depan. Menurut Muhammadi et al., 2001 tahapan untuk melakukan simulasi model adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan konsep. Pada tahap ini dilakukan identifikasi variabel yang berperan dalam
menimbulkan gejala atau proses. Variabel tersebut saling berinteraksi, saling berhubungan, dan saling tergantung. Kondisi ini dijadikan sebagai dasar
untuk menyusun gagasan atau konsep mengenai gejala atau proses yang akan disimulasikan.
2. Pembuatan model Gagasan atau konsep yang dihasilkan pada tahap pertama selanjutnya
dirumuskan sebagai model yang berbentuk uraian, gambar atau rumus. 3. Simulasi
Simulasi dilakukan dengan menggunakan model yang telah dibuat. Pada model kuantitatif, simulasi dilakukan dengan memasukkan data ke dalam
model, sedangkan pada model kualitatif, simulasi dilakukan dengan menelusuri dan melakukan analisis hubungan sebab-akibat antar-variabel
dengan memasukkan data atau informasi yang dikumpulkan untuk memahami perilaku gejala atau proses model.
4. Validasi hasil simulasi. Validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dan
gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat dinyatakan baik jika kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang terjadi di dunia
nyata relatif kecil. Hasil simulasi yang sudah divalidasi tersebut digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta kecenderungan di masa
depan, yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pengambil keputusan untuk merumuskan suatu kebijakan di masa mendatang.
2.7. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini, baik yang berhubungan dengan metode penelitian yaitu pendekatan sistem dengan
menggunakan analisis keberlanjutan rapid appraisal-multidimensional
30
scalingMDS maupun obyek yang dikaji sumberdaya lahan kering. Menurut Fauzi dan Anna 2002 metode MDS dapat digunakan untuk melakukan analisis
keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan dengan dengan cara menyusun sebanyak 47 atribut yang dipergunakan untuk menentukan
nilai indeks keberlanjutan yang dikelompokkan ke dalam lima dimensi, yaitu: dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi teknologi, dimensi etika, dan dimensi
ekologi. Dari 47 atribut tersebut dihasilkan 15 atribut yang sensitif mempengaruhi nilai keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan pesisir DKI
Jakarta. Soesilo 2003 dan Rohidin 2005 menggunakan metode MDS untuk menilai keberlanjutan pengelolaan suatu sumberdaya dengan mengelompokkan
atribut ke dalam lima dimensi, yaitu: dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial-budaya, dimensi teknologi, dimensi hukum dan kelembagaan.
Pengelompokkan atribut ke dalam dimensi tersebut didasarkan atas konsep dasar pembangunan berkelanjutan yang secara ekonomi harus layak, secara sosial
berkeadilan, dan secara ekologi ramah lingkungan Munasinghe, 1993. Studi tentang pengintegrasian gender dalam usahatani lahan kering yang
dilakukan oleh Irianto et al., 2003 mengambarkan bahwa profil partisipasi, akses, dan kontrol laki-laki lebih dominan dalam kegiatan usahatani dan manfaat
yang strategis seperti lahan, pengelolaan air, pola tanam, penyuluhan pertanian serta pendidikan dan latihan. Bahkan dalam kegiatan kemasyarakatan perempuan
tidak terlibat dalam pengambilan keputusan, sedangkan kegiatan domestik lebih didominasi perempuan. Akibatnya terjadi ketimpangan dan ketidakadilan gender
sektor publik, domestik, maupun kemasyarakatan. Bernard et al., 1998 mengemukakan bahwa terjadi disparitas pembagian kerja pada usahatani ladang
antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki menyumbang sebesar 458 jam 47,32 sedangkan perempuan sebesar 510 jam 52,68. Proses pengambilan keputusan
umumnya dipengaruhi oleh dominasi keterlibatan laki-laki pada setiap tahap sistem usahatani yang dilakukan. Akses dan kontrol terhadap sumberdaya
pendidikan dan kesehatan tidak lagi mencirikan disparitas berdasarkan jenis kelamin, kecuali akses dan kontrol terhadap sumberdaya lahan yang mengacu
pada nilai anak laki-laki, dan akses terhadap sumber modal rendah.
31
Wasito 2004 melalui penelitiannya yang berjudul ”Aktivitas Harian Petani Berdimensi Gender dan Etnis” yang dilakukan dengan metode pemahaman
pedesaan secara partisipatif PPSP dengan teknik pemetaan sumberdaya, diagram aktivitas rutin harian, dan analisis mata pencaharian pada beberapa desa di
Sumatera Utara. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa profil kegiatan produktif perempuan pada etnis Tapanuli, Karo, dan Mandailing di daerah aslinya cukup
besar, bahkan dapat dikatakan perempuan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Hal ini berbeda dengan yang ada di Langkat atau Deli Serdang, dimana
peran produktifnya lebih rendah. Heterogenitas etnis yang bermukim pada satu wilayah cenderung untuk merubah pola kehidupan sesuai dengan tempat tinggal
saat ini. Secara rinci hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan metode dan topik penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
.
Tabel 2. Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian No.
Nama Peneliti
Waktu Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian
Kesimpulan 1.
Rohidin 2005
Desain sistem
budidaya sapi potong
berkelanjutan untuk mendukung
pelaksanaan otonomi daerah di
Kabupaten Bengkulu Selatan
Pendekatan sistem dengan menggunakan
analisis non parametrik, multidimensional scaling
aplikasi Sistem budidaya sapi potong di Kabupaten
Bengkulu Selatan pada saat ini termasuk kategori cukup berkelanjutan. Dari lima dimensi yang dikaji
yaitu; ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan didapatkan bahwa dimensi
ekonomi memiliki nilai keberlanjutan paling tinggi dan yang terendah
2. Wasito
2004 Aktivitas harian
petani berdimensi gender dan etnis
Aktivitas harian keluarga tani dikaji melalui
pemahaman pedesaan secara partisipatif PPSP
dengan teknik pemetaan sumberdaya, diagram
aktivitas rutin harian, dan analisis mata pencaharian
pada beberapa desa di Sumatera Utara.
Profil kegiatan produktif perempuan pada etnis Tapanuli, Karo, dan Mandailing di daerah aslinya
cukup besar, bahkan dapat dikatakan perempuan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Hal ini
berbeda dengan yang ada di Langkat atau Deli Serdang, dimana peran produktifnya lebih rendah.
Heterogenitas etnis yang bermukim pada satu wilayah cenderung untuk merubah pola kehidupan
sesuai dengan tempat tinggal saat ini.
Tabel 2 lanjutan
No. Nama
Peneliti Waktu
Penelitian Judul Penelitian
Metode Penelitian Kesimpulan
3.
Soesilo Setyo Budi
2003 Keberlanjutan pembangunan pulau-pulau
kecil: Studi kasus Kelurahan Pulau Panggang
dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Rapid appraisal multidimensional:
dengan menggunakan aplikasi Rafish dan
simulasi model ekonomi-ekologis.
Pembangunan pulau-pulau kecil di Kelurahan Pulau Panggang dan Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
termasuk kategori “cukup” berkelanjutan dengan nilai indeks 50-75 dari skala indeks 0 – 100. Dari
lima dimensi yang dikaji ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan didapatkan
bahwa dimensi ekonomi
memiliki nilai keberlanjutan paling rendah dan kondisi
ekonomi-ekologi di lokasi studi dalam kondisi tidak seimbang. Dalam melakukan analisis
disusun sebanyak 61 atribut. Untuk meningkatkan status keberlanjutan pembangunan pulau-pulau
kecil di Kepulauan Seribu ada 22 atribut yang perlu diperhatikan diantaranya adalah sebagai
berikut. 1. Tingkat pencemaran perairan, 2. Pembuangan limbah, 3. Penutupan terumbu
karang, 4. Transfer keuntungan, 5. Kontribusi terhadap GDP, 6. Partisipasi keluarga dalam
pemanfaatan sumberdaya, 7. Tingkat pendidikan, 8. Penggunaan alat bantu penangkapan, 9.
Selektivitas alat tangkap ikan, 11. Jenis alat tangkap, 12. Adanya tokoh panutan, 13. Aturan
adat dan agamakepercayaan,
Tabel 2 lanjutan No.
Nama Peneliti
Waktu Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian
Kesimpulan 4.
Irianto Gatot,
Surmaini Elza, Suhaeti Rita
Bur, dan Hamdani
Adang 2003 Pengintegrasian
gender dalam usahatani lahan
kering Untuk mendapatkan
potret hubungan gender dalam sistem usahatani
menggunakan M etode Harvard. Selanjutnya
untuk menentukan skala prioritas
pengarusutamaan gender menggunakan
Analytical Hierarchy Process AHP
Profil partisipasi, akses, dan kontrol menggambarkan bahwa laki-laki lebih dominan
dalam kegiatan usahatani dan manfaat yang strategis seperti lahan, pengelolaan air, pola
tanam, penyuluhan pertanian serta pendidikan dan latihan. Bahkan dalam kegiatan
kemasyarakatan perempuan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan, sedangkan kegiatan
domestik lebih didominasi perempuan. Akibatnya terjadi ketimpangan dan ketidakadilan gender
sektor publik, domestik, maupun kemasyarakatan. Skala prioritas dalam pengarusutamaan gender
adalah sebagai berikut : 1 laki-laki saja yang aktif pada lahan tanpa dam parit, 2 laki-laki saja
yang aktif pada lahan dengan dam dan parit, 3 laki-laki dan perempuan aktif pada lahan tanpa
dam parit, 4 laki-laki dan perempuan aktif pada lahan dengan dam dan parit, 5 perempuan saja
yang aktif pada lahan tanpa dam parit, dan prioritas terakhir 6 perempuan saja yang aktif
pada lahan dengan dam parit.
Tabel 2 lanjutan No.
Nama Peneliti
Waktu Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian
Kesimpulan 5.
Fauzi Syam
dan Anna Suzi
2002 Evaluasi status
keberlanjutan sumberdaya
perikanan: aplikasi pendekatan Rafish
Studi kasus perairan pesisir
DKI Jakarta “Rapid appraisal
multidimensional: dengan menggunakan
aplikasi Rafish Ada 47 atribut yang disusun untuk mencerminkan
keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan yang dikelompokkan ke dalam lima dimensi yaitu
ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan etika. Dari 47 atribut, ada 15 atribut yang sensitif
mempengaruhi status keberlanjutan masing- masing dimensi, yaitu: 1. Dimensi ekonomi:
marketable right, sector employment, dan other income; 2. Dimensi sosial: education level,
environmental knowledge, fishing income; 3. Dimensi teknologi: selective gear, on-board
handling Ice 1.5,dan gear; 4. Dimensi etika: just management, illegal fishing, dan alternative;
dan 5. Dimensi ekologi: range collapse, change in level, dan size of fish caught. Dengan
demikian, 15 atribut tersebut perlu diperhatikan agar status keberlanjutan pengelolaan
sumberdaya perikanan pada masa yang akan datang dapat ditingkatkan.
Tabel 2 lanjutan No.
Nama Peneliti
Waktu Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian
Kesimpulan 6.
Matsur 2002 Potensi
pemanfaatan lahan marjinal untuk
pembangunan agribisnis
berkelanjutan Studi pustaka
Ada tiga tipe lahan kering marjinal, yaitu: 1 lahan kering bertanah masam yang sesuai
dimanfaatkan untuk tanaman buah, perkebunan tropis, hutan produksi atau HTI; 2 lahan basah
bertanah gambut dapat dimanfaatkan untuk persawahan melalui reklamasi dan pembangunan
jaringan drainase yang efektif; dan 3 lahan beriklim kering yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai komoditas pertanian dan perkebunan dengan menggunakan teknik irigasi dan
konservasi air yang spesifik untuk daerah kering.
7. Prawiradisastra
Suryana 2001
Optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya air, salah satu usaha
konservasi di kawasan karst
Gunung Sewu, Kabupaten Gunung
Kidul. Studi pustaka
• Eksploitasi sumberdaya air di kawasan karst Gunung Sewu tergolong mahal biayanya
apalagi di musim kering. • Menggali sumber-sumber alternatif, seperti air
hujan, air limpasan, maupun air telaga agar diperoleh sumber air yang handal dan murah
eksploitasinya. • Mengembangkan budidaya pertanian yang
tidak banyak menyerap air serta menanami lahan-lahan kosong dengan pohon yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Tabel 2 lanjutan No.
Nama Peneliti
Waktu Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian
Kesimpulan 8.
U. Kurnia 2001
Konservasi tanah pada lahan kering
berlereng dan terdegradasi
untuk meningkatkan
produktivitas tanah.
Studi pustaka • Kemunduran produktivitas degradasi lahan
akan terjadi dan berlanjut apabila pengelolaan lahan usahatani tanaman pangan pada lahan
kering berlereng tidak disertai penerapan konservasi tanah.
• Akibat pengelolaan lahan usahatani yang tidak tepat dan tanpa menerapkan teknik konservasi
tanah, terjadi erosi dalam jumlah besar, hingga terjadi penurunan produktivitas tanah.
• Penanggulangan kerusakan tanah tidak hanya cukup dengan mengendalikan laju erosi,
melainkan harus bersama-sama dengan pemulihan rehabilitasi tanahnya.
9. Bachrein
Saeful, Ishaq I., dan Rufaidah
V.W. 2000
Peranan wanita
dalam pengembangan
sistem usahatani lahan kering di
Jawa Barat.
Dalam mempelajari peranan wanita
dilakukan tiga tahapan diagnosis, yaitu 1
aktivitas : siapa mengerjakan apa
berdasarkan waktu, tempat, dan jenis
kegiatan, 2 akses dan kontrol dari anggota
keluarga terhadap
• Perempuan berperanan penting dalam mendukung keberhasilan pengembangan usahatani lahan
kering berkelanjutan, dengan alasan: 57,1 persen perempuan bersama suami bertanggung jawab
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, perempuan mendominasi kegiatan
reproduktif, dan perempuan mempunyai posisi yang setara dengan laki-laki suami dalam
kegiatan usahatani, seperti pembenihan, penyiangan gulma, panen, dan pemasaran.
Tabel 2 lanjutan No.
Nama Peneliti
Waktu Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian
Kesimpulan sumberdaya, 3 akses
dan kontrol terhadap manfaat keuntungan.
Aktivitas kerja laki-laki dan perempuan yang
diamati ada tiga jenis, yaitu kerja produkti,
kerja reproduktif, dan kerja sosial.
Pengumpulan dan Analisis data
menggunakan Rapid Appraisal of
Agriculutural Knowledge System
RAAKS • Faktor-faktor yang mendorong peranan
Perempuan dalam pengembangan usahatani di lahan kering antara lain: 1 suami-istri secara
bersama bertanggung jawab untuk mencari nafkah, 2 perempuan bekerja atas kemauan
sendiri, 3 perempuan bekerja atas dorongan suami, dan 4 pekerjaan terbaik bagi perempuan
dalam membantu suami adalah sebagai petani.
Faktor-faktor yang menghambat peran perempuan dalam pengembangan usahatani di
lahan kering antara lain: 1 rendahnya pendidikan dan keterampilan, 2 rendahnya akeses terhadap
teknologi, 3 upah yang diterima lebih rendah daripada laki-laki, 4 akses anak perempuan
terhadap pendidikan rendah, dan 5 belum ada teknologi khusus untuk perempuan
10. Mulyono Daru 1999
Konservasi lahan dengan sistem
budidaya lorong Alley cropping di
daerah transmigrasi Kuro Tidur,
Bengkulu. Rancangan Acak
Lengkap dengan empat perlakuan dan tiga
ulangan dalam tiga musim tanam.
• Sisa tanaman merupakan sumber bahan organik yang dapat berupa akar, batang, daun,
maupun bagian lain dari tanaman pagar. Oleh karena itu budidaya lorong merupakan
teknologi murah dan mudah dijangkau oleh petani untuk diterapkan di daerah pertanian,
khususnya di lahan kering.
Tabel 2 lanjutan No.
Nama Peneliti
Waktu Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian
Kesimpulan • Dengan pengolahan yang baik, pemberian
pupuk, kapur, dan bahan organik akan meningkatkan produktivitas tanah. Pemberian
kapur 2,5 ton per ha dan bahan organik 5,0 ton per ha akan meningkatkan hasil kedelai 28,9
persen, dan meningkatkan hasil jagung 2,5 ton per ha, dan bahan organik 10,0 ton per ha akan
meningkatkan hasil kedelai 38,6 persen dan meningkatkan hasil jagung 54,9 persen.
• Flemengia congesta merupakan tanaman pagar yang baik sebagai sumber bahan organik
11. Bernard B. D, Ekowati
Chasana, dan Sofyan
Bachmid 1998
Perspektif gender pada sistem usahatani ladang
suatu studi di Desa Kabiarat Tanibar Selatan,
Maluku Tenggara Penelitian
dilaksanakan pada MT 19971998
terhadap kelompok tani kooperator
kegiatan adaptif teknologi tanaman
sela pada usahatani jambu mente.
Analisis gender ditelususri dari :
a deskripsi profil, • Terjadi disparitas pembagian kerja pada
usahatani ladang antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki menyumbang sebesar
458 jam 47,32 sedangkan perempuan sebesar 510 jam 52,68.
• Proses pengambilan keputusan umumnya dipengaruhi oleh dominasi keterlibatan pada
setiap tahap sistem usahatani yang dilakukan. • Akases dan kontrol terhadap sumberdaya
pendidikan dan kesehatan tidak lagi
Tabel 2 lanjutan No.
Nama Peneliti
Waktu Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian
Kesimpulan pola pembagian kerja,
dan curahan tenaga kerja, b deskripsi proses
dan pola pengambilan keputusan keluarga, c
deskripsi akses dan kontrol petani dan
anggota keluarga terhadap sumberdaya
lahan, keterampilanpendidikan,
kesehatan dan konsumsi, d deskripsi persepsi
masyarakat terhadap keterlibatan petani dan
anggota keluarga, serta e deskripsi kendala-
kendala yang dihadapi petani dan anggota
keluarga dalam kegiatan usahatani.
mencirikan disparitas berdasarkan jenis kelamin, kecuali askes dan kontrol terhadap
sumberdaya lahan yang mengacu pada nilai anak laki-laki, dan akses terhadap sumber
modal rendah.
III. METODOLOGI PENELITIAN