DSAK yang berdada di bawah Ikatan Akuntansi Indonesia IAI telah merencanakan adopsi penuh IAS dan IFRS yang rampung pada tahun 2010 dan
mulai menerapkannya pada tahun 2012. Indonesia sebenarnya masih memiliki regulasi yang tidak mendukung sehingga adopsi penuh akan sulit dilakukan. Di
samping itu, perhatian dan komitmen yang kuat dari pelaku bisnis, pemerintah Indonesia dan otoritas pasar modal masih sangat minim.
2.2.2.3. Konvergensi IFRS di Indonesia
Indonesia saat ini belum mewajibkan perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar
akuntansi keuangan lokal SAK. Tahun 2012 baru akan diterapkan standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada IFRS. Indonesia harus
melakukan program konvergensi jika kita tidak ingin tertingal. Sehingga, dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia tidak terlepas dari
perkembangan penyusunan standar akuntansi internasional. Di Indonesia sendiri sistem pelaporan keuangan ada tiga macamstandar
pelaporan keuangan Indonesian, yang dimana didalamnya memiliki tiga pilar yang berlaku yaitu:
a. Standar Akuntansi Keuangan. Sistem inilah yang nantinya akan dirubah
kedalam sistem IFRS karena yang menggunakan sistem pelaporan ini adalah perusahaan yang listed di bursa efek. Dan nantinya perusahaan tersebut
harus menggunakan system ini secara total.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. SAK ETAP. Standar Akuntansi Keuangan-Enritas Tanpa Akuntanbilitas
Publik adalah pelaporan keuangan yang digunakan oleh perusahaan- perusahaan yang sahamnya tidak terdaftar di bursa efek. Sistem ini tidak
termasuk dalam daftar perubahan yang akan dirubah dalam system IFRS. c.
Standar Akuntansi Syariah. Sistem pelaporan yang digunakan dengan asas- asas syariah.
SAK-ETAP dan Standar Akuntansi Syariah tidak termasuk dalam system IFRS Non-IFRS. IFRS hanya diadaptasi untuk Standar Akuntansi
Keuangan Sudarmakiyanto, 2010. Dibalik dipergunakannya IFRS banyak sekali keuntungan yang akan
diperoleh oleh investor luar karena dengan sistem ini investor luar tidak perlu belajar dengan sistem pelaporan keuangan yang ada di negara tertentu. IFRS ini
juga sangat mempercepat proses arus masuk dan keluar dana dari para investor.
2.2.2.4. Dampak IFRS Terhadap Sistem Akuntansi dan Pelaporan
1. Penyajian.
a. Konsep Other Comprehensive Income didalam laba rugi komprehensif.
b. Perubahan definisi-definisi seperti kewajiban menjadi liabilitas dan hak
minoritas menjadi kepentingan non pengendali non controlling interest.
c. Pos luar biasa tidak lagi diperbolehkan.
d. Perubahan nama laporan keuangan.
2. Pengukuran.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Peningkatan penggunaan nilai wajar fair value.
Standar IFRS lebih condong menggunakan nilai wajar, terutama property investasi, beberapa asset tak berwujud, asset keuangan, dan
asset biologis. Dengan demikian maka diperlukan sumber daya yang kompeten untuk menghitung nilai wajar atau bahkan perlu menyewa jasa
konsultan penilai terutama untuk asset-aset yang tidak memiliki nilai pasar aktif.
b. Penggunaan estimasi dan “judgement”.
Akibat karakteristik IFRS yang lebih berbasis prinsip, akan lebih banyak dibutuhkan “judgement” untuk menentukan bagaimana suatu keuangan
dicatat. Hal ini berbeda dengan sistem pelaporan yang digunakan Amerika saat itu US GAP karena US GAP lebih bersifat Ruled Based
yang lebih mengedepankan sub-sub bidang pelaporan yang rumit namun tidak memerlukan tigkat “judgement” yang tinggi karena semua sudah
terkontrol secara jelas. 3.
Pengungkapan. Persayaratan pengungkapan yang lebih banyak dan lebih rinci. IFRS
mensyaratkan pengungkapan berbagai informasi tentang risiko baik kualitatif maupun kuantitatif. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus
sejalan dengan datainformasi yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang diambil oleh manajemen Sudarmakiyanto, 2010.
2.2.3. Aset Tetap