan
g. Pengembangan budidaya pohon jati h. Pembuatan hutan kota
Strategi pengarusutamaan gender belum dipahami sebagai strategi mencapai keadilan dan kesetaraan gender di dinas pertanian dan kehutanan yang ditunjukkan
bahwa isu kesetaraan gender belum merupakan isu strategis pada dinas pertanian dan kehutanan Kabupaten Bantul. Penyusunan rencana program dan anggaran masih netral
gender karena tidak memasukkan analisis gender dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi sehingga data dan indikator dampak dari
pelaksanaan kegiatan terhadap laki-laki dan perempuan tidak dapat diidentifikasi. Implementasi kebijakan lebih cenderung dengan pendekatan WID women in
development melalui proyek-proyek APBN.
4.6.13.2. Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan
Visi dinas peternakan, kelautan dan perikanan Kabupaten Bantul adalah Penyangga Protein Hewani dan Ikan Terbesar di DI Yogyakarta. Program yang
78
dilaksanakan oleh dinas peternakan, kelautan dan perikanan pada tahun 2005 adalah Pengembangan Agribisnis, Peningkatan ketahanan pangan, Pengembangan
sumberdaya, sarana dan prasarana peternakan dan perikanan dengan kegiatan pokok : a. Pengelolaan BBI
b. Promosi potensi peternakan, kelautan dan perikanan c. Bimbingan dan pemberdayaan kelompok ternak, melayan dan perikanan
d. Pemeriksaan dan pemberantasan fascisiolosis sapi potong e. Pemeriksaan dan pengobatan gangguan reproduksi sapi potong
f. Pemeriksaan daging dan susu g. Peningkatan sarana prasarana perikanan dan kelautan
Penyusunan rencana program dan kegiatan dinas peternakan, kelautan dan perikanan Kabupaten Bantul belum memasukkan analisis gender sehingga rencana
program netral gender bahkan mengarah pada bias gender karena tidak mempertimbangkan peran dan tanggung jawab yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Demikian pula tidak tersedia data terpilah berdasarkan jenis kelamin.
4.6.13.3. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
Tantangan pengembangan industri di Kabupaten Bantul adalah mendorong industri dengan daya saing yang tinggi, misalnya dengan outward looking dan
sertifikasi internasional. Selain itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan daerah dengan meningkatkan PAD harus dapat diciptakan usaha yang banyak menyerap tenaga
kerja, tidak merusak lingkungan, mengembangkan potensi daerah seoptimal mungkin, dan menciptakan lapangan usaha yang berpola kemitraan antara usaha besar dengan
usaha kecil, menengah, dan koperasi.
1. Industri
Jumlah pengrajin industri kecilsedang di Kabupaten Bantul pada tahun 2000 sebanyak 22.570 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan buruh yang
hanya menikmati nilai tambah yang kecil pada hasil produksinya dan nilai tambah yang besar dinikmati oleh pedagang perantara. Upaya peningkatan produksi dan nilai tambah
79
industri kecil dan menengah dilakukan melalui program pengembangan industri rumah tangga, industri kecil dan menengah, program peningkatan kemampuan teknologi
industri kecilkerajinan, dengan kegiatan pokok sebagai berikut : a. Peningkatan pertumbuhan industri kecil menengah, SIUP TDP, Tenaga
kerja, Investasi b. Bantuan pinjaman modal
c. Diversifikasi produk industri kecilkerajinan d. Mengoptimalkan lembaga penanaman modal daerah
e. Peningkatan, pengembangan industri kecil dan pengawasan kredit f. Studi penyiapan pembuatan gudang di kawasan industri.
g. Bimbingan Peningkatan pengolahan limbah industri kecil dan menengah dan pelatihan teknis
h. Promosi produk industri dan kerajinan
2. Perdagangan
Pada tahun 2000 jumlah pedagang 35.316 orang, sebagian besar merupakan pedagang kecil yang permodalannya tergantung pada rentenir. Untuk meningkatkan
kebutuhan modal para pedagang kecil tersebut perlu dilakukan penambahan modal pada PD BPR Bank Pasar Bantul dengan penyertaan modal sebanyak 10 milyar rupiah
sampai dengan tahun 2005, serta pada Badan Usaha Kredit Pedesaan BUKP untuk melayani penyediaan modal yang dapat menggantikan peran rentenir. Selain itu
melakukan kerja sama dengan lembaga perbankan sebagai penyedia dana dengan tingkat bunga rendah sehingga lainnya diharapkan pada masa yang akan datang
pedagang kecil sudah tidak tergantung kepada rentenir. Upaya pemberdayaan di sektor perdagangan dilakukan melalui program pengembangan usaha dan lembaga
perdagangan, dengan kegiatan a. Peningkatan pelayanan perijinan
b. Pelatihan ekspor c. Pengembangan SDM usaha perdagangan
d. Bimbingan usaha ekonomi desa dan sektor informal serta UKM e. Lokakarya produk unggulan daerah
80
f. Pemberdayaan pedagang kecil g. Monitoring produkkomoditi ekspor, calon investor dan perijinan
3. Koperasi