Tabel 46 lanjutan
No Dimensi Sosial
Akses Kontrol Manfaat Partisipasi
3 Penetapan AturanKesepakatan
dalam Musyawarah L d
L L + P
L + P 4
Kelembagaan L d
L d L + P
L 5
Media Informasi L + P
L + P L + P
L + P Keterangan : L = laki-laki lebih dominan
L d = Laki-laki sangat dominan P = Perempuan lebih dominan
L + P = laki-laki dan perempuan lebih dominan
Tiga faktor dominan yang sangat didominasi laki-laki harus didorong menuju kesetaraan gender untuk dapat memperbaiki kondisi dimensi sosial
pengelolaan lahan kering sumber air curah hujan. Berdasarkan Tabel 44, 45, dan 46 maka atribut pada dimensi ekologi,
ekonomi dan sosial yang sangat kuat di dominasi laki-laki menjadi faktor sensitif untuk dibangun menjadi arah kebijakan pengelolaan lahan kering yang responsif
gender pada sumber air curah hujan seperti ditunjukkan pada Tabel 47. Tabel 47. Faktor yang paling sensitif mempengaruhi pola relasi gender pada
pengelolaan lahan kering pada sumber air curah hujan.
Dimensi Sumber Air
Ekologi Ekonomi Sosial
Curah hujan 1.
Akses dan kontrol terhadap teknologi pengolahan tanah
2. Kontrol terhadap upaya
menjaga kesuburan tanah 3.
Akses dan kontrol terhadap kepemilikan tanah
4. Akses terhadap
penggunaan pestisida dan pupuk kimia
5. Kontrol terhadap
ketersediaan air Tidak ada pola
relasi gender yang sangat dominan
1. Akses dan kontrol
terhadap pelatihan dan penyuluhan
2. Akses terhadap
penetapan aturan kesepakatan
dalam musyawarah
3. Akses dan kontrol
terhadap kelembagaan
5.4. Disain Sistem Pengelolaan Lahan Kering Berkelanjutan Berbasis
Gender Sumber Air Curah Hujan di Provinsi DI Yogyakarta
Dalam mendisain sistem pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender digunakan analisis prospektif. Analisis prospektif mampu mengeksplorasi
kemungkinan di masa yang akan datang sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Demikian, dapat dipersiapkan tindakan strategis masa depan dengan
104
cara menentukan faktor-faktor kunci yang berperan penting terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
Hasil analisis keberlanjutan pengelolaan lahan kering di Provinsi DI Yogyakarta berdasarkan jenis sumber air dengan curah hujan diketahui 9
sembilan atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering yaitu : 1 Penggunaan pupuk dan pestisida, 2 Tingkat
kesuburan tanah, 3 Luas kepemilikan lahan, 4 Teknik pengelolaan tanah, 5 Nilai ekonomi komoditas yang diusahakan, 6 Harga dan pemasaran,
7 Modal usaha, 8 Frekuensi konflik, 9 Ketersediaan aturan adat, agama, dan perundang-undangan Tabel 40, halaman 97.
Berdasarkan pendapat pakar melalui diskusi kelompok terarah di Provinsi DI Yogyakarta dilakukan analisis prospektif untuk melihat pengaruh dan
ketergantungan antar faktor dan hasilnya seperti ditunjukkan pada Gambar 15 adalah faktor yang paling berpengaruh dan ketergantungan antar faktor yang
paling rendah terhadap indeks keberlanjutan pada pengelolaan lahan kering dengan jenis sumber air curah hujan adalah pada kuadran 1 satu yaitu teknik
pengolahan tanah Gambar 15.
Gambar 15. Pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan sumber air curah hujan.
Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji
Keterseiaan aturan adat, agama, dan perundang-undangan
Frekuensi konflik Modal usaha
Harga dan pemasaran Penggunaan pupuk dan pestisida
Teknik pengolahan tanah Nilai ekonomi komoditas yang diusahakan
Tingkat kesuburan tanah Luas kepemilikan lahan
- 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
2.00
- 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60
Ketergantungan P
en gar
uh
105
Dalam penyusunan arahan kebijakan Pengelolaan Lahan Kering Berkelanjutan Berbasis Gender di Provinsi DI Yogyakarta dengan sumber air
curah hujan, dilakukan identifikasi pada seluruh faktor dominan hasil analisis prospektif dan faktor dominan hasil analisis gender, hasil gabungan dua analisis
ditunjukkan pada Tabel 48.
Tabel 48. Faktor gabungan hasil analisis prospektif dan analisis gender yang berpengaruh terhadap pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender dengan
sumber air dari curah hujan No Analisis Prospektif
No Analisis Gender
1. Teknik pengolahan
tanah 1.
Akses dan kontrol yang setara petani laki-laki dan perempuan terhadap teknik pengolahan tanah
2. Kontrol yang setara petani laki-laki dan perempuan
terhadap sumber air 3.
Akses dan kontrol yang setara petani laki-laki dan perempuan dalam kepemilikan lahan
4. Akses yang setara petani laki-laki dan perempuan
dalam penggunaan pupuk dan pestisida yang ramah lingkungan
5. Kontrol petani laki-laki dan perempuan dalam
upaya menjaga kesuburan tanah 6.
Akses dan kontrol yang setara petani laki-laki dan perempuan dalam pelatihan dan penyuluhan
7. Akses dan kontrol yang setara petani laki-laki dan
perempuan dalam kelembagaan petani 8.
Akses yang setara petani laki-laki dan perempuan dalam penetapan aturankesepakatan dalam
musyawarah
Berdasarkan hasil analisis pengaruh dan ketergantungan antar faktor terhadap keseluruhan faktor dominan, maka diperoleh dua faktor yang
mempunyai pengaruh kuat dan ketergantungan antar faktor rendah dalam pengelolaan lahan kering di lokasi studi, yaitu: 1. Akses dan kontrol yang setara
petani laki-laki dan perempuan terhadap teknik pengolahan tanah, dan 2. Kontrol yang setara petani laki-laki dan perempuan terhadap sumber air, dan satu faktor
yang mempunyai pengaruh kuat dan ketergantungan antar faktor yang kuat pula, yaitu Akses dan kontrol yang setara petani laki-laki dan perempuan terhadap
pelatihan dan penyuluhan Gambar 16. Ketiga faktor tersebut perlu dikelola dengan baik dan menjadi dasar dalam perumusan kebijakan dan strategi
106
pengelolaan lahan kering berkelanjutan dan berbasis gender dengan sumber air curah hujan.
Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji
Teknik Pengolahan Tanah A-K
Penetapan AturanKesepakatan dalam Musyawarah A
Kelembagaan A-K Ketersediaan Air K
Upaya Menjaga Kesuburan Tanah K Pelatihan dan Penyuluhan A-K
Kepemlikan Lahan A-K Penggunaan Pupuk Anorganik
Pestisida Kimia A
- 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
- 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80
Ketergantungan Pengaruh
Gambar 16. Pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan dan responsif gender pada sumber air curah
hujan
Deskripsi kemungkinan perubahan kondisi state dari 2 faktor strategis dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender di Provinsi DI
Yogyakarta dengan ketersediaan air dari curah hujan di masa yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 49.
Hasil identifikasi tentang bagaimana elemen kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan state pada setiap faktor dan memeriksa perubahan mana
yang tidak dapat terjadi bersamaan incompatible disajikan pada Tabel 50. Perubahan faktor yang dapat terjadi bersamaan merupakan skenario-skenario
strategis yang mungkin terjadi pada pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender dengan sumber air curah hujan di Provinsi D.I. Yogyakarta seperti
tercantum pada Tabel 51.
107
Tabel 49. Prospektif faktor-faktor kuncipenentu dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender dengan sumber air curah hujan di
Provinsi DI Yogyakarta Keadaan state masa depan faktor
No. Faktor Strategis
1A 1B 1C 1D
1.
Akses dan kontrol petani
laki-laki dan perempuan
terhadap teknik
pengolahan tanah
Tanpa teknologi
pengolahan tanah
Teknologi pengolahan
tanah yang sederhana dan
tidak ramah perempuan
Akses dan kontrol tidak
setara terhadap Teknologi
pengolahan tanah yang
intensif tetapin tidak ramah
lingkungan Akses dan kontrol
setara terhadap Teknologi
pengolahan tanah yang intensif dan
ramah lingkungan
2A 2B 2.
Kontrol petani laki-laki dan
perempuan terhadap
sumber air Sumber air
terbatas dan didominasi
laki-laki Kontrol
terhadap sumber air
setara antara laki-laki dan
perempuan serta
berkelanjutan
3A 3
Akses dan kontrol dalam
pelatihan dan penyuluhan
Akses dan kontrol tidak
setara terhadap
Pelatihan dan
penyuluhan Keterangan :
1A sampai dengan 1C adalah kondisi kemungkinan perubahan faktor strategis 1 di masa mendatang
2A sampai dengan 2B adalah kondisi kemungkinan perubahan faktor strategis 2 di masa mendatang
3A faktor strategis 3 di masa mendatang
Tabel 51 menunjukkan tiga skenario strategi utama yang dapat dirumuskan dari berbagai kondisi state setiap faktor yang mungkin terjadi di masa yang akan
datang dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender dengan sumber air curah hujan di Provinsi D.I. Yogyakarta. Definisi masing-masing
strategi tersebut disajikan pada Tabel 52.
108
Tabel 50. Incompatible antar keadaan state dari ketiga faktor penting dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender dengan sumber air
curah hujan di Provinsi D.I. Yogyakarta ke depan.
Keadaan state masa depan faktor No. Faktor
Strategis
1A 1B 1C 1D 1.
Akses dan kontrol petani
laki-laki dan perempuan
terhadap teknik
pengolahan tanah
Tanpa teknologi
pengolahan tanah
Teknologi pengolahan tanah
yang sederhana dan tidak ramah
perempuan Akses dan
kontrol tidak setara terhadap
Teknologi pengolahan
tanah yang intensif tetapi
tidak ramah lingkungan
Akses dan kontrol setara
terhadap Teknologi
pengolahan tanah yang
intensif dan ramah
lingkungan
2A 2B 2.
Kontrol petani laki-laki dan
perempuan terhadap
sumber air Sumber air
terbatas dan didominasi
laki-laki Kontrol terhadap
sumber air setara antara laki-laki
dan perempuan serta
berkelanjutan
3A 3
Akses dan kontrol dalam
pelatihan dan penyuluhan
Akses dan kontrol tidak
setara terhadap
Pelatihan dan
penyuluhan Keterangan :
= menunjukkan incompatible antar state
Tabel 51. Hasil analisis skenario strategi pengelolaan lahan kering berkelanjutan
berbasis gender dengan sumber air curah hujan di Provinsi D.I. Yogyakarta.
No. Skenario Strategi
Urutan Faktor 1. Pemiskinan
petani
1A; 2A; 3A
2. Bertahan dalam dalam kemiskinan
1B; 2A; 3A
3.
Mencari peluang dan menuju kesetaraan gender
1D; 2B; 3A
109
Tabel 52. Definisi masing-masing skenario strategi pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender dengan sumber air curah hujan di
Provinsi D.I. Yogyakarta No. Skenario Strategi
Kondisi yang Mungkin Terjadi 1.
Pemiskinan petani 1A, 2A
1A Tanpa teknologi pengolahan tanah 2A sumber air terbatas dan didominasi laki-laki
3A Akses dan kontrol tidak setara terhadap pelatihan dan penyuluhan
Dalam kondisi demikian pendapatan petani dari waktu ke waktu menurun. Bahkan mungkin tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya untuk makan yang layak. Marginalisasi dan beban ganda terhadap perempuan masih
terus berlanjut Perempuan tidak punya akses pada pengelolaan lahan kering.
2.
Bertahan dalam kemiskinan
1B, 2A 1B Teknologi pengolahan tanah yang sederhana dan
tidak ramah perempuan 2A sumber air terbatas dan didominasi laki-laki
3A Akses dan kontrol tidak setara terhadap pelatihan
dan penyuluhan Dalam kondisi demikian kegiatan usahatani dalam jangka
panjang akan sangat tergantung pada kondisi alam. Sehingga kehidupan petani tetap dalam kondisi miskin.
Terjadi ketidaksetaraan pola relasi gender pada pengelolaan lahan kering karena rendahnya akses dan
kontrol petani perempuan miskin pada pengolahan tanah, penguasaan teknologi pengolahan tanah rendah dan
pelatihan dan penyuluhan.
3.
Mencari peluang dan menuju
kesetaraan gender 1D, 2B
1D Akses dan kontrol setara terhadap teknologi pengolahan tanah yang intensif dan pro konservasi
serta ramah perempuan 2B Kontrol terhadap sumber air setara antara laki-laki
dan perempuan serta berkelanjutan 3A Akses dan kontrol tidak setara terhadap pelatihan
dan penyuluhan Dalam kondisi demikian kegiatan usahatani harus
diarahkan untuk mengembangkan teknologi sederhana tata air mikro untuk menjaga ketersediaan air pada musim
kemarau sehingga dapat meningkatkan intensitas tanam dan curahan waktu yang adil bagi petani laki-laki dan
perempuan untuk mengelola lahan kering
110
5.4.1. Simulasi Nilai Indeks Keberlanjutan Pengelolaan Lahan Kering Berkelanjutan Berbasis Gender jenis sumber air curah hujan
Penentuan strategi prioritas dilakukan kembali oleh responden pakar terkait dengan pengelolaan lahan kering berbasis gender dengan sumber air curah
hujan menggunakan kuesioner. Responden yang berjumlah 32 orang dengan 16 orang dari Kabupaten Bantul dan 16 orang dari Kabupaten Gunungkidul.
Responden tersebut adalah responden yang sama pada saat penentuan faktor. Perincian responden untuk penentuan strategi prioritas disajikan pada Tabel 53.
Tabel 53. Responden pakar untuk penentuan strategi prioritas. No. Responden
Jumlah orang
1. Bappeda 4
2. DPRD 4
3. LSM Lingkungan
2 4. Pakar
Gender 2
5. Tokoh Masyarakat
2 6.
Dosen PertanianSumberdaya Lahan 2
7. Dinas Instansi terkait
8 8. Kelompok
tani 8
Berdasarkan hasil FGD maka pakar sepakat bahwa skenario bertahan dalam kemiskinan merupakan skenario yang akan terjadi di masa depan. Hal
tersebut disajikan pada Tabel 54. Tabel 54. Persentase pendapat responden terhadap masing-masing skenario
No. Skenario Strategi
Persentase Peringkat
1. Pemiskinan petani
0,00 2
2. Bertahan dalam dalam kemiskinan
100,00
1
3. Mencari peluang dan menuju
kesetaraan gender 0,00
2
Jumlah 100 Mengingat penelitian ini difokuskan pada pengelolaan lahan kering
berkelanjutan berbasis gender maka berikut disajikan simulasi untuk pengelolaan lahan kering dengan sumber air curah hujan dalam rangka menuju pengelolaan
yang berkelanjutan dan berbasis gender.
111
Simulasi pengelolaan lahan kering dengan sumber air curah hujan dimulai dengan kondisi saat ini, melalui skenario terpilih bertahan dalam kemiskinan dan
menuju skenario “mencari peluang dan menuju kesetaraan gender”
Skenario 1. Bertahan dalam kemiskinan
Kondisi ketersediaan air yang terbatas karena hanya mengandalkan curah hujan menyebabkan tidak adanya perubahan faktor penggerak yang
mungkin terjadi pada pengelolaan lahan kering skenario bertahan dalam kemiskinan, seperti disajikan pada Tabel 56 sehingga tidak ada perubahan nilai
indeks keberlanjutan baik pada dimensi ekologi, ekonomi dan sosial seperti ditunjukkan pada Tabel 55.
Tabel 55. Perubahan nilai indeks keberlanjutan pada pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender dengan sumber air curah hujan pada
skenario bertahan dalam kemiskinan No Dimensi
Nilai Indeks
Keberlanjutan kondisi awal
Nilai Indeks Keberlanjutan
Skenario 1 Perubahan
Nilai Indeks
1 Ekologi 17,61
17,61 2 Ekonomi
32,50 32,50
3 Sosial 43,50
43,50 Multidimensi
37,36 37,36
Perubahan kondisi skor pada tiap atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan dan responsif gender ditunjukkan pada Tabel 56.
Tabel 56. Perubahan nilai skor kondisi awal dengan nilai skor perubahan pada Skenario bertahan dalam kemiskinan pada pengelolaan lahan kering
berkelanjutan berbasis gender dengan sumber air curah hujan No
Faktor Penggerak Nilai Skor Awal
Nilai Skor perubahan skenario 1
1
Akses dan kontrol petani laki- laki dan perempuan terhadap
teknik pengolahan tanah
1 1
2
Kontrol petani laki-laki dan perempuan terhadap sumber
air
0 0
112
Tabel 56 lanjutan No
Faktor Penggerak Nilai Skor Awal
Nilai Skor perubahan skenario 1
3
Akses dan kontrol petani laki- laki dan perempuan terhadap
pelatihan dan penyuluhan
2 2
Pada skenario bertahan dalam kemiskinan, kondisi ke depan yang mungkin terjadi adalah pengelolaan lahan kering yang mengandalkan curah hujan
akan mendorong degradasi lahan dan petani miskin tidak mempu meningkatkan kesuburan tanah. Pelatihan dan penyuluhan walaupun sudah dilakukan tetapi
akses dan kontrol perempuan rendah dibandingkan laki-laki. Pada skenario ini arahan kebijakan yang disarankan adalah: Mendorong pengembangan komoditas
yang tidak berbasis air dan dapat diakses oleh petani perempuan dan laki-laki, seperti mixed farming atau peternakan.
Skenario 2. Mencari Peluang dan Menuju Kesetaraan Gender
Perubahan faktor penggerak yang mungkin terjadi pada pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender dengan sumber air curah hujan pada
skenario mencari peluang dan menuju kesetaraan gender, seperti disajikan pada Tabel 56 akan mendorong perubahan nilai indeks keberlanjutan baik pada dimensi
ekologi, ekonomi dan sosial seperti ditunjukkan pada Tabel 57. Tabel 57. Perubahan nilai indeks keberlanjutan pada pengelolaan lahan kering
berkelanjutan berbasis gender dengan sumber air curah hujan pada skenario mencari peluang dan menuju kesetaraan gender
No Dimensi Nilai
Indeks Keberlanjutan
kondisi awal Nilai Indeks
Keberlanjutan Skenario 2
Perubahan Nilai
Indeks 1 Ekologi
17,61 34,23
16,62 2 Ekonomi
32,50 32,50
3 Sosial 43,50
43,50 Multidimensi
37,36 40,35
2,99 Perubahan kondisi skor pada tiap atribut yang sensitif mempengaruhi
keberlanjutan dan responsif gender ditunjukkan pada Tabel 58.
113
Pada skenario mencari peluang dan menuju kesetaraan gender terjadi peningkatan nilai indeks yang cukup nyata pada dimensi ekologi jika
dibandingkan dengan kondisi awal existing condition yaitu semula buruk menjadi kurang berkelanjutan. Pada kondisi ini dimensi ekologi masih tidak
mampu memberikan keuntungan ekonomi bagi petani baik pada saat ini maupun masa mendatang. Pada skenario ini arahan kebijakan yang disarankan sebagai
berikut: Meningkatkan akses dan kontrol perempuan pada teknologi pengolahan tanah yang pro lingkungan, serta mendorong penguasaan perempuan dalam
penggunaan air untuk pengelolaan lahan kering dan diseminasinya melalui pelatihan dan penyuluhan.
Tabel 58. Perubahan nilai skor kondisi awal dengan nilai skor perubahan pada Skenario mencari peluang dan menuju kesetaraan gender pada
pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender dengan sumber air curah hujan
No Faktor Penggerak
Nilai Skor Awal Nilai Skor perubahan
skenario 1
Akses dan kontrol petani laki- laki dan perempuan terhadap
teknik pengolahan tanah
1 2
2
Kontrol petani laki-laki dan perempuan terhadap sumber
air
1 3
Akses dan kontrol petani laki- laki dan perempuan terhadap
pelatihan dan penyuluhan
2 2
Prediksi simulasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 17.
5.4.2. Disain Model Pengelolaan Lahan Kering Berkelanjutan Berbasis
Gender dengan Sumber Air Curah Hujan di Provinsi DI Yogyakarta.
Disain model pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender dengan sumber air curah hujan di Provinsi DI Yogyakarta disajikan pada Gambar
18.
114
KONDISI PERUBAHAN
PERUBAHAN SAAT INI
JANGKA PENDEK JANGKA PANJANG
Gambar 17. Simulasi perubahan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan
kering berbasis gender dengan ketersediaan air curah hujan
Tidak ada faktor yang berubah
Skenario : Bertahan dalam
kemiskinan Ekologi : 17,61
Ekonomi : 32,50 Sosial : 40,51
Multidimensi : 37,36
Faktor yang berubah adalah :
1. Akses dan kontrol
setara petani perempuan dan laki
terhadap teknik pengolahan tanah
2. Kontrol yang setara
petani laki-laki dan perempuan terhadap
sumber air Skenario:
Mencari peluang dan menuju kesetaraan gender
Ekologi : 34,23 Ekonomi : 32,50
Sosial : 43,50 Multidimensi : 40,35
Ekologi : 17,61 Ekonomi : 32,50
Sosial : 40,51 Multidimensi :
37,36 Indeks
keberlanjutan pengelolaan
lahan kering saat ini
115
Gambar 18
116
Aktor Stakeholders yang berperan
Dalam pengelolaan Lahan Kering LK
Stakeholders Assessment Identifikasi kebutuhan dalam
pengelolaan LK berkelanjutan Berbasis Gender Penilaian
indeks keberlanjutan berdasarkan kondisi saat ini.
ANALISIS KEBERLANJUTAN
Sosial budaya Ekologi
Ekonomi Ekologi APMK
Ekonomi APMK Sosial budaya APMK
ANALISIS GENDER
CURAH HUJAN
Pakar gender PSWG
BappedaPem erintah
Petani laki dan perempuan
LSM Gender Lingkungan
Dosen pertanian sumberdaya lahan
DPRD komisi gen- der p
ertanian Penyuluh
Tani Skenario Ideal
Mencari peluang dan menuju kesetaraan gender
Skenario 1 Pemiskinan petani
Skenario 2 Bertahan dalam dalam kemiskinan
Akses dan kontrol yang setara terhadap teknik pengolah- an tanah yang ramah perempuan dan pro konservasi
Faktor penggerakkunci Faktor penggerak driven
Factor dalam pengelolaan LK berkelanjutan dan berbasis
gender
Kontrol yg setara
terhadap ketersediaan
Air Akses yg setara
terhadap penggunaan pupuk
anorganik pestisida kimia
Kontrol yg setara ter-
hadap upaya menjaga ke-
suburan tanah Akses kon-
trol yg setara terhadap Pe-
latihan
penyuluhan Akses
kontrol yg setara
terhadap Kelembaga
an
Akses yg setara dalam
Penetapan aturankese-
pakatan da- lam musya-
warah
Entry Points Faktor-faktor yang
berpengaruh dalam pengelolaan LK
berkelanjutan dan Berbasis gender
Akses Kontrol yg
setara terhadap Tek-
nik pengolah- an tanah
Akses kon- trol yg setara
terhadap kepemilikan
lahan
Skenario Skenario berdasarkan perubahan
state 5 tahun kedepan
Tujuan Strategis : Terwujudnya pengelolaan LK yang
berkelanjutan dan berbasis gender
Kontrol yang setara terhadap sumber air
KEBIJAKAN
PENGELOLAAN LK SAAT INI
Gambar 18. Model Pengelolaan Lahan Kering Berkelanjutan Berbasis Gender Sumber Air Hujan
5.5. Nilai Indeks Keberlanjutan Pengelolaan Lahan Kering Sumber Air