Kependudukan Perekonomian KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

4.3. Kependudukan

Menurut hasil Susenas jumlah penduduk D.I. Yogyakarta pada tahun 2005 adalah sebesar 3.207.385 jiwa, yang terdiri dari 1.595.183 jiwa laki-laki 49,73 dan 1.612.202 jiwa perempuan 50,27. Jika dibandingkan dengan luas wilayah 3.185,80 km 2 kepadatan penduduk adalah sebesar 1.006,78 jiwa per km 2 . Pertumbuhan jumlah penduduk pada tahun 2005 adalah 1,61 persen, dengan jumlah rumahtangga 922.636, sehingga rata-rata dalam satu rumah tangga terdapat tiga sampai empat jiwa. Jumlah penduduk untuk masing-masing kabupatenkota adalah sebagai berikut : 1. Kabupaten Kulon Progo 375.153 jiwa 2. Kabupaten Bantul 809.971 jiwa 3. Kabupaten Gunungkidul 755.941 jiwa 4. Kabupaten Sleman 940.019 jiwa 5. Kota Yogyakarta 390.941 jiwa Sumber : BPS 2005c

4.4. Perekonomian

4.4.1. Pencapaian PDRB Mengacu kebijakan setelah krisis ekonomi maka pembangunan pertanian secara nasional pada tahun 2008 diprioritaskan pada upaya peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis Perpres, 2007. Secara nasional peran sektor pertanian tetap dominan karena lebih dari 30 persen pendapatan domestik bruto PDB disumbang oleh sektor pertanian. Di Provinsi D.I. Yogyakarta sektor pertanian juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB provinsi.. Kontribusi D.I. Yogyakarta terhadap PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2002 sebesar 17,25 persen dan turun menjadi 16,54 persen pada tahun 2003 turun 4,12. Namun demikian sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar ketiga setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran 19,31 dan sektor jasa-jasa 17,88. Kontribusi terbesar dalam sektor pertanian diperoleh dari subsektor tanaman pangan 12,74 persen 73,86, subsektor peternakan 2,32 persen 13,45, subsektor kehutanan 1,34 persen 7,77, subsektor perkebunan 0,55 persen 3,18, dan subsektor perikanan 0,30 persen 1,74. 62 4.4.2. Pencapaian PAD Kontribusi Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD yang dihasilkan dari UPTD pada tahun 2004 adalah sebesar Rp.566.056.038,- atau tercapai 116,20 persen dari target Rp.487.202.600,- yang berarti surplus sebesar Rp.78.853.438,-. PAD ini bersumber dari hasil penjualan benih padi, benih palawija, benih hortikultura, susu sapi, daging ternak afkir, ternak bibit, pedet, dan jasa mobil box daging. 4.4.3.Penyerapan tenaga kerja 4.4.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK dan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Dua indikator pokok yang sering digunakan untuk melihat partisipasi penduduk di bidang ketenagakerjaan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK yang merupakan perbandingan antara banyaknya angkatan kerja dengan total penduduk usia kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT yang merupakan perbandingan banyaknya pengangguran dengan banyaknya angkatan kerja. Di Propinsi DI Yogyakarta walaupun jumlah penduduk perempuan selalu meningkat tiap tahun namun partisipasi angkatan kerja perempuan pada tahun 2004 yaitu 63,5 persen dibandingkan laki-laki sebesar 80,6 persen dan menurun pada tahun 2005 menjadi 60,9 persen dibandingkan dengan laki-laki sebesar 78,8 persen KPP, 2005. Di Propinsi DI Yogyakarta TPT perempuan selalu lebih tinggi dari laki-laki yaitu 6,9 persen berbanding 5,7 persen pada tahun 2004 dan 8,1 persen berbanding 7,2 persen pada Nopember 2005 KPP, 2005a. 4.4.3.2. Lapangan pekerjaan Lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari usaha di mana seseorang bekerja. Lapangan pekerjaan berdasarkan Sakernas 2005 dibagi menjadi 3 kelompok yaitu Sektor Pertanian, Manufaktur, dan Jasa dengan rincian seperti pada Tabel 13. Penyerapan tenaga kerja perempuan di Provinsi D.I. Yogyakarta terbesar adalah pada sektor jasa dan pertanian. 63 Tabel 13. Persentase pekerjaan menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin, Propinsi DI Yogyakarta tahun 2004-2005 2004 2005 Lapangan Pekerjaan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Pertanian 40,6 35,5 36,2 33,0 Manufaktur 12,3 25,2 15,0 26,6 Jasa 47,1 39,3 48,8 40,4 Sumber: BPS 2005c 4.4.3.3. Jam Kerja dan Upah Banyaknya jam kerja menggambarkan tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja. Berdasarkan jam kerja tampak bahwa rata-rata perempuan memiliki jam kerja yang lebih rendah daripada laki-laki. Hal ini tercermin dari lebih tingginya proporsi perempuan yang bekerja di bawah jam kerja normal 35 jam kerja seminggu Tabel 14.. Tabel 14. Penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut jumlah jam kerja seminggu dan jenis kelamin, Propinsi DI Yogyakarta, 2004-2005 2004 2005 Jumlah Jam Kerja Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki 1,5 1,4 1,0 0,9 35 jam 36,7 21,5 38,9 21,2 35 – 60 jam 51,6 66,0 49,1 66,5 60 jam 10,2 11,1 11,1 11,4 Sumber: BPS 2005c Secara umum, upah yang diterima perempuan lebih rendah dari laki-laki baik di perkotaan maupun di perdesaan. Faktor keterampilan dan rendahnya tingkat pendidikan menjadi penyebab perempuan digaji lebih rendah dari laki-laki. Rata-rata upah sebulan menurut pendidikan dan jenis kelamin di propinsi DI Yogyakarta disajikan pada Tabel 15. 64 Tabel 15. Rata-rata upah pekerja menurut pendidikan dan jenis kelamin di propinsi DI Yogyakarta, 2004-2005 dalam ribuan rupiah 2004 2005 Pendidikan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki SD ke bawah 259,5 437,5 238,0 441,9 SLP 329,1 478,8 321,0 521,1 SLA 565,1 706,5 553,2 797,8 PT 1.121,2 1.347,3 981,7 1.521,6 Sumber: BPS 2005c

4.5. Sosial