Asumsi Analisis Finansial Diameter

4.6 Asumsi Analisis Finansial

Untuk mengetahui kelayakan usaha agroforestri dilakukan analisis finansial dengan beberapa asumsi-asumsi sebagai dasar dalam perhitungan dan pengambilan keputusan. Asumsi-asumsi yang dimaksud diantaranya: 1. Suku bunga yang berlaku adalah 12 berdasarkan suku bunga Bank. 2. Umur kelayakan proyek dihitung berdasarkan pada daur tanaman gmelina di lahan milik petani 8 tahun. 3. Pendapatan mulai dihitung sejak lahan diolah dan dimanfaatkan. 4. Pendapatan dari tanaman krisan dihitung sesuai periodisitas panen. 5. Semua harga output-input yang digunakan dalam menganalisis yaitu berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian berlangsung dan dianggap konstan selama umur proyek 6. Analisis proyek tidak memperhitungkan pajak penghasilan. 7. Perekonomian Negara dalam keadaan stabil selama jangka waktu analisis tidak terjadi inflasi. 8. Sumber modal seluruhnya berasal dari modal sendiri. 9. Tidak menggunakan jasa tenaga kerja dari luar. 10. Pengukuran dilakukan terhadap lahan seluas 10 m² 2 bedeng. 11. Padadi sekitar lahan seluas 10 m², terdapat empat pohon tanaman pokok Gmelina arborea. V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Budidaya Tanaman Krisan

Tanaman krisan yang dibudidayakan adalah produk bunga potong varietas Snowcap yang ditanam pada bedeng I tegakan terbuka dan tertutup dan varietas Breeder Grower Agreement BGA Samantha yang ditanam pada bedeng II tegakan terbuka dan tertutup, dimana keduanya memiliki bentuk bunga dekoratif yaitu bunga berbentuk bulat mirip pompon tetapi mahkota bunganya tampak rapat, ditengah pendek dan bagian tepi memanjang. Berdasarkan jumlah bunga yang dihasilkan, maka kedua varietas bunga tersebut tergolong tipe standard dimana pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Pada dasarnya semua bunga krisan menghasilkan tangkai bunga yang berisi beberapa kuntum bunga, kemudian dengan teknik disbudding, para ahli tanaman menciptakan krisan berbunga tunggal atau disebut krisan standar Rukmana dan Mulyana 1997. Bunga potong varietas Snowcap dan Breeder Grower Agreement Samantha dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Gambar 2 Fase berbunga tanaman krisan potong varietas BGA Samantha. Gambar 3 Fase berbunga tanaman krisan potong varietas Snowcap. Berikut adalah tahapan dalam membudidayakan tanaman krisan baik pada tegakan terbuka maupun tegakan tertutup:

1. Persiapan lahan

Persiapan lahan dimulai dengan kegiatan pembersihan lahan dari gulma dan rumput liar, kemudian digemburkan tanahnya dan digali dengan kedalaman 30 cm sambil memendam rumput-rumput liar yang sebelumnya terdapat pada permukaan atau sekitar bedengan, pemendaman rumput liar ini bertujuan untuk menambah kandungan unsur hara organik tanah dan hanya dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah rumput-rumput liar tersebut mengalami proses dekomposisi. Penambahan bahan organik lain dilakukan dengan memberikan kotoran ternak sebanyak 40 kg20m² bedengan diberi kotoran ternak sebanyak 10 kg. Kotoran ternak yang diberikan diaduk dan digemburkan bersamaan dengan media lainnya. Untuk mencegah hama yang dapat mengganggu atau merusak tanaman, digunakan pestisida dasar yaitu Furadan 3G dengan dosis 100 mg untuk masing- masing bedengan. Setelah campuran tanah, pupuk organik dan pestisida diaduk dan digemburkan secara merata, kemudian dibentuk bedengan-bedengan yang rata permukaanya menyerupai persegi panjang dengan lebar masing-masing bedengan 5 x 1 m. Pada akhir kegiatan persiapan lahan, dilakukan pembuatan net atau jaring- jaring dari bahan tali rafia sesuai dengan ukuran jarak tanam yaitu 20 x 20 cm.. Pembuatan net ini bertujuan untuk menjaga agar tanaman tetap berada pada posisi tegak dan lurus sesuai dengan pengukuran jarak tanam awal.

2. Pembuatan lubang tanam Kegiatan selanjutnya adalah membuat lubang tanam dengan menggunakan

bambu yang agak runcing pada jarak 20 x 20 cm. Jarak tanam tersebut disesuaikan dengan ukuran net yang telah dipasang sebelumnya pembuatan lubang tanam pada posisi tengah jaring.

3. Penanaman

Pada lubang tanam yang telah tersedia, ditanam satu buah bibit bunga krisan potong varietas Snowcap yang ditanam pada bedeng I tegakan terbuka dan tertutup dan varietas Breeder Grower Agreement BGA Samantha yang ditanam pada bedeng II tegakan terbuka dan tertutup dari hasil pembiakan vegetatif berupa stek pucuk. Bibit diperoleh dari Bapak H.Wawan yaitu seorang produsen bunga potong setempat. Kisaran tinggi rata-rata bibit tanaman yang akan ditanam adalah 10-15 cm dari hasil penyemaian selama 10-15 hari setelah melewati tahap aklimatisasi. Penanaman dilakukan pada sore hari dengan tujuan mengurangi tekanan atau stress. Pada akhir penanaman, kegiatan yang dilakukan yaitu penyiraman.

4. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dimulai dari penyiraman yang dilakukan setiap hari pagi dan sore, penyiangan yang dilakukan dua minggu sekali, pemupukan dengan menggunakan pupuk urea 4.000 gr + ZA 4.000 gr + KNO3 2.000 gr per 20 m² luas lahan lahan pupuk untuk fase perkembangan vegetatif. Sementara pada fase generatifberbunga, digunakan pupuk urea 200 gr + TSP 200 gr + ZA 300 gr dan KNO3 500 gr per 20 m² luas lahan. Kapur pertanian juga dapat ditambahkan untuk menurunkan tingkat keasaman tanah PH tanah, pemberian kapur pertanian biasanya dilakukan ketika pada lahan yang sama telah dilakukan penanaman tanaman krisan jenis yang sama selama beberapa kali Rukmana dan Mulyana 1997, sehingga pada penelitian ini tidak dilakukan pemberian kapur pertanian karena pada lokasi tersebut penanaman bunga krisan dilakukan baru pertama kali. Kegiatan pemeliharaan lainnya adalah pemberantasan hama penyakit yang dilakukan setiap minggu. Pemberantasan hama penyakit lebih banyak dilakukan secara manual dan tradisional, yaitu dengan cara membuang atau memotong bagian tanaman yang terindikasi terserang hama penyakit. Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia hanya dilakukan dua kali selama satu daur hidup tanaman krisan, yaitu dengan menggunakan insektisida Decis 2,5 EC. Selama penelitian berlangsung, kegiatan pemanenan dan pasca panen tidak diikutsertakan dalam rangkaian teknik budidaya tanaman krisan, sehingga data dan informasi mengenai dua kegiatan tersebut diperoleh dari sumber data sekunder.

5.2 Perkembangan Tanaman Krisan 1. Persen hidup dan persen berbunga tanaman krisan

Daftar persen hidup dan persen berbunga tanaman krisan yang dibudidayakan pada tegakan terbuka dan tertutup dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Daftar persen hidup dan persen berbunga tanaman krisan pada tegakan terbuka dan tertutup Rata–rata perkembangan tanaman krisan yang tertera pada Tabel 6 menunjukkan, bahwa persen hidup tanaman krisan pada tegakan tertutup lebih besar dibandingkan dengan persen hidup tanaman krisan pada tegakan terbuka, hal ini diduga disebabkan oleh faktor naungan. Pada tegakan tertutup yang diberi naungan hingga 75 , akan memberikan perlindungan bagi tanaman krisan yang tumbuh dibawahnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura 2006 mengemukakan, bahwa rumah lindung naungan berfungsi memberikan kondisi lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan tanaman krisan. Selain itu, modifikasi lingkungan tumbuh iklim mikro, akan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dan mengurangi pengaruh negatif lingkungan seperti intensitas cahaya matahari yang terlalu tinggi, terpaan air hujan langsung, amplitudo suhu harian yang tinggi serta serangan serangga hama dan patogen. No Lokasi Penanaman Persen Hidup Tanaman Krisan Persen Berbunga Tanaman Krisan Pada Tegakan Terbuka Pada Tegakan Tertutup Pada Tegakan Terbuka Pada Tegakan Tertutup 1 Bedeng I 92,80 97,60 84,34 70,62 2 Bedeng II 92,80 96,80 96,53 99,98 Rata - rata 92,80 97,20 90,44 85,30 Nilai persen berbunga yang juga tertera pada Tabel 6 menunjukkan bahwa pada tegakan terbuka, nilai persen berbunga lebih besar jika dibandingkan dengan nilai persen berbunga pada tegakan tertutup, hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari pada tegakan terbuka lebih besar dibandingkan dengan intensitas cahaya matahari pada tegakan tertutup yang secara otomatis akan mempengaruhi laju fotosintesis tanaman tersebut. Besarnya intensitas cahaya matahari pada tegakan terbuka dan tertutup bedeng I dan II dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Rata-rata intensitas cahaya matahari pada tegakan terbuka dan tertutup No Lokasi Penanaman Rata-rata Intensitas Cahaya Matahari wm² 1 Pada Tegakan Terbuka Bedeng I 424,09 Bedeng II 427,82 2 Pada Tegakan Tertutup Bedeng I 188,36 Bedeng II 309,29 Menurut Harjadi 1982, Laju fotosintesis berbanding lurus dengan intensitas cahaya sampai kira-kira 1.200 footcandle. Rukmana dan Mulyana 1997 mengemukakan, bahwa peningkatan hasil fotosintesis berpengaruh terhadap laju pertumbuhan generatif, yaitu pembentukan promordia atau pembungaan akibat adanya penumpukkan atau penyimpanan karbohidrat.

2. Tinggi dan diameter tanaman krisan a. Tinggi

Daftar perkembangan tinggi tanaman krisan pada tegakan terbuka dan tertutup dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rekapitulasi nilai rata–rata tinggi tanaman krisan pada tegakan terbuka dan tertutup selama 11 kali pengukuran Rata–rata tinggi tanaman pada minggu ke- cm Lokasi Tanam Tegakan Terbuka Tegakan Tertutup Bedeng I Bedeng II Bedeng I Bedeng II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 5,89 5,18 5,69 5,84 7,47 7,00 7,99 8,31 8,86 8,48 10,69 10,97 12,10 11,66 12,25 13,65 14,73 14,95 14,84 17,95 19,04 19,19 19,41 24,85 23,58 24,57 25,09 31,84 26,50 27,13 29,08 34,19 30,54 29,48 35,32 36,27 32,43 30,33 39,24 37,82 34,77 31,99 43,39 39,37 Pada minggu akhir pengamatan, dapat dilihat bahwa rata–rata tinggi tanaman krisan pada bedeng I dan II dibawah tegakan tertutup masing–masing setinggi 43,39 cm dan 39,37 cm, sementara pada tegakan terbuka tinggi rata–rata tanaman krisan masing–masing adalah 34,77 cm pada bedeng I dan 31,99 cm pada bedeng II. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa rata–rata tinggi tanaman krisan pada tegakan tertutup lebih tinggi jika dibandingakan dengan rata–rata tinggi tanaman krisan pada tegakan terbuka. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh faktor pencahayaan yang menyebabkan tanaman dibawah naungan dibawah tegakan, bergerak mendekati arah rangsangan yang berupa cahaya matahari. Gerakan mendekati arah rangsangan tersebut disebut gerak fototropisme Setiawan 2006. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, nilai parameter tinggi ini berbeda nyata pada selang kepercayaan 95. Hasil analisis sidik ragam pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap tinggi tanaman krisan dapat dilihat pada Lampiran 13. Perbedaan rata–rata tinggi tanaman krisan antara tegakan terbuka dan tegakan tertutup dapat juga dilihat pada Gambar 4. 33.38 41.38 5 10 15 20 25 30 35 40 45 tegakan terbuka tegakan tertutup Lokasi penanaman R a ta -r a ta t in g g i ta n a m a n cm Gambar 4 Perbedaan rata–rata tinggi tanaman krisan antara tegakan terbuka dan tegakan tertutup pada akhir pengamatan minggu ke-11.

b. Diameter

Pengukuran diameter dilakukan terhadap tanaman krisan yang hidup dan berbunga, sehingga jumlah total tanaman yang diukur tidak lagi genap 500 tanaman setelah dikurangi jumlah tanaman yang mati, melainkan sebanyak 439 tanaman yang masing–masing jumlahnya 226 tanaman pada tegakan terbuka dan 213 tanaman pada tegakan tertutup. Tabel 9 Rekapitulasi nilai rata–rata diameter pangkal tangkai tanaman krisan bunga potong pada tegakan terbuka dan tertutup Pada Tabel 9, diketahui bahwa nilai rata–rata diameter pangkal tangkai tanaman krisan pada tegakan terbuka nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pangkal tangkai tanaman krisan pada tegakan tertutup, hal ini diduga berhubungan dengan fase reproduktif tanaman krisan. Pada penjelasan sebelumnya, diketahui bahwa nilai persen berbunga fase reproduktif pada tegakan terbuka lebih besar dibandingkan dengan nilai persen berbunga pada tegakan tertutup. Menurut Harjadi 1982, jika tanaman yang fase reproduktifnya dominan atas fase vegetatifnya maka akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Mempunyai pertumbuhan vegetatif yang buruk; kerdilpendek dan akan membentuk beberapa buah 2. Batangnya akan berkayu; ruas-ruasnya pendek; dan daun-daunnya agak sempit, sedang dan berkutikula tebal 3. Bunga dan buah akan tampak; dinding-dinding sel akan tebal; jaringan- jaringan pembuluh akan dibentuk secara baik; dan jaringan-jaringan penyimpanan akan penuh dengan pati. Mengacu pada ciri yang ke-3, dapat diketahui bahwa berdasarkan pada parameter diameter, maka pada tegakan terbuka yang fase reproduktifnya lebih tinggi, akan memiliki diameter pangkal tangkai tanaman krisan yang nilainnya lebih besar dibandingkan dengan diameter pangkal tangkai tanaman krisan pada tegakan tertutup, namun besarnya ukuran diameter ini tidak dibarengi dengan pertambahan ukuran tinggi pendekkerdil dan sesuai dengan penjelasan sebelumnya, bahwa pada tegakan terbuka, tinggi tanaman krisan lebih rendah dibandingkan dengan tinggi tanaman krisan pada tegakan tertutup lihat Gambar 4. Berdasarkan analisis sidik ragam, nilai parameter diameter ini tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95. No Lokasi Penanaman Rata – rata Diameter Pangkal Tangkai Tanaman Krisan cm Pada Tegakan Terbuka Pada Tegakan Tertutup 1 Bedeng I 0,61 0,56 2 Bedeng II 0,57 0,56 Hasil analisis sidik ragam pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap diameter pangkal tangkai tanaman krisan dapat dilihat pada Lampiran 14. Untuk lebih jelas mengenai perbedaan rata–rata diameter pangkal tangkai tanaman krisan antara tegakan terbuka dan tegakan tertutup, dapat dilihat pada Gambar 5. 0.56 0.59 0.53 0.54 0.55 0.56 0.57 0.58 0.59 0.6 tegakan terbuka tegakan tertutup Lokasi penanaman R a ta -r a ta d ia m et er cm Gambar 5 Perbedaan rata-rata diameter pangkal tangkai tanaman krisan antara tegakan terbuka dan tegakan tertutup pada akhir pengamatan minggu ke-11.

5.3 Mutu dan Kualitas Tanaman Krisan