mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika data dari kedua kelas tersebut memiliki varians sama maka kedua kelas tersebut dinyatakan homogen. Hipotesis
yang diajukan adalah: H
: σ
1 2
= σ
2 2
kedua kelas sampel homogen H
1
: σ
1 2
≠ σ
2 2
kedua kelas sampel tidak homogen Kriteria H
diterima jika F
hitung
F
tabel
, dengan dk pembilang = v
1
= n
1
-1, dk penyebut = v
2
= n
2
- 1, dan α = 5.
Hasil uji homogenitas dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 4.3. Data pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa F
hitung
= F
tabel
sehingga H ditolak, artinya data hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa
dari kedua kelompok memiliki varians berbeda tidak homogen. Perhitungan uji homogenitas data hasil tes evaluasi akhir selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 42. Tabel 4.3 Data Statistik Uji Homogenitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelompok N
v
1
v
2
s
2
F
hitung
F
tabel
α Eksperimen 35
34 34
95,25 1,774
1,77 0,05
Kontrol 35
53,68
4.1.2.3 Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian 2 yaitu rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model
pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri kelompok eksperimen lebih
dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran kooperatif kelompok kontrol. Hipotesis yang diajukan adalah:
H :
2 1
rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa kelompok
eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa kelompok kontrol
H
1
:
2 1
rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa kelompok
eksperimen lebih dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa kelompok kontrol
Berdasarkan uji homogenitas diketahui bahwa data tes kemampuan pemecahan masalah kelas sampel memiliki varians yang berbeda, maka uji
perbedaan dua rata-rata dihitung dengan menggunakan statistik t’ dengan kriteria penolakan H
jika
′
≥
1 1
+
2 2 1
+
2
. Hasil uji perbedaan dua rata-rata disajikan pada Tabel 4.4. Data pada Tabel
4.4 menunjukkan bahwa
′
1 1
+
2 2 1
+
2
, sehingga H ditolak, artinya rata-rata
kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri lebih dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif. Hasil uji perbedaan dua rata-rata selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 43.
Tabel 4.4 Data Statistik Uji Perbedaan Dua Rata-rata Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelompok N
s
2
t w
t’
w
1
t
1
+ w
2
t
2
w
1
+ w
2
α Eksperimen 35 78,86 53,68 1,688 1,534
2,49 1,69
0,05 Kontrol
35 73,71 95,25 1,688 2,721
4.1.2.4 Uji Proporsi
Uji proporsi digunakan untuk menguji hipotesis penelitian 1, khususnya indikator keefektifan yang pertama tentang ketuntasan klasikal, yaitu proporsi
kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri yang memenuhi nilai KKM 70 mencapai sekurang-
kurangnya 85. Hipotesis yang diajukan adalah: H
: proporsi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelompok eksperimen yang memenuhi KKM
≤ 0,845 H
1
: proporsi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelompok eksperimen yang memenuhi KKM 0,845 proporsi kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelompok eksperimen yang memenuhi KKM mencapai sekurang-kurangnya 85.
H ditolak jika z
hitung
≥ z
tabel
, dimana z
tabel
dengan peluang 0,5 – α dan α = 5.
Hasil uji proporsi kelompok eksperimen disajikan pada Tabel 4.5. Data pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa z
hitung
z
tabel
, sehingga H ditolak yang
artinya proporsi kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri yang memenuhi KKM 70
mencapai sekurang-kurangnya 85. Perhitungan uji proporsi data hasil tes evaluasi akhir selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 44.
Tabel 4.5 Data Statistik Uji Proporsi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok
N x
µ z
hitung
z
tabel
α Eksperimen
35 34
0,845 2,07
1,67 0,05
4.2 Pembahasan