No. 16 dan BAPEPAM No. SE-02PM2002. Tanaman menghasilkan tersebut diperoleh dengan cara membangun sendiri.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia telah memiliki standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Prinsip atau standar akuntansi yang dipakai di Indonesia tersebut dikenal
dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK. PSAK disusun dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI. Ikatan Akuntan Indonesia
adalah organisasi profesi akuntan yang ada di Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia tersebut mengatur perlakuan akuntansi secara menyeluruh untuk berbagai aktivitas bisnis perusahaan di Indonesia. Standar-standar
tersebut selain ditujukan untuk mengatur perlakuan akuntansi dari awal sampai ke tujuan akhirnya yaitu untuk pelaporan terhadap pengguna, standar-standar
tersebut juga meliputi pedoman perlakuan akuntansi mulai dari perolehan, penggunaan, sampai dengan saat penghapusan untuk setiap elemen-elemen
akuntansi. Standar-standar tersebut juga mengatur tentang pengakuan, pengukuran, penyajian dan pelaporan atas keuangan perusahaan.
2.2.2. International Financia Reporting Standard
2.2.2.1. Pengertian IFRS
IFRS merupakan standar akuntansi dan pelaporan keuangan internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
IASB. Badan Standar Akuntansi Internasional IASB yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional IASC, merupakan lembaga
independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang
berkualitas tinggi, dapat dimengerti dan diterapkan untuk mengharuskan penyajian laporan keuangan yang transparan, berkualitas tinggi dan memiliki
daya banding.
Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standards IAS. IAS diterbitkan oleh
International Accounting Standards Committee IASC. Kemudian IASB mengadospsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang
dilakukan.
2.2.2.2. Adopsi IFRS
Usaha-usaha untuk menjadikan International Financial Reporting Standard IFRS menjadi global accounting standard menghadapi berbagai
kendala. Salah satu kendalanya adalah adanaya fakta belum semua negara menerima konsep, “standar akuntansi dan pelaporan keuangan tunggal”. Di
samping itu perbedaan bahasa adalah alasan yang paling lazim ditemukan. Untuk mewujudka cita-citanya, IASB telah merangkul organisasi dunia
seperti Persatuan bangsa-Bangsa, Bank Dunia, Organization for Economic Co- operation and Development OEDC, Word Trade Center WTO, Uni Eropa,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
International Organization of Securities Commision IOSCO dan lain-lain telah mendukung harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan.
Sehingga, adopsi dan konvergensi IFRS adalah suatu fenomena yang sedang dan akan menggejala di seluruh dunia.
Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah dianggap sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara
berkembang. Manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman yang lebih baik atas laporan
keuangan oleh penguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini tentunya memudahkan suatu perusahaan menjual sahamnya secara lintas
negara atau lintas pasar modal. Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan juga diyakini
banyak pihak memberikan efisiensi dalam penyusunan laporan keuangan yang menghabiskan sangat banyak dana dan sumber daya setiap tahunnya
sebagaimana dialami oleh perusahaan-perusahaan multinasional yang sahamnya diperdagangkan di lintas pasar modal. Penggunaan standar akuntansi dan
pelaporan keuangan juga dapat menambah kepercayaan investor asing terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan nasional.
Ada beberapa kendala yang menjadi penghambat penerapan IFRS sebagai standar akuntansi dan pelaporan keuangan di dunia hingga saat ini.
Kendala-kendala tersebut berkaitan dengan faktor-faktor sebagai dijelaskan dibawah ini Purba, 2010:8:
a. Sistem hukum dan politik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. Sistem perpajakan dan fiskal.
c. Nilai-nilai budaya korporasi.
d. Sistem pasar modal dan peraturan terkait dengan kepemilikan korporasi.
e. Kondisi ekonomi dan aktivitas bisnis.
f. Teknologi.
Dari keenam faktor diatas, faktor penghambat yang paling sering ditemukan adalah sistem perpajakan dan hukum yang belumtentu sinkron antara
suatu Negara dengan negara-negara yang pengadopsi IFRS lainnya. Sebagai contoh, adopsi IFRS sangat sulit dilakukan bagi negara-negara yang
menerapkan system ekonomi syariah dan ekonomi komunis. Indonesia sebagai negara yang menerapkan system perbankan ganda, yaitu system ekonomi
syariah dan system ekonomi kapitalis juga dapat dipastikan akan mengalami kesulitan dalam mengadopsi secara penuh IFRS pada masa yang akan datang.
Sejak tahun 1994, Indonesia sebenarnya telah mengadopsi sebagian besar IAS. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK dan Interpretasi
atas Standar Akuntansi Keuangan ISAK yang diberlakukan sejak tahun 1994 adalah saduran dari IAS dan interpretasi SIC yang diterbitkan sebelum 1994.
Namun setelah itu, tidak semua perubahan IAS, interpretasi SIC dan standar- standar yang ada pada IFRS di adopsi oleh Dewan Standar akuntansi Keuangan
DSAK Purba, 2010:14.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DSAK yang berdada di bawah Ikatan Akuntansi Indonesia IAI telah merencanakan adopsi penuh IAS dan IFRS yang rampung pada tahun 2010 dan
mulai menerapkannya pada tahun 2012. Indonesia sebenarnya masih memiliki regulasi yang tidak mendukung sehingga adopsi penuh akan sulit dilakukan. Di
samping itu, perhatian dan komitmen yang kuat dari pelaku bisnis, pemerintah Indonesia dan otoritas pasar modal masih sangat minim.
2.2.2.3. Konvergensi IFRS di Indonesia