Mutu dan Kualitas Tanaman Krisan

Hasil analisis sidik ragam pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap diameter pangkal tangkai tanaman krisan dapat dilihat pada Lampiran 14. Untuk lebih jelas mengenai perbedaan rata–rata diameter pangkal tangkai tanaman krisan antara tegakan terbuka dan tegakan tertutup, dapat dilihat pada Gambar 5. 0.56 0.59 0.53 0.54 0.55 0.56 0.57 0.58 0.59 0.6 tegakan terbuka tegakan tertutup Lokasi penanaman R a ta -r a ta d ia m et er cm Gambar 5 Perbedaan rata-rata diameter pangkal tangkai tanaman krisan antara tegakan terbuka dan tegakan tertutup pada akhir pengamatan minggu ke-11.

5.3 Mutu dan Kualitas Tanaman Krisan

Berdasarkan standar umum yang sering digunakan dalam menilai kualitasmutu bunga krisan, maka keseluruhan bunga krisan tergolong dalam kelas II dan III yaitu tinggi tangkai bunga rata-rata kurang dari 70 cm dimana nilainya sebesar 39,18 cm, sementara jika parameter yang diamati berupa diameter pangkal tangkai bunga, maka tanaman krisan termasuk dalam kelas I, yakni diameter rata- rata pangkal tangkai bunga lebih dari 5 mm dengan nilai 5,74 mm. Meskipun nilai diameter pangkal tanaman krisan termasuk dalam golongan I, akan tetapi karena faktor tinggi, tanaman krisan tersebut tetap saja termasuk dalam golongan krisan kelas II dan III. Tanaman krisan yang termasuk dalam golongan kelas II dan III ini biasanya dipasarkan untuk konsumen rumah tangga, florist menengah dan dekorasi massal Rukmana dan Mulyana 1997. Jika penentuan kualitas berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI, maka tanaman krisan tersebut masuk dalam golongan C. Selain tinggi dan diameter pangkal tangkai bunga krisan, ada kriteria lain yang dijadikan acuan dalam menentukan kualitas tanaman krisan. Kriteria-kriteria tersebut biasanya sangat berhubungan dengan nilai jual di pasaran, diantaranya: penampilan yang baik dan menarik, sehat dan bebas dari serangan hama penyakit. Selama membudidayakan tanaman krisan, ada beberapa hama penyakit yang menggangu tanaman krisan dan diduga telah menyebabkan menurunnya kualitas tanaman. Pengganggu yang termasuk hama diantaranya: 1. Thrips Thrips tabaci dan Frankliniella occidentalis Gejala serangan yang ditimbulkan diantaranya: a. Pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakkan atau kekuning- kuningan, terutama pada permukaan bawah daun. b. Pada serangan yang berat dapat menimbulkan gejala keriting daun, terpelincir dan berkerut. Ciri umum yang dapat dilihat dari hama tersebut yaitu: jenis serangga yang panjangnya tidak lebih dari 1 mm, berwarna pucat, kuning sampai kehitam- hitaman. 2. Tungau merah Tetranychus sp. Gejala serangan yang ditimbulkan diantaranya: a. Daun yang terserang berwarna kuning kecokelatan, terpelintir distorsi, menebal, dan berbercak kuning sampai cokelat. b. Pada serangan berat menyebabkan kematian pucuk tanaman Ciri umum yang dapat dilihat dari hama tersebut yaitu: serangga dewasa berukuran sangat kecil + 0,25 mm, telur berwarna putih dan diletakkan dibawah permukaan daun. Pengendalian hama–hama tersebut lebih sering dengan cara non kimia yaitu dengan cara memotong dan menyingkirkan bagian daun, pucuk atau bunga yang sudah terserang hama. Pengendalian dengan cara kimia jarang dilakukan, hanya 2 kali selama satu daur hidup tanaman krisan yaitu menggunakan insektisida Decis 2,5 EC. Pengganggu yang menimbulkan penyakit pada tanaman krisan diantaranya: 1. Cendawan Botrytis Cinerea Pers Cendawan ini menyebabkan penyakit Kapang Kelabu grey mold dengan gejala serangan sebagai berikut: a. Tajuk dan kuntum bunga bercak-bercak diliputi lapisan kelabu kecokelat- cokelatan, membusuk, dan berlekatan b. Pada serangan berat menyebabkan busuk bunga 2. Virus Kerdil Gejala serangan virus kerdil adalah tanaman tumbuhnya kerdil mengecil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal dari pada tanaman yang sehat normal, dan warna bunganya menjadi pucat. Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yang tercemar penyakit dan pekerja di kebun Rukmana dan Mulyana 1997. Penanganan dan pengendalian penyakit-penyakit tersebut dilakukan secara terpadu dan fokus kepada pengendalian non kimia. Pengendalian yang dilakukan yaitu mencabut tanaman yang terindikasi telah terserang penyakit, pembersihan dan pemeliharaan tanaman dengan menggunakan alat-alat pertanian yang steril serta penyemprotan insektisida untuk mengendalikan vektor virus.

5.4 Biaya Pengelolaan Lahan