4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini, model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri yang diterapkan pada kelompok eksperimen dinyatakan efektif pada pencapaian
kemampuan pemecahan masalah siswa bila hipotesis penelitian yang diajukan diterima. Hipotesis penelitian 1 menyatakan bahwa model pembelajaran Learning
Cycle 5E berbasis inkuiri efektif pada pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa. Hipotesis penelitian 1 diuji dengan menggunakan uji proporsi
untuk mengetahui ketuntasan klasikal. Hasil uji proporsi menunjukkan bahwa pembelajaran dengan Learning Cycle 5E Berbasis Inkuiri tuntas klasikal.
Selain itu, hasil observasi aktivitas guru menunjukkan hasil yang baik dengan persentase keterlaksanaan pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis
inkuiri pada pertemuan 1 sebesar 82, pertemuan 2 sebesar 85, dan pertemuan 3 sebesar 86. Hasil observasi aktivitas belajar siswa menunjukkan hasil yang
baik pula dengan persentase sebesar 76 pada pertemuan pertama, 84 pada pertemuan kedua, dan 84 pada pertemuan ketiga. Di samping itu, pembelajaran
Learning Cycle 5E berbasis inkuiri juga memperoleh tanggapan positif dari siswa dengan persentase 80, 27.
Hipotesis penelitian 2 menyatakan rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri
lebih dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran kooperatif. Hasil uji perbedaan dua rata-rata menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian 2 yang diajukan diterima.
Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa pada penelitian ini pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri efektif pada pencapaian
kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil penelitian ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Tuna
Kaçar 2013 serta Qarareh 2012 yang menunjukkan bahwa rata-rata prestasi akademik siswa pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran Learning
Cycle 5E lebih baik dari kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori.
Jika diperhatikan rata-rata nilai yang diperoleh kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri dan kelompok
siswa yang diajar dengan model kooperatif, maka terlihat bahwa keduanya menunjukkan hasil rata-rata hitung yang baik. Hal ini artinya kedua model
pembelajaran ini telah mampu membantu siswa untuk menguasai materi dan menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah.
Karena model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri juga merupakan suatu model pembelajaran kooperatif maka dapat diasumsikan bahwa
kedua model pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini memberikan hasil yang baik khususnya karena adanya tahap diskusi kelompok. Hal ini sesuai
dengan teori belajar Vygotsky yang menyatakan bahwa interaksi sosial, yaitu interaksi individu dengan orang lain merupakan faktor yang terpenting yang dapat
mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam kerjasama
antarsiswa Rifa’i Anni, 2009:34.
Keefektifan pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri pada pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa dapat terjadi karena beberapa
faktor utama, antara lain pemberian apersepsi yang sesuai dengan siswa pada tahap engage oleh guru, ketertarikan dan minat siswa dalam melakukan kegiatan
inkuiri dengan bantuan LKS dan alat peraga pada tahap explore, serta tahap elaborate dengan penyelesaian soal-soal latihan pada LKS yang telah dirancang
untuk melatih siswa dalam menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah matematika.
Pada tahap engage, guru mempunyai peran sangat penting untuk membantu siswa mengkonstruksi pikirannya terhadap materi yang diajarkan dan
menghubungkannya dengan permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan teori belajar Ausubel tentang
pembelajaran bermakna, yang menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan
terdapat dalam kognitif seseorang Sugandi, 2004:38. Kegiatan inkuiri pada tahap explore dilakukan oleh siswa secara
berkelompok, setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa LKS dan alat peraga. Siswa mempelajari materi dengan melaksanakan semua kegiatan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Sebagian besar kegiatan dalam pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri dilaksanakan oleh siswa,
sehingga siswa diberi kesempatan lebih banyak untuk membuat pengalamannya sendiri. Akibatnya, kemampuan kognitif siswa terhadap hal yang telah dipelajari
lebih baik daripada siswa yang cenderung mendengarkan dan mencontoh hal-hal
yang dilakukan gurunya. Kegiatan siswa selama pembelajaran dengan Learning Cycle 5E berbasis inkuiri ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Jean
Piaget yang menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh siswa dalam berhadapan dengan lingkungan atau objek yang sedang dipelajarinya Suparno,
2000:141. Pada tahap elaborate, siswa berlatih menyelesaikan soal-soal pada LKS.
Siswa mengembangkan hasil temuan yang diperoleh pada tahap explore untuk digunakan dalam memecahkan permasalahan yang ditunjukkan oleh soal-soal
latihan. Tahap ini dilakukan secara berkelompok. Guru bertugas membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Kemampuan pemecahan masalah siswa semakin
baik dengan banyaknya latihan soal yang diberikan pada mereka. Proses belajar siswa melalui pengalamannya dalam pembelajaran Learning
Cycle 5E berbasis inkuiri ini dapat terjadi karena dari segi materi penelitian yang dipilih mudah, karena model bangun persegi dan persegipanjang cukup banyak
terdapat di ruang kelas dan di lingkungan sekolah, sehingga dalam melakukan kegiatan engage dan inkuiri, siswa tidak mengalami kesulitan. Selain itu karena
kuantitas materi yang tidak banyak, sehingga siswa menjadi tidak kebingungan melaksanakan kegiatan belajar dengan inkuiri dalam pembelajaran, walaupun
selama pembelajaran siswa harus mengadakan penyesuaian diri. Lebih baiknya pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran
Learning Cycle 5E berbasis inkuiri juga dikarenakan aktivitas siswa yang lebih banyak daripada aktivitas siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif. Pada model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri, siswa
menggunakan LKS dan alat peraga secara langsung. Hasil observasi aktivitas siswa dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri yang
diobservasi oleh guru mata pelajaran menunjukkan menunjukkan kriteria baik. Hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran
34. Selain itu, siswa juga menunjukkan antusiasme pada pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri, hal ini berdasarkan angket tanggapan siswa yang
memberikan hasil positif. Hasil analisis angket tanggapan siswa dapat dilihat pada Lampiran 37.
Uji homogenitas tes kemampuan pemecahan masalah dari kedua kelompok sampel menunjukkan data tidak homogen, artinya varians data tidak sama. Hal ini
karena pada penelitian ini terdapat perlakuan yang berbeda di antara kedua kelompok sampel, yaitu pengajar yang berbeda dan model pembelajaran yang
berbeda, sehingga aktivitas dan suasana kelas pun menjadi tidak sama. Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru pada kelompok eksperimen yang
diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri dengan bantuan LKS dan alat peraga, sedangkan guru mata pelajaran bertindak sebagai
guru pada kelompok kontrol yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif pada kelompok kontrol merupakan model
pembelajaran kooperatif yang memang telah diterapkan di kelas oleh guru mata pelajaran. Pada penelitian ini, peneliti mempersiapkan materi ajar untuk guru dan
LTS Lembar Tugas Siswa sebagai bahan diskusi siswa selama pembelajaran pada kelompok kontrol.
Selama penelitian, diadakan pula observasi terhadap aktivitas peneliti sebagai guru pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran Learning
Cycle 5E berbasis inkuiri. Observasi ini dilakukan oleh guru mata pelajaran dengan berpedoman pada lembar pengamatan yang telah disesuaikan dengan RPP.
Persentase keterlaksanaan pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri yang dilakukan menunjukkan kriteria baik, ini artinya selama pembelajaran peneliti
telah berusaha sebaik-baiknya untuk melaksanakan pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis inkuiri. Hasil observasi aktivitas guru ditunjukkan pada Lampiran 34.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Learning Cycle 5E berbasis inkuiri efektif pada
pencapaian kemampuan pemecahan siswa dan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E
berbasis inkuiri lebih baik dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyarankan untuk menggunakan Learning Cycle 5E berbasis inkuiri sebagai alternatif model pembelajaran pada
untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Melalui 5 tahap yang terdapat pada model ini, siswa dapat memperoleh pengalaman sendiri, sehingga
mereka lebih mudah untuk memahami konsep, dan akhirnya mampu memecahkan masalah. Selain itu, dalam pelaksanaannya guru perlu memperhatikan pengelolaan
waktu dan kelengkapan siswa untuk berkegiatan inkuiri melalui 5 tahap Learning Cycle 5E, sehingga pembelajaran dengan Learning Cycle 5E berbasis inkuiri
dapat terlaksana dengan lancar.
70