Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dipakai sebagai bahan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini dan sebagai acuan oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini dilakukan oleh : 1. Mega Anjasmoro, mahasiswi akuntansi Universitas Diponegoro Semarang 2010. Judul Skripsi: Adopsi International Financial Report Standard : “Kebutuhan atau Paksaan?” Studi Kasus Pada PT. Garuda Airlines Indonesia. Rumusan Masalah: 1. Mengapa GA mengimplementasikan standard akuntansi internasional pada laporan keuangannya? 2. Dari beberapa konsep aplikasi standard akuntansi internasional, manakah yang mereka gunakan dalam pelaporan keuangannya? Mengapa mereka memilih konsep tersebut? Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Bagaimana proses pengadopsian dan pengaplikasian IFRS pada GA secara rill? 4. Manfaat dan hambatan apa yang diperoleh dan dihadapi GA dalam proses adopsi IFRS? Kesimpulan: GA melakukan adopsi IFRS bukan atas paksaan dari pemerintah namun atas inisiatif dari manajemen perusahaan tersebut karena kebutuhan atas standar yang mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk jasa penerbangan serta kebutuhan untuk memenuhi tuntutan dari para lease GA untuk mengadopsi IFRS agar memberikan kemudahan kepada pihak tersebut untuk menginterpretasikan laporan keuangan GA. GA menganut konsep harmonisasi dimana GA menggunakan IFRS dan standar dari AICPA apabila PSAK tidak mengatur perlakuan akuntansi untuk sebuah item. Namun apabila PSAK mengaturnya, maka standar yang dipakai kembali mengacu kepada PSAK. Alasannya adalah karena PSAK masih belum mempunyai rules yang lengkap tentang perlakuan akuntansi untuk jasa penerbangan. Sedangkan untuk item – item lain, peraturan pada PSAK telah mampu menjawab cara – cara pelaporannya. Proses adopsi IFRS pada GA terdiri dari 3 tahap. Tahap yang pertama adalah pemahaman tentang IFRS dan PSAK serta pemahaman tentan persamaan dan perbedaan keduanya. Tahap selanjutnya adalah Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. mempersiapkan SDM dengan IFRS capability. Dan tahap yang terakhir adalah pengembangan software akuntansi. Sedangkan proses pengaplikasian IFRS pada GA terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap pembuatan laporan keuangan yang terdiri dari input data dan interpretasi hasil. Dan yang terakhir adalah tahap pembuatan laporan konsolidasi. Setelah semua tahap tersebut selesai laporan keuangan siap untuk diaudit, dilaporkan, dipertanggungjawabkan, dan diterbitkan. Adapun manfaat dari adopsi IFRS pada GA adalah pihak GA mendapatkan kemudahan untuk melakukan pencatatan terhadap akun-akun yang berhubungan dengan bisnis penerbangan, laporan keuangan GA mencerminkan nilai wajar perusahaan yang menimbulkan dampak GA lebih dipercaya oleh pihak eksternal dan menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan, credible serta valuable. Manfaat selanjutnya adalah laporan keuangan memiliki daya banding yang lebih tinggi sehingga dapat digunakan sebagai alat analisis manajemen. Dan manfaat yang terakhir adalah GA mampu bersaing di pasar global sehingga pada akhirnya GA memperoleh legitimasi dari lingkungan bisnisnya bahwa perusahaan ini memiliki profesionalitas dan pelayanan yang memuaskan. Sedangkan hambatan yang dihadapi GA dalam melakukan adopsi IFRS adalah kesiapan SDM, kesiapan sistem akuntansi, dan hambatan dalam pembiayaan. Untuk mengatasi hal tersebut, GA mempunyai solusi dengan mempersiapkan SDM dengan IFRS capability, melakukan pengembangan software akuntansi, dan mempersiapkan biaya tambahan untuk proses adopsi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Vanesa Agustin, mahasiswi akuntansi Universitas Kristen Petra Surabaya 2004. Judul Skripsi: Revaluasi Terhadap Aktiva Tetap Pada PT “ X”. Rumusan Masalah: 1. Aspek PPh atas revaluasi aktiva tetap. 2. Pengaruh revaluasi aktiva tetap terhadap jumlah PPh badan terutang. Kesimpulan: Dalam perhitungan aspek PPh yang, menurut ketentuan yang berlaku, atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap akan dikenakan PPh final. Besarnya PPh final yang ditetapkan diperoleh dari selisih lebih dari revaluasi aktiva tetap yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajaknya kemudian dikalikan dengan tariff PPh final sebesar 10 yang sebelumnya terlebih dahulu dikurangi dengan kompensasi kerugian pada tahun berjalan dan tahun-tahun sebelumnya. Karena PT. “X” tidak mempunyai kerugian pada tahun-tahun sebelumnya maka selisih lebih dari penilaian kembali aktiva tetap tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan pajaknya. Dari perhitungan yang dilakukan besarnya PPh final atas aktiva tetap tanah dan bangunan sebesar Rp. 1.451.949.800,00. Dengan dilakukannya revaluasi aktiva tetap akan menambah beban usaha pada laporan laba rugi perusahaan sebesar RP. 1.446.600.333,00 hal Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tersebut diakibatkan oleh kenaikan beban penyusutan setelah dilakukan revaluasi. Hal tersebut akan berpengaruh kepada PPh terutang yang akan dibayarkan, maka besarnya PPh badan berkurang dari Rp. 63.544.033.802,00 setelah dilakukannya revaluasi aktiva tetap. Namun besarnya PPh badan tersebut akan ditambahkan dengan PPh final sebesar Rp. 1.451.949.800,00. Besarnya PPh seluruhnya yang akan dibayar oleh perusahaan adalah Rp. 64.995.983.602,00 yang diperoleh dari besarnya badan terutang ditambahkan dengan besarnya PPh final. 3. Ricky Yulianto, mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 2008. Judul Penelitian: Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Revaluasi Aktiva Tetap di PT X. Rumusan Masalah: 1. Apakah terjadi perbedaan debt to equity ratio, fixed assets to net worth, return on investment sebelum dan sesudah pelaksanaa revaluasi aktiva tetap di PT X? 2. Apakah terjadi perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah pelaksanaan revaluasi aktiva tetap di PT X? Hipotesis: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Terdapat perbedaan pada debt to equity ratio, fixed assets to net worth, return on investment sesudah pelaksanaan revaluasi aktiva tetap dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan revaluasi aktiva tetap. 2. Terdapat perbedaan pada kinerja keuangan perusahaan sesudah pelaksanaan revaluasi aktiva tetap dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan revaluasi aktiva tetap. Kesimpulan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan debt to equity ratio, fixed assets to net worth dan return on investment sebelum dan sesudah pelaksanaan revaluasi aktiva tetap dan membuktikan ada tidaknya perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah pelaksanaan revaluasi aktiva tetap di PT X. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil uji statistik, disimpulkan bahwa debt to equity ratio, fixed assets to net worth, return on investment tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya revaluasi aktiva tetap. 2. Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja laporan keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah revaluasi aktiva tetap jika dilihat dari debt to equity ratio, fixed assets to net worth, return on investment. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Sahnidar dan Narumondang Bulan Siregar, Jurnal Akuntansi Universitas Sumatra Utara 2009. Judul Penelitian: Penerapan PSAK No. 16 Terhadap Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Bududaya Coklat Pada PT. Perkebunan Nusantara II Persero Tanjung Morawan Kebun Maryke. Rumusan Masalah: Membandingkan penerapan PSAK No. 16 terhadap akuntansi aktiva tetap tanaman menghasilkan dengan penerapan akuntansi pada PTPN II Persero kebun Maryke. Kesimpulan: PT. Perkebunan Nusantara II Persero Tanjung Morawan Kebun Maryke mempunyai tanaman menghasilkan yaitu coklat, dimana tanaman menghasilkan tersebut di golongkan kedalam aktiva tetap. Tanaman menghasilkan PTPN II Persero kebun Maryke telah sesuai dengan PSAK Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. No. 16 dan BAPEPAM No. SE-02PM2002. Tanaman menghasilkan tersebut diperoleh dengan cara membangun sendiri.

2.2. Landasan Teori