Menurut Sitorus 2004a ada tiga metode yang dapat diterapkan dalam usaha konservasi tanah, yaitu; 1 metode vegetatif, 2 metode mekanik, dan
3 metode kimia. Penjelasan tiga metode konservasi tanah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Metode vegetatif dalam konservasi tanah mempunyai tiga fungsi yaitu; 1 melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh,
2 melindungi tanah terhadap daya perusak aliran permukaan atau aliran air di atas permukaan tanah, dan 3 memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan
kemampuan tanah menyerap atau mengabsorbsi air. Kegiatan yang termasuk dalam metode vegetatif dalam konservasi tanah adalah; 1 penghutanan atau
penghijauan, 2 penanaman dengan rumput makanan ternak, 3 penanaman dengan tanaman penutup tanah permanen, 4 penanaman tanaman dalam strip
strip cropping, 5 pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah, dan 7 penanaman saluran pembuangan air dengan
rumput vegetated atau grassed waterway. b.
Metode mekanik dalam konservasi tanah mempunyai dua fungsi, yaitu: 1 memperlambat aliran permukaan, dan 2 menampung dan menyalurkan
aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak. Kegiatan yang termasuk dalam metode konservasi mekanik adalah; 1 pengolahan tanah
tillage, 2 pengolahan tanah menurut kontur, 3 pembuatan galengan atau saluran menurut kontur, 4 pembuatan teras seperti teras tangga atau teras
bangku dan teras berdasar lebar, 5 perbaikan drainase dan pembangunan irigasi, 6 pembuatan waduk, dam penghambat chek dam, tanggul dan
sebagainya. c. Metode kimia dalam kegiatan konservasi tanah bertujuan untuk membentuk
struktur tanah yang stabil dengan menggunakan senyawa kimia yang disebut soil conditioner.
2.2. Erosi Tanah
Sehubungan dengan sistem pertanian konservasi di lahan kering terutama untuk wilayah dengan topografi berlereng, tingkat erosi menjadi faktor yang
16
sangat menentukan produktivitas lahan. Erosi merupakan peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain
oleh media alami Suhara, 1991. Menurut Sitorus 2004 a, proses erosi terjadi
akibat interaksi antara faktor iklim, topografi, vegetasi, tanah, dan aktivitas manusia.
Dari lima faktor yang mempengaruhi proses erosi dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: 1 faktor yang dapat dimanipulasi oleh manusia
seperti vegetasi, sebagian sifat tanah kesuburan dan kapasitas infiltrasi, serta unsur topografi panjang lereng dan 2 faktor yang tidak dapat dimanipulasi oleh
manusia yaitu faktor iklim, tipe tanah dan kecuraman lereng. Salahsatu metode yang dapat digunakan untuk menduga erosi lahan adalah metode Universal Soil
Loss Equation USLE yang dikemukakan oleh Wischmeier dan Smith 1978. Metode pendugaan ini banyak digunakan karena sifatnya yang sederhana dan
praktis, namun ketepatan hasilnya sangat ditentukan oleh ketepatan pengukuran dan penelitian faktor-faktor penduganya. Jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap
tahun ditentukan oleh erosivitas hujan daya erosi curah hujan, erodibilitas tanah kepekaan tanah terhadap erosi, panjang lereng, curamnya lereng, faktor vegetasi,
dan usaha-usaha pencegahan erosi. Dikenal dua macam erosi yaitu erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi
normal juga disebut erosi geologi atau erosi alamiah merupakan proses pengangkutan tanah di bawah keadaan vegetasi alami, biasanya terjadi dengan
laju yang lambat dan memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal yang mampu mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal. Proses erosi geologi
menyebabkan terjadinya sebagian bentuk permukaan bumi yang terdapat di alam. Erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah
sebagai akibat perbuatan manusia yang mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan pengangkutan tanah. Namun dari dua macam erosi tersebut,
hanya erosi dipercepat yang menjadi perhatian dalam konservasi tanah Arsyad, 2000.
17
2.3. Teknik Multi Dimensional Scaling MDS