Teknik Analisis Data Data Sekunder:

instansi teknis yang berhubungan dengan pemanfaatan lahan kering Dinas Pertanian, Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah, dan Dinas Perkebunan, sehingga pakar yang terpilih diharapkan dapat mewakili tiap unsur: birokrasi, akademisi perguruan tinggi, masyarakat, dan LSM. Tabel 6. Rincian jumlah responden penelitian No. Responden Teknik Pengambilan Contoh Jumlah Contoh I Unit Contoh DaerahWilayah: 1. Kab. Gunungkidul dan Bantul Purposive 2 kabupaten II Contoh Responden: A. Pakar expert 1. Bappeda 2. DPRD 3. LSM Lingkungan 4. Tokoh masyarakat 5. Dosen PertanianPengelolaan Sumberdaya Lahan 6. Dinas instansi terkait 7. Kelompok Tani 8. Pakar gender Total 2 Kabupaten Purposive Purposive Purposive Purposive Purposive Purposive Purposive Purposive 2 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang 4 orang 4 orang 1 orang 16 orang 32 orang

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan menggunakan: 1 analisis keberlanjutan pengelolaan lahan kering, 2 analisis gender dan 3 analisis prospektif. Penjelasan rinci dari masing-masing analisis sebagai berikut.

3.6.1. Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Lahan Kering

Analisis keberlanjutan pengelolaan lahan kering dilakukan melalui beberapa tahapan. 1 Penentuan atribut pembangunan berkelanjutan untuk dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial. 2 Penilaian tiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan untuk masing-masing dimensi, 3 Analisis ordinasi dengan menempatkan nilaiskor pada urutan atribut yang terukur dengan menggunakan multidimensional scaling MDS, dan 50 4. Perhitungan indeks dan status keberlanjutan pengelolaan lahan kering secara multidimensi maupun untuk masing-masing dimensi. Penilaian atribut dilakukan berdasarkan hasil pengamatan lapangan, hasil perhitungan dan analisis ataupun data sekunder yang tersedia. Untuk tiap atribut diberikan nilai yang mencerminkan status dari atribut yang bersangkutan. Rentang nilai skor menunjukkan nilai yang “buruk” di satu ujung dan nilai “baik” di ujung yang lain. Nilai “buruk” mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi pengelolaan lahan kering secara berkelanjutan, sebaliknya nilai “baik” mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan bagi pengelolaan lahan kering berkelanjutan. Selanjutnya, nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara terintegrasi untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan dari pengelolaan lahan kering yang dikaji, relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik “baik” good dan titik “buruk” bad. Untuk memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi. Proses ordinasi dilakukan menggunakan perangkat lunak modifikasi Rapfish Kavanagh, 2001. Perangkat lunak Rapfish merupakan pengembangan MDS dalam perangkat lunak SPSS, dengan memadukan proses rotasi, kebalikan posisi fliping, dan beberapa analisis sensitivitas. Melalui perangkat lunak ini, posisi titik keberlanjutan tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi sumbu horizontal dan vertikal. Proses rotasi dilakukan untuk memproyeksikan titik-titik tersebut pada garis mendatar dengan titik ekstrem “buruk” bernilai 0 persen dan titik ekstrim “baik” bernilai 100 persen. Posisi keberlanjutan sistem akan berada di antara dua titik ekstrim tersebut. Nilai ini merupakan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering pada saat ini. Sebagai contoh, hasil ordinasi yang menunjukkan nilai indeks keberlanjutan sebesar 45 persen dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Ilustrasi indeks keberlanjutan sebesar 45 persen. 45 100 51 Skala indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering mempunyai selang 0 - 100 persen. Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 50 persen 50, maka sistem tersebut dikatakan berlanjut sustainable, dan sebaliknya jika kurang dari 50 persen 50 maka sistem tersebut belumtidak berkelanjutan. Dalam penelitian ini penulis mencoba membuat empat kategori status keberlanjutan sebagaimana disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kategori status keberlanjutan pengelolaan lahan kering Nilai Indeks Kategori 0 - ≤ 25 Buruk 26 ≤ Nilai indeks ≤ 50 Kurang 51 ≤ Nilai indeks ≤ 75 Cukup 76 ≤ Nilai indeks ≤ 100 Baik Analisis sensitivitas selanjutnya dilakukan untuk melihat atribut yang sensitif dalam kontribusi perhitungan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering di lokasi penelitian. Pengaruh dari tiap atribut dinyatakan dalam bentuk perubahan “root mean square” RMS ordinasi, khususnya pada sumbu–x atau skala sustainabilitas. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu, maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai indeks keberlanjutan pada skala sustainabilitas, atau dengan kata lain semakin sensitif atribut tersebut dalam menentukan keberlanjutan pengelolaan lahan kering. Untuk mengevaluasi pengaruh galat error acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengelolaan lahan kering digunakan analisis Monte Carlo. Menurut Kavanagh 2001 dan Fauzi dan Anna 2002 analisis Monte Carlo juga berguna untuk mempelajari hal-hal berikut. 1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut. 2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda. 3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi. 52 4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang missing data. 5. Tingginya nilai stress nilai stress dapat diterima jika 25. Tahapan analisis keberlanjutan pengelolaan lahan kering menggunakan metode MDS dengan aplikasi Rapfish disajikan pada Gambar 6. Mulai Kondisi Pengelolaan Lahan Kering saat ini Penentuan Atribut sebagai Kriteria Penilaian MDS ordinasi setiap atribut Penilaian skor setiap atribut Analisis Sensitivitas Analisis Monte Carlo Indeks Keberlanjutan Gambar 6. Tahapan analisis keberlanjutan pengelolaan lahan kering menggunakan metode MDS. 3.6.2. Analisis Gender Teknik analisis gender dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan dimulai dengan menganalisis permasalahan gender yang timbul dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan. a. Identifikasi peran gender dalam 3 tiga dimensi keberlanjutan. Menyusun pembagian kerja gender pemetaan peran laki-laki dan perempuan dalam setiap tahapan pengelolaan lahan kering untuk dimensi ekologi, ekonomi dan sosial. Peran perempuan dan laki-laki dapat dikategorikan dalam 2 dua hal Hubeis, 1985, yaitu: 1. Peran Produktif yang terdiri dari: - peran produktif langsung seperti pekerjaan produktif di sektor pertanian antara mengolah tanah, memelihara tanaman, ternak dan ikan 53 termasuk bekerja di sektor formal sebagai pegawai negeri, buruh atau pengusahawiraswasta. - Peran produktif tidak langsung, yang tidak memperoleh upah seperti mengambil air, memasak, merawat anak, berbelanja, mencuci pakaian dan peralatan dapur, membersihkan rumah, dan menyeterika 2. Peran Non Produktif yang terdiri dari: - Peran dalam pendidikan formal seperti SD, SMP, dan pendidikan formal keagamaan dan pendidikan informal seperti pelatihan, penyuluhan - Peran dalam aktivitas sosial di sektor pertanian seperti penyelesaian konflik, penetapan aturan adat, keagamaan, dan peraturan perundangan lainnya dan kelembagaan tani dan media informasi b. Identifikasi faktor penyebab Faktor ketidakseimbangan gender dianalisis berdasarkan aspek akses, kontrol, manfaat dan partisipasi perempuan dan laki-laki c. Formulasi arahan kebijakan yang responsif gender Hasil identifikasi faktor penyebab ketidakseimbangan gender menjadi bahan pertimbangan untuk menyusun arahan kebijakan di masa yang akan datang agar kebijakan, program dan rencana aksi yang disusun akan bersifat responsif gender.

3.6.3. Analisis Prospektif

Analisis prospektif merupakan suatu upaya untuk eksplorasi kemungkinan di masa yang akan datang sesuai dengan kebutuhan dari pemangku kepentingan yang terlibat dalam sistem ini. Tahap analisis prospektif dimulai dengan penentuan faktor kunci dari pencapaian studi. Selanjutnya faktor kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Menurut Hardjomidjojo 2002, tahapan dalam melakukan analisis prospektif adalah sebagai berikut: 54 1. Menentukan faktor kunci untuk masa depan dari sistem yang dikaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi seluruh faktor penting dengan menggunakan kriteria faktor variabel, menganalisis pengaruh dan ketergantungan seluruh faktor dengan melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks, dan menggambarkan pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor ke dalam 4 empat kuadran utama, Trayer- Polagawat, 2000 sebagaimana disajikan pada Gambar 7. Pengaruh Faktor Penentu Faktor Penghubung INPUT STAKE Faktor Bebas Faktor Terikat UNUSED OUPUT Gambar 7.Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem pe- ngelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender Byl et al., 2002. Ketergantungan Penilaian pengaruh langsung antar faktor dalam sistem dilakukan dengan perbandingan berpasangan seperti disajikan pada Tabel 8. Pedoman pengisian Tabel 8 adalah sebagai berikut: 1. Jika faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, diberi nilai 0. 2. Jika faktor tersebut memiliki pengaruh sangat kuat, diberi nilai 3. 3. Jika faktor tersebut memiliki pengaruh yang tidak kuat, maka diberi nilai 1 untuk pengaruh kecil, dan nilai 2 untuk pengaruh sedang. 2. Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama. 3. Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi perubahan elemen kunci dengan menentukan keadaan state pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana 55 yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem. Tabel 8. Pengaruh langsung antar faktor dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender. Dari Tehadap A B C D E F G H I J A B C D E F G H I J Sumber: Godet 1999. Keterangan : A – J = Faktor penting dalan sistem Pedoman penilaian : Skor : Keterangan: Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat. Secara rinci tujuan, sumber data, parameterpeubah, metode analisis dan output yang ingin dicapai dapat dilihat pada Tabel 9. 56 57 58 60 Tabel 9. Tujuan, sumber data, parameterpeubah, metode analisis dan output yang ingin dicapai No. Tujuan Sumber Data ParameterPeubah Metode Analisis Output yang Diinginkan 1. • Mengidentifikasi atribut pengelolaan berkelanjutan • Hasil penelitian terdahulu • Responden pakar • Responden petani • Survei lapangan • Tiga dimensi pembangunan berkelanjutan Ekologi, ekonomi, dan sosial • FGD • Tabulasi prioritas • Penelusuran pustaka • Atribut untuk menentukan nilai keberlanjutan pengelolaan lahan. 2. • Menentukan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering • Hasil penelitian terdahulu • Responden pakar • Responden petani • Survei lapangan • Laporandokumen • Atribut yang disusun pada tujuan 1. • MDS • Nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering pada setiap dimensi pembangunan. 3. • Mengidentifikasi pola relasi gender pada pengelolaan lahan kering berkelanjutan • Survei lapangan • Responden petani • Pembagian peran domestik dan produktif • Akses, Kontrol, Manfaat, dan partisipasi • Pembagian kerja gender. • Identifikasi penyebab • Tabulasi • Persentase • Pola relasi gender Laki-laki dominan, Perempuan dominan, atau laki- laki dan perempuan. 4. • Membangun model pengelolaan lahan kering berbasis gender. • Hasil analisis keberlanjutan pengelolaan lahan MDS. • Responden pakar • Hasil analisis gender • Faktor-faktor yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering. • Peran gender yang sensitif. • Pemodelan sistem • Analisis deskriptif. • Analisis Prospektif • Tabulasi dan persentase • Model pengelolaan lahan kering berbasis gender. Tabel 9. Lanjutan No. Tujuan Sumber Data ParameterPeubah Metode Analisis Output yang Diinginkan 5. o Merumuskan rekomendasi kebijakan dan strategi pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender • Hasil Analisis gender • Hasil Analisis MDS • Responden • Hasil Analisis Prospektif faktor yang berpengaruh tinggi terhadap tujuan sistem dan ketergantungan antar faktor rendahkuadran I • Deskriptif • Analisis Prospektif • Simulasi model • Terumuskannya rekomendasi kebijakan dan strategi pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI