yang ditujukan pada siswa kelompok eksperimen. Lembar angket tanggapan siswa pada penelitian ini menggunakan skala Likert, karena skala Likert umumnya
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang Sugiyono, 2010: 134.
Skala Likert pada angket ini disusun dengan 4 pilihan tanggapan, yaitu sangat setuju SS, setuju S, tidak setuju TS, dan sangat tidak setuju STS.
Masing-masing tanggapan tersebut memiliki skor, skor 4 untuk pilihan SS, skor 3 untuk pilihan S, skor 2 untuk pilihan TS, dan skor 1 untuk pilihan STS.
Perhitungan persentase persetujuan penggunaan Learning Cycle 5E berbasis inkuiri pada pembelajaran matematika dihitung dengan rumus berikut.
Angket tanggapan siswa tentang penggunaan Learning Cycle 5E berbasis inkuiri
pada pembelajaran matematika ditunjukkan pada Lampiran 33.
3.5 Analisis Data Soal Uji Coba
Sebelum memperoleh soal tes kemampuan pemecahan masalah yang akan digunakan pada tes akhir, peneliti membuat soal tes uji coba terlebih dahulu.
Setelah diperoleh hasil tes soal uji coba, dilakukan analisis untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas soal. Analisis keseluruhan
soal tes uji coba dapat dilihat pada Lampiran 12.
3.5.1 Validitas
Arikunto 2009:65 memberi penjelasan bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Cronbach,
Persentase persetujuan = Jumlah skor
Skor maksimum × 100
sebagaimana dikutip oleh Djaali Muljono 2004:65, suatu tes yang valid untuk tujuan tertentu atau pengambilan keputusan tertentu, mungkin tidak valid untuk
tujuan atau pengambilan keputusan yang lain. Pada penelitian ini, untuk mengetahui validitas butir soal, digunakan rumus korelasi product moment,
sebagai berikut.
Keterangan: r
XY
: koefisien korelasi antara X dan Y; N
: banyaknya peserta tes; ∑X
: jumlah skor tiap butir soal; ∑Y
: jumlah skor total; ∑X
2
: jumlah kuadrat skor butir soal; dan ∑Y
2
: jumlah kuadrat skor total Arikunto, 2009:72. Nilai koefisien korelasi yang didapat untuk masing-masing butir kemudian
dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi yang ada di tabel r r
t
dengan alfa tertentu, misalnya α = 0,05. Jika koefisien korelasi skor butir dengan skor total
lebih besar dari koefisien korelasi dari tabel r, maka koefisien korelasi butir signifikan dan butir tersebut dianggap valid secara empiris Djaali Muljono,
2004:71. Setelah dilakukan analisis validitas butir soal, diketahui bahwa dari 8 butir
soal tes uji coba yang diujikan, hanya ada 4 butir soal yang valid. Keempat butir {N
∑X
2
- ∑X
2
}{N ∑Y
2
- ∑Y
2
} r
XY
N ∑XY
- ∑X ∑Y
=
soal yang valid ini adalah butir soal nomor 2, 4, 6, dan 7. Contoh perhitungan validitas butir soal dapat dilihat pada Lampiran 13.
3.5.2 Tingkat Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang
proporsional maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu murah Arifin, 2012:342.
Arifin 2012:349 menjelaskan bahwa cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal bentuk uraian adalah dengan menghitung berapa persen siswa yang
gagal menjawab benar atau ada di bawah batas lulus passing grade untuk tiap- tiap soal. Batas lulus yang digunakan untuk tiap butir soal adalah ≥ 50, jadi
siswa dianggap gagal jika skor yang diperolah ≤
1 2
skor maksimal tiap butir soal.
Penafsiran tingkat kesukaran soalnya menggunakan kriteria berikut. 1
Jika jumlah siswa yang gagal mencapai 27 maka soal termasuk mudah. 2
Jika jumlah siswa yang gagal antara 28 sampai dengan 72 maka soal termasuk sedang.
3 Jika jumlah siswa yang gagal lebih dari 72 maka soal termasuk sukar.
Karena dalam penelitian ini menggunakan pedoman penskoran kemampuan pemecahan masalah matematika untuk pengukuran hasil tes uji coba dengan skor
maksimal 5, maka batas lulus passing grade yang digunakan adalah skor 3. TK =
banyaknya siswa yang gagal banyaknya siswa
× 100
Setelah dilakukan analisis tingkat kesukaran, diketahui bahwa dari 8 butir soal tes uji coba yang diujikan, butir soal nomor 1, 3, dan 4 memiliki kriteria
mudah, butir soal nomor 2 dan 6 memiliki kriteria sedang, dan butir soal nomor 5, 7, dan 8 memiliki kriteria sukar. Contoh perhitungan tingkat kesukaran dapat
dilihat pada Lampiran 14.
3.5.3 Daya Pembeda