51,16. Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi, bertekstur mempunyai butiran kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan
memiliki tingkat kesuburan rendah. Tanah Litosol berasal dari batuan induk batugamping, batupasir, dan breksikonglomerat, tersebar di Kecamatan Pajangan,
Kasihan, dan Pandak. Tanah Mediteran berasal dari batugamping karang, batugamping berlapis, dan batupasir, tersebar di Kecamatan Dlingo dan Sedayu. Tanah Latosol
berasal dari batuan induk breksi, tersebar di Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pundong, Kretek, Piyungan, dan Pleret. Tanah Grumosol berasal dari batuan induk batugamping
berlapis, napal, dan tuff, terdapat di Kecamatan Sedayu, Pajangan, Kasihan, Pandak, Sanden, Bambanglipuro, dan Srandakan.
4.6.4. Geologi
Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bantul secara umum terdiri dari batuan beku, batuan sedimen, dan endapan. Berdasarkan sifat-sifat batuannya dapat diperinci
menjadi tujuh formasi yaitu Formasi Yogyakarta 46, Formasi Sentolo 18, Formasi Sambipitu 3, Formasi Semilir-Nglanggran 24, Formasi Wonosari 8,
dan gumuk pasir 1. Formasi adalah suatu susunan batuan yang mempunyai keseragaman ciri-ciri
geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di permukaan bumi atau di bawah permukaan.
Formasi Geologi menunjukkan kelompok-kelompok batuan yang berguna sebagai indikator terdapatnya suatu bahan tambang. Untuk mengetahui jumlah cadangan bahan
galian dan prospek pengembangannya memerlukan penanganan lebih lanjut dari dinasinstansi terkait. Dalam Tabel 23 diperlihatkan hubungan Formasi Geologi dengan
luas penyebarannya. Tabel 23. Hubungan formasi geologi dengan luas penyebaran
No Formasi Geologi
Jenis Batuan Luas ha
1 F. Yogyakarta
Pasir vulkanik klastik, lanau, gravel 23.316
2 F. Sentolo
Batu gamping berlapis, napal, tuff 9.123
3 F. Sambipitu
Konglomerat, batupasir 1.520
4 F. Semilir-Nglanggran
Breksi, batupasir, tuff 12.164
5 F. Wonosari
Batu gamping karang lagoon 4.055
6 F. Gumuk Pasir
Pasir tersortasi 0.507
Jumlah 50.685
Sumber: BPS 2005b
70
4.6.5. Pola Curah Hujan
Data curah hujan disajikan sebagai perbandingan adalah data pada tahun 2002 dan tahun 2004. Untuk mengetahui pola curah hujan pada suatu wilayah tertentu
diperlukan parameter data minimal berupa banyaknya hari hujan dan intensitas curah hujan bulanan seperti terlihat dalam Tabel 24. Akan tetapi untuk keperluan analisis pola
curah hujan akan lebih tepat apabila menggunakan data yang diambil dalam kurun waktu sedikitnya lima tahun yang berurutan.
Dari Tabel 24 terlihat jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari 16 HH dan intensitas curah hujan terbesar terjadi pada bulan Februari 366 mm
untuk tahun 2002. Sedangkan untuk tahun 2004 jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret 21 HH dan intensitas curah hujan terbesar terjadi pada bulan
Desember 316 mm. Tabel 24. Pola curah hujan tahun 2002 dan 2004
Sumber: BPS 2005b 2002 2004
No Bulan HH mm HH Mm
1 Januari 16 317 30 282
2 Februari 15 366 19 243
3 Maret 7
149 21
239 4 April
6 134
17 208
5 Mei
2 67 5 45 6
Juni 0 0 1 2
7 Juli 2
12 8
Agustus 0 0 0 0
9 September
0 0 2 3 10
Oktober 0 0 7 3
11 Nopember 9
177 11
191 12
Desember 11 176 14 316
Jumlah
Rata-Rata
66
5,5
1386
115,50
119
9,92
1544
128,67
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata curah hujan dari tahun 1990 - 2000 maka diperoleh nilai rata-rata curah hujan yang dapat dibagi menjadi curah hujan
rendah kurang dari 2.000 mmth, curah hujan sedang antara 2.000-2.500 mmth dan curah hujan tinggi lebih dari 2.500 mmth. Rata-rata curah hujan pada tujuh stasiun
pengamat hujan yang dihitung pada tahun 2001 dan 2003 terlihat bahwa curah hujan
71
rata-rata di Kabupaten Bantul pada tahun tersebut termasuk dalam kategori rendah dan sedang.
4.6.6. Daerah Aliran Sungai