Wisata agro yang dapat dikembangkan di Indonesia antara lain: 1. Wisata Daerah Perkebunan
Wisata ini dapat dilakukan berupa kegiatan pra produksi budidaya sampai dengan pasca panen. Salah satu contoh kegiatan wisata
perkebunan teh di daerah Puncak dan Bandung. 2. Wisata di daerah Pertanian Tanaman Pangan dan Hias.
Wisata di daerah pertanian tanaman pangan dan hias dapat berupa paket kegiatan kunjungan wisata ke kebun buah-buahan. Para wisatawan dapat
secara langsung menikmati buah-buahan dengan cara memetik sendiri dan juga dapat melihat secara langsung teknologi pengalengan buah. Hal
serupa juga dapat dilakukan pada taman bunga dengan pemandangan yang indah.
3. Wisata di Areal Perikanan. Para wisatawan dapat menyaksikan budidaya ikan dan melakukan
kegiatan menangkap ikan seperti menjaring dan memancing. 4. Wisata di Arel Peternakan.
Wisata pada daerah ini merupakan usaha yang bertujuan untuk mempelajari cara-cara beternak tradisional maupun modern, seperti
kawasan sapi perah dan sapi potong Alikodra 1989 .
3.3 Produk- Produk Agrowisata
Produk adalah suatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memenuhi
suatu keinginan atau kebutuhan. Produk dapat berbentuk fisik maupun jasa, produk fisik dapat berbentuk barang sedangkan jasa dalam bentuk layanan. Jasa
adalah sikap atau perbuatan dimana di dalamnya terdapat kegiatan yang
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya bersifat intangible
tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan terhadap sesuatu. Wisata agro merupakan salah satu produk yang berbentuk jasa, layanan
jasa yang dapat diberikan oleh pihak pengelola wisata agro dapat berupa paket- paket wisata serta fasilitas-fasilitas yang tersedia dikawasan wisata. Produk
agrowisata dapat berupa paket-paket wisata, dimana paket-paket wisata tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan area wisata, selain bisa
menikmati keindahan alam dan udara yang segar, pengunjung juga dapat menikmati kegiatan berkuda, kegiatan
outbond serta kegiatan produksi teh. Fasilitas-fasilitas yang ditawarkan meliputi pondokan atau wisma untuk
menginap, aula, lapangan bola, kolam renang, serta tea corner.
Seperti definisi pariwisata menurut Yoeti 1997, bahwa kegiatan pariwisata lebih menekankan pada aktifitas yang dilakukan di area wisata.
Kegiatan yang dapat dilakukan berupa menikmati pemandangan alam sambil menghirup udara segar, dapat dilakukan pengunjung dengan cara berjalan
mengelilingi area tea walk. Kegiatan berkuda dapat dilakukan dengan
mengelilingi sekitar area perkebunan teh, kegiatan produksi teh dapat dilakukan pengunjung dengan cara melihat secara langsung proses produksi teh dan turut
serta dalam kegiatan produksi tersebut seperti melihat cara penanaman atau budidaya teh, sampai kepada proses pasca produksi teh tersebut.
Kualitas jasa akan langsung dirasakan oleh pengunjung, ketika pengunjung tersebut telah merasakan atau mengkonsumsinya sendiri. Kualitas
jasa dapat dibagi atau diklasifikasikan kedalam lima dimensi yaitu: 1.
Reliability: Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
2. Responsiveness: Respon atau kesigapan karyawan dalam membantu
pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.
3. Assurance: Meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap
terhadap produk secara tepat, kualitas keramah tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan layanan. Dimensi kepastian atau jaminan
ini merupakan gabungan dari dimensi Kompetensi Competence,
Kesopanan Courtesy, dan Kreadibilitas Creadibility.
4. Emphaty: Perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada
pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya.
5. Tangible: Meliputi penampilan fisik seperti gedung dan ruangan front
office, tersedianyan tempat parkir, kebersihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan komunikasi dan penampilan karyawan.
Proses pembelian jasa terbagi atas lima tahap yaitu tahap pertama dimulai dari kesadaran akan adanya kebutuhan lalu ditindaklanjuti dengan
pencarian jasa-jasa yang dapat memenuhi kebutuhan, selanjutnya dilakukan proses evaluasi atas alternatif jasa tersebut, tahap keempat adalah keputusan
pembelian pada jasa yang dianggap cocok oleh konsumen tersebut. Tahap kelima adalah tahap evaluasi atas produk atau jasa yang dikonsumsi. Setiap
individu memiliki variasi yang berbeda dalam menentukan tahapan untuk menentukan jasa apa yang akan digunakan Umar, H , 2000.
3.4 Preferensi Dan Perilaku Konsumen