No. 16 dan BAPEPAM No. SE-02PM2002. Tanaman menghasilkan tersebut diperoleh dengan cara membangun sendiri.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia telah memiliki standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Prinsip atau standar akuntansi yang dipakai di Indonesia tersebut dikenal
dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK. PSAK disusun dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI. Ikatan Akuntan Indonesia
adalah organisasi profesi akuntan yang ada di Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia tersebut mengatur perlakuan akuntansi secara menyeluruh untuk berbagai aktivitas bisnis perusahaan di Indonesia. Standar-standar
tersebut selain ditujukan untuk mengatur perlakuan akuntansi dari awal sampai ke tujuan akhirnya yaitu untuk pelaporan terhadap pengguna, standar-standar
tersebut juga meliputi pedoman perlakuan akuntansi mulai dari perolehan, penggunaan, sampai dengan saat penghapusan untuk setiap elemen-elemen
akuntansi. Standar-standar tersebut juga mengatur tentang pengakuan, pengukuran, penyajian dan pelaporan atas keuangan perusahaan.
2.2.2. International Financia Reporting Standard
2.2.2.1. Pengertian IFRS
IFRS merupakan standar akuntansi dan pelaporan keuangan internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
IASB. Badan Standar Akuntansi Internasional IASB yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional IASC, merupakan lembaga
independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang
berkualitas tinggi, dapat dimengerti dan diterapkan untuk mengharuskan penyajian laporan keuangan yang transparan, berkualitas tinggi dan memiliki
daya banding.
Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standards IAS. IAS diterbitkan oleh
International Accounting Standards Committee IASC. Kemudian IASB mengadospsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang
dilakukan.
2.2.2.2. Adopsi IFRS
Usaha-usaha untuk menjadikan International Financial Reporting Standard IFRS menjadi global accounting standard menghadapi berbagai
kendala. Salah satu kendalanya adalah adanaya fakta belum semua negara menerima konsep, “standar akuntansi dan pelaporan keuangan tunggal”. Di
samping itu perbedaan bahasa adalah alasan yang paling lazim ditemukan. Untuk mewujudka cita-citanya, IASB telah merangkul organisasi dunia
seperti Persatuan bangsa-Bangsa, Bank Dunia, Organization for Economic Co- operation and Development OEDC, Word Trade Center WTO, Uni Eropa,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
International Organization of Securities Commision IOSCO dan lain-lain telah mendukung harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan.
Sehingga, adopsi dan konvergensi IFRS adalah suatu fenomena yang sedang dan akan menggejala di seluruh dunia.
Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah dianggap sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara
berkembang. Manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman yang lebih baik atas laporan
keuangan oleh penguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini tentunya memudahkan suatu perusahaan menjual sahamnya secara lintas
negara atau lintas pasar modal. Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan juga diyakini
banyak pihak memberikan efisiensi dalam penyusunan laporan keuangan yang menghabiskan sangat banyak dana dan sumber daya setiap tahunnya
sebagaimana dialami oleh perusahaan-perusahaan multinasional yang sahamnya diperdagangkan di lintas pasar modal. Penggunaan standar akuntansi dan
pelaporan keuangan juga dapat menambah kepercayaan investor asing terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan nasional.
Ada beberapa kendala yang menjadi penghambat penerapan IFRS sebagai standar akuntansi dan pelaporan keuangan di dunia hingga saat ini.
Kendala-kendala tersebut berkaitan dengan faktor-faktor sebagai dijelaskan dibawah ini Purba, 2010:8:
a. Sistem hukum dan politik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. Sistem perpajakan dan fiskal.
c. Nilai-nilai budaya korporasi.
d. Sistem pasar modal dan peraturan terkait dengan kepemilikan korporasi.
e. Kondisi ekonomi dan aktivitas bisnis.
f. Teknologi.
Dari keenam faktor diatas, faktor penghambat yang paling sering ditemukan adalah sistem perpajakan dan hukum yang belumtentu sinkron antara
suatu Negara dengan negara-negara yang pengadopsi IFRS lainnya. Sebagai contoh, adopsi IFRS sangat sulit dilakukan bagi negara-negara yang
menerapkan system ekonomi syariah dan ekonomi komunis. Indonesia sebagai negara yang menerapkan system perbankan ganda, yaitu system ekonomi
syariah dan system ekonomi kapitalis juga dapat dipastikan akan mengalami kesulitan dalam mengadopsi secara penuh IFRS pada masa yang akan datang.
Sejak tahun 1994, Indonesia sebenarnya telah mengadopsi sebagian besar IAS. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK dan Interpretasi
atas Standar Akuntansi Keuangan ISAK yang diberlakukan sejak tahun 1994 adalah saduran dari IAS dan interpretasi SIC yang diterbitkan sebelum 1994.
Namun setelah itu, tidak semua perubahan IAS, interpretasi SIC dan standar- standar yang ada pada IFRS di adopsi oleh Dewan Standar akuntansi Keuangan
DSAK Purba, 2010:14.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DSAK yang berdada di bawah Ikatan Akuntansi Indonesia IAI telah merencanakan adopsi penuh IAS dan IFRS yang rampung pada tahun 2010 dan
mulai menerapkannya pada tahun 2012. Indonesia sebenarnya masih memiliki regulasi yang tidak mendukung sehingga adopsi penuh akan sulit dilakukan. Di
samping itu, perhatian dan komitmen yang kuat dari pelaku bisnis, pemerintah Indonesia dan otoritas pasar modal masih sangat minim.
2.2.2.3. Konvergensi IFRS di Indonesia
Indonesia saat ini belum mewajibkan perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar
akuntansi keuangan lokal SAK. Tahun 2012 baru akan diterapkan standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada IFRS. Indonesia harus
melakukan program konvergensi jika kita tidak ingin tertingal. Sehingga, dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia tidak terlepas dari
perkembangan penyusunan standar akuntansi internasional. Di Indonesia sendiri sistem pelaporan keuangan ada tiga macamstandar
pelaporan keuangan Indonesian, yang dimana didalamnya memiliki tiga pilar yang berlaku yaitu:
a. Standar Akuntansi Keuangan. Sistem inilah yang nantinya akan dirubah
kedalam sistem IFRS karena yang menggunakan sistem pelaporan ini adalah perusahaan yang listed di bursa efek. Dan nantinya perusahaan tersebut
harus menggunakan system ini secara total.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. SAK ETAP. Standar Akuntansi Keuangan-Enritas Tanpa Akuntanbilitas
Publik adalah pelaporan keuangan yang digunakan oleh perusahaan- perusahaan yang sahamnya tidak terdaftar di bursa efek. Sistem ini tidak
termasuk dalam daftar perubahan yang akan dirubah dalam system IFRS. c.
Standar Akuntansi Syariah. Sistem pelaporan yang digunakan dengan asas- asas syariah.
SAK-ETAP dan Standar Akuntansi Syariah tidak termasuk dalam system IFRS Non-IFRS. IFRS hanya diadaptasi untuk Standar Akuntansi
Keuangan Sudarmakiyanto, 2010. Dibalik dipergunakannya IFRS banyak sekali keuntungan yang akan
diperoleh oleh investor luar karena dengan sistem ini investor luar tidak perlu belajar dengan sistem pelaporan keuangan yang ada di negara tertentu. IFRS ini
juga sangat mempercepat proses arus masuk dan keluar dana dari para investor.
2.2.2.4. Dampak IFRS Terhadap Sistem Akuntansi dan Pelaporan
1. Penyajian.
a. Konsep Other Comprehensive Income didalam laba rugi komprehensif.
b. Perubahan definisi-definisi seperti kewajiban menjadi liabilitas dan hak
minoritas menjadi kepentingan non pengendali non controlling interest.
c. Pos luar biasa tidak lagi diperbolehkan.
d. Perubahan nama laporan keuangan.
2. Pengukuran.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Peningkatan penggunaan nilai wajar fair value.
Standar IFRS lebih condong menggunakan nilai wajar, terutama property investasi, beberapa asset tak berwujud, asset keuangan, dan
asset biologis. Dengan demikian maka diperlukan sumber daya yang kompeten untuk menghitung nilai wajar atau bahkan perlu menyewa jasa
konsultan penilai terutama untuk asset-aset yang tidak memiliki nilai pasar aktif.
b. Penggunaan estimasi dan “judgement”.
Akibat karakteristik IFRS yang lebih berbasis prinsip, akan lebih banyak dibutuhkan “judgement” untuk menentukan bagaimana suatu keuangan
dicatat. Hal ini berbeda dengan sistem pelaporan yang digunakan Amerika saat itu US GAP karena US GAP lebih bersifat Ruled Based
yang lebih mengedepankan sub-sub bidang pelaporan yang rumit namun tidak memerlukan tigkat “judgement” yang tinggi karena semua sudah
terkontrol secara jelas. 3.
Pengungkapan. Persayaratan pengungkapan yang lebih banyak dan lebih rinci. IFRS
mensyaratkan pengungkapan berbagai informasi tentang risiko baik kualitatif maupun kuantitatif. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus
sejalan dengan datainformasi yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang diambil oleh manajemen Sudarmakiyanto, 2010.
2.2.3. Aset Tetap
2.2.3.1. Pengertian Aset
Tetap
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Aset tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk
diperjualbelikan Rudianto, 2009:272. Perusahaan menggunakan berbagai macam aset tetap, seperti peralatan, perabotan, alat-alat, mesin-mesin, bangunan
dan tanah. Aset tetap fixed assets merupakan aktiva jangka panjang atau aset yang relatif permanen. Aset tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan
serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal. Dalam perusahaan, aset tetap bisa menempati bagian yang sangat signifikan pada total
aset perusahaan secara keseluruhan Warren dkk, 2006:504. Untuk dikategorikan sebagai aset tetap, suatu aset tidak harus digunakan
secara terus-menerus atau bahkan sering. Termasuk dalam aset tetap adalah aset yang dalam keadaan siap pakai bila dibutuhkan ketika peralatan yang biasa
dipakai rusak atau hanya dipakai selama periode sibuk. Aset tetap yang tidak digunakan lagi tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap. Untuk dapat
dikelompokkan sebagai aset tetap, maka suatu aset harus memiliki kriteria tertentu, yaitu berwujud, umurnya lebih dari satu tahun, digunakan dalam
operasi perusahaan, tidak diperjualbelikan, material, dimiliki perusahaan Rudianto, 2009:272.
2.2.3.2. Penggolongan Aset Tetap
Menurut Harahap 2002:22 aset tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain:
1. Sudut substansi, asettetap dapat dibagi:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Tangible assets aset berwujud yaitu aset yang mempunyai wujud,
dapat diamati oleh panca indra. Ciri umumnya yaitu member manfaat ekonomi pada masa mendatang bagi perusahaan.
Contoh: seperti lahan tanah, gedung, peralatan, mesin. b.
Intangible assets asset tak berwujud yaitu aset yang tidak dapat di amati secara langsung. Bukti adanya aset ini terdapat dalam bentuk
perjanjian, kontrak atau paten, dan aset ini mempunyai wujud nyata. Contoh: seperti patens, copyright, hak monopoli francise, cap dan
merek dagang trademark and trade names, biaya pendirian organization cost, biaya pengembangan software software
development dan goodwill. 2.
Sudut disusutkan atau tidak, terdiri dari: a.
Depreciated plant assets yaitu aset tetap yang disusutkan seperti bangunan building, peralatan equipment, mesin machinary,
inventaris, jalan dan lain-lain. b.
Underpreciated plan assets, aset tetap yang tidak disusutkan seperti tanah land.
3. Berdasarkan jenisnya, aset dapat dibagi sebagai berikut:
a. Lahan tanah.
Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Harga perolehan tanah
meliputi: purchase price yang disetujui, biaya notaries, administrasi, komisi perantara, hak milik, biaya penelitian.
b. Bangunan Gedung.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahanair. Jika bangunan didirikan, biayanya meliputi:
1. Biaya penggalian, perataan dan pengurukan bukan untuk
tanah. 2.
Bangunan sementara yang dipakai untuk aktivitas konstruksi. 3.
Asuransi kebakaran selama periode konstruksi. 4.
Kompensasi pekerja dan asuransi kecelakaan. 5.
Biaya izin mendirikan bangunan. 6.
Bahan baku. 7.
Overhead. 8.
Upah tenaga kerja. 9.
Beban honorarium arsitek. c.
Perabot. Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot
pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan. Perolehannya harus diidentifikasi dengan fungsi produksi, penjualan atau fungsi umum dan
administrasi. Meliputi meja, kursi, karpet, lemari etalase, perlengkapan pameran, dan lain-lain.
d. InventarisPeralatan.
Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik,
inventaris laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain. e.
Mesin.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan.
f. Kendaraan.
Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truck, tractor, mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain.
g. Prasarana
Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti : jalan, jembatan, pagar, dan lain-
lain.
2.2.3.3. Perolehan Aset Tetap
Tidak setiap aset tetap perusahaan selalu dibeli oleh perusahaan dari pihak lain. Aset tetap dapat diperolehh dengan berbagai cara, di mana masing-
masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan aset tetap tersebut. Cara perolehan tersebut antara lain Rudianto, 2009:274:
1. Pembelian tunai.
2. Pembelian angsuran.
3. Ditukar dengan surat berharga.
4. Ditukar dengan aktiva tetap yang lain.
5. Diperoleh sebagai donasi.
Sedangkan menurut Muljo 2007:205 aset tetap dapat peroleh dengan: 1.
Pembelian berdasarkan kontrak pembayaran ditangguhkan. 2.
Perolehan melalui lease modal. 3.
Perolehan melalui pertukaran aktiva non moneter.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Perolehan melalui penerbitan sekuritas.
5. Perolehan dengan membangun sendiri.
6. Perolehan dari pembelian atau penemuan.
2.2.3.4. Penilaian dan Pencatatan Aset Tetap
Untuk memperoleh aset tetap, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang tidak hanya dipakai untuk membayar barang itu sendiri sesuai
dengan nilai yang tercantum di dalam faktur, tetapi juga untuk beban pengiriman, pemasangan, perantara, balik nama dan sebagainya. Dan
keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut disebut dengan harga perolehan. Sedangkan di neraca, aset tetap dicatat sebesar
nilai bukunya. Harga perolehan adalah keseluruhan uang yang dikelurkan untuk
memperoleh suatu aset tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan. Aset tetap yang dimiliki perusahaan dicatat dan diakui sebesar nilai bukunya, yaitu harga
perolehan aset tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi depresiasi aset tetap. Sedangkan nilai buku adalah nilai bersih dari suatu aset seperti yang tercantum
dalam neraca, yaitu harga perolehan aset tetap tersebut setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi dari aset tersebut. Akumulasi depresiasi berarti kumpulan
dari seluruh beban depresiasi selama beberapa periode akuntansi Rudianto, 2009:274.
2.2.3.5. Harga Perolehan Aset Tetap
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Harga perolehan aset tetap meliputi semua jumlah yang dikeluarkan untuk mendapatkan aset tetap dan membuatnya siap digunakan. Atau dengan
kata lain, hanya biaya yang bermanfaat untuk meyiapkan aset berumur panjang hingga dapat digunakan, yang termasuk ke dalam biaya aset tetap. Biaya-biaya
yang dikeluarkan, tetapi tidak membuat set siap pakai, tidak menambah manfaat dari aset tetap yang bersangkutan. Biaya-biaya semacam itu tidak dimasukkan
sebagai bagian dari total biaya aset tetap. Contohnya, biaya-biaya berikut harus didebit langsung ke dalam akun beban:
a. Kerusakan akibatnya kekerasan.
b. Kesalahan pemasangan.
c. Pencurian yang tidak diasuransikan.
d. Kerusakan selama bongkar pasang.
e. Denda akibat tidak lengkapnya izin dari badan-badan pemerintah Warren
dkk, 2006:506. Beberapa pertimbangan dalam rangka menentukan harga perolehan aset
tetap berwujud dan tak berwujud adalah sebagai berikut: 1.
Purchase discount diperlakukan sebagai pengurang cost. 2.
Earning timbul dari sales bukan dari purchases. 3.
Discount untuk perolehan property, harus diperlakukan sebagai pengurang asset cost, dan bukan dilaporkan sebagai revenue.
4. Jika discount tidak dimanfaatkan maka dilaporkan sebagai discount lost atau
interest expense Muljo, 2007.
2.2.3.6. Penyusutan Aset Tetap
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Penyusutan adalah pengalokasian biaya aset secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aset bersangkutan. Sedangkan akumulasi
penyusutan merupakan penjumlahan seluruh biaya aset yang telah menjadi beban pada periode sebelumnya. Beban penyusutan merupakan pengakuan atas
penurunan nilai pelayanan aset Muljo, 2007:215. Perusahaan tidak diharuskan menggunakan satu metode penyusutan
tunggal bagi semua asetnya. Metode-metode yang digunakan dalam akuntansi dan laporan keuangan mungkin juga berbeda dari metode-metode yang
digunakan dalam penentuan pajak penghasilan dan pajak property. Tiga metode yang paling umum digunakan adalah metode garis lurus, metode unit produksi,
metode saldo menurun Warren dkk, 2006:510. Metode penyusutan Rudianto, 2009:277 dapat diklasifikasikan
sebgai berikut: 1.
Metode garis lurus. Metode garis lurus straight line method adalah suatu metode perhitungan
penyusutan aset tetap di mana setiap periode akuntansi diberikan beban yang sama secara merata.
Penyusutan = 2.
Metode jam jasa. Metode jam jasa service hour method adalah suatu metode perhitungan
penyusutan aset tetap, di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa jam periode akuntansi tersebut
mempergunakan aset tetap itu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Penyusutan = 3.
Metode hasil produksi. Metode hasil produksi productive output method adalah suatu metode
perhitungan penyusutan aset tetap, di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa banyak produk yang
dihasilkan periode akuntansi tersebut dengan mempergunakan aset tetap itu. Penyusutan =
4. Metode beban menurun reducing charge method.
a. Metode jumlah angka tahun sum of years digits method.
b. Metode saldo menurun declining balance method.
c. Metode saldo menurun ganda double declining balance method.
d. Metode tariff menurun declining rate on cost method.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi beban penyusutan periodik yaitu: 1.
Harga perolehan aset assets cost. Meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan
penyiapan untuk dapat digunakan. Harga perolehan aktiva ini dikurangi nilai residu yang diperkirakan yaitu harga perolehan aset yang dibebankan ke
pendapatan di masa depan. 2.
Nilai residual atau nilai sisa residual or savalge value. Merupakan jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aset
sudah tidak digunakan lagi. Hal ini tergantung pada kebijaksanaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penghentian penggunaan yang diterapkan perusahaan dan juga kondisi pasar serta faktor-faktor lainnya.
3. Masa manfaat useful life.
Aktiva tetap selain tanah, memiliki masa manfaat terbatas karena faktor- faktor fisik dan fungsional tertentu.
4. Masa penggunaan pattern of use.
Untuk membandingkan harga perolehan aktiva tehadap pendapatan, beban penyusutan periodik harus mencerminkan setepat mungkin pola
penggunaannya Muljo, 2007:215.
Beban penyusutan biasanya dicatat pada setiap akhir periode pembukuan biasanya akhir tahun buku, apakah kuartal, akhir semester, akhir tahun atau
pada saat terjadi transaksi tertentu yang menyangkut aset tetap seperti pada saat penjualan atau penarikan.
Jurnal pembebenan biaya penyusutan adalah sebagai berikut: Biaya
Penyusutan xxx
Akumulasi Penyusutan
xxx Biaya penyusutan dapat diklasifikasikan kedalam biaya overhead, biaya
penjualan, atau biaya umum dan administrasi, tergantung pada penggunaan aset tetap itu. Perkiraan akumulasi penyusutan merupakan perkiraan lawan terhadap
harga pokok aset tetap tersebut. Pengurangan ini dimaksudkan untuk menghitung nilai buku aset tetap yang bersangkutan Harahap, 2002:55.
2.2.4. Akuntansi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.4.1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi merupakan bahasa bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi bisnis dan hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu
Harahap, 2002:1. Warren dkk 2006:10 menjelaskan bahwa, secara umum akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan
laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
Komite teknologi AICPA The Committee on Terminology of the American Instititute of Certified Public Accountans mendefinisikan akuntansi
sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran transaksi serta kejadian yang bersifat keuangan, dengan cara yang berdaya guna dan dalam
bentuk satuan uang, serta interpretasi dari hasil proses tersebut Ikhsan dan Ishak, 2005:5.
Perspektif yang lebih luas ditawarkan oleh AAA American Accounting Association mendefinisikan akuntansi sebagai suatu proses pengidentifikasian,
pengukuran, dan pengkomunikasian informasi ekonomi yang memungkinkan pembuatan pertimbangan dan keputusan berinformasi oleh pemakai informasi
dan yang terkini Ikhsan dan Ishak, 2005:5. Menurut Suwardjono 2005:10, akuntansi dapat didefinisikan sebagai
seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu
lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian pelaporan informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Akuntansi juga dapat didefinisikan sebagai berikut, akuntansi adalah proses sistematis untuk mengolah transaksi menjadi informasi keuangan yang
bermanfaat bagi para penggunanya Warsono dkk, 2009:3. Dari pengertian yang telah disebutkan diatas dapat di simpulkan,
akuntansi merupakan suatu proses pencatatan dan pengolahan data-data keuangan sehingga menjadi laporan keuangan yang berguna bagi para pemakai
untuk pengambilan keputusan ekonomisnya. Dalam hal ini akuntansi berperan dalam penyediaan informasi keuangan organisasi, dimana informasi ini dapat
berfungsi sebagai media pertanggungjawaban dan sekaligus dapat digunakan untuk menilai kinerja dan manajemen.
2.2.4.2. Tujuan Akuntansi
Menurut Ikhsan dan Ishak 2005:6 informasi keuangan melalui pelaporan keuangan sebagai hasil dari sistem informasi keuangan memiliki
tujuan antara lain: 1.
Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan
keputusan dan pemberian kredit. 2.
Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukkan sumber-sumber ekonomi perusahaan serta asal dari kekayaan
tersebut. 3.
Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam melunasi utang-utangnya. 5.
Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pendanaan perusahaan.
6. Menyediakan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam
memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan.
Dalam arti sempit sebagai proses, fungsi, atau praktik dapat didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran,
pengakuan, pengklasifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar bahan olah akuntansi yang terjadi dari kejadian-kejadian,
transaksi-transaksi, atau kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang
berkepentingan Suwardjono. 2005:10.
2.2.4.3. Profesi di Bidang Akuntansi
Menurut Warsono dkk 2009:8, profesi di bidang akuntansi terdiri dari:
1. Penyusun laporan keuangan, sebagai pihak internal perusahaan yang
bertanggungjawab terhadap laporan keuangan yang diterbitkan. 2.
Analis laporan keuangan, sebagai pihak independen yang memberi konsultasi dan rekomendasi kepada orang atau lembaga yang ingin melihat
prospek suatu organisasi melalui evaluasi laporan keuangan. 3.
Auditor, sebagai pihak independen yang bertanggungjawab terhadap penilaian atas informasi keuangan suatu entitas. Terdapat beberapa tipe
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
auditor, yaiyu auditor internal, auditor eksternal, maupun auditor pemerintah.
4. Praktisi perpajakan, sebagai pihak independen yang memberikan konsultasi
dan rekomendasi tentang jumlah pajak yang harus dibayar individu maupun organisasi.
5. Manajer keuangan, sebagai pihak internal perusahaan yang berperan
mengoptimalkan pemerolehan dan penggunaan dana. 6.
Pengembang sisten informasi, sebagai pihak internal perusahaan atau pihak independen yang terlibat dalam pengembangan system informasi. Individu
yang kompeten dibidang akuntansi dapat memberikan usulan tentang system informasi yang sedang dikembangkan, atau terlibat dalam
perancangan dan implementasi sistem informasi.
2.2.4.4. Bidang Spesialisasi Akuntansi
Dalam praktik sehari-hari, terdapat dua bidang yang lazim ditemukan yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Bidang lainnya termasuk
akuntansi biaya, akuntansi lingkungan, akuntansi pajak, sistem akuntansi, akuntansi internasional, akuntansi untuk organisasi nirlaba, dan akuntansi sosial
Warren dkk, 2006:15. Akuntansi keuangan financial accounting terutama berkaitan dengan
pencatatan dan pelaporan data serta kegiatan ekonomi perusahaan. Walaupun laporan tersebut menghasilkan informasi yang berguna bagi manajer, namun hal
itu merupakan laporan utama bagi pemilik, kreditor, lembagapemerintah dan masyarakat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Akuntansi manajerial managerial accounting, atau akuntansi manajemen management accounting, menggunakan baik akuntansi keuangan
maupun data yang diestimasi untuk membantu manajemen dalam menjalankan operasi perusahaan sehari-hari dan merencanakan masa depan operasi. Akuntan
manajemen mengumpulkan dan melaporkan informasi relevan dan tepat waktu bagi pengambilan keputusan manajemen.
2.2.5. PSAK No. 16 dan Perubahannya
PSAK 16 2004 tentang aktiva tetap dan aktiva lain-lain menyatakan bahwa aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Pada pengakuan awal aktiva tetap, suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi
untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan adalah
jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva tetap pada saat perolehan atau
konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap dipergunakan IAI, 2004:16.1.
PSAK 16 2009 tentang Aset Tetap telah dinyatakan berlaku efektif pada Januari 2009 menggantikan PSAK No. 16 2004 tentang Aktiva Tetap
dan Aktiva Lain-lain dan PSAK No. 17 tentang Akuntansi Penyusutan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Terdapat beberapa perbedaan antara PSAK 16 2009 dengan PSAK 16 yang lama. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain:
1. Pergantian penggunaan istilah “aktiva” menjadi “aset” pada seluruh PSAK.
2. Pengukuran setelah pengakuan awal.
PSAK 16 2009 maupun PSAK 16 2004 mengatur bahwa suatu aset tetap aktiva tetap yang memenuhi kualifikasi untuk di akui sebagai aset
aktiva pada awalnya harus diukur sebagai biaya perolehan. Sedangkan dalam PSAK 16 2009, selain pengukuran dengan nilai perolehan tersebut masih ada
pilihan model pengukuran lain. Berdasarkan PSAK 16 2009, setiap entitas mempunyai 2 pilihan pencatatan akuntansi untuk pengukuran aset tetap setelah
pengukuran awal yaitu model biaya atau model revaluasi. Sedangkan PSAK 16 yang lama 2004 tidak memperbolehkan penggunaan model revaluasi dalam
pengukuran aktiva tetap. Revisi pada tahun 2009 terhadap PSAK 16 ini merupakan langkah baru
dalam acuan pengakuan aset tetap di dalam akuntansi di Indonesia. Sebelumnya, pengakuan nilai buku aktiva tetap disajikan dari nilai buku
dikurangi dengan akumulasi penyusutan, namun dengan revisi PSAK 16 tahun 2009 ini membuka alternatif lain penilaian aset tetap dengan cara revaluasi,
yaitu di hitung dengan wajar. Di dalam PSAK 16 2009 yang dimaksud aset tetap adalah aset
berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode IAI, 2009:16.2. Nilai yang dapat diakui sebagai aset tetap dalam standar ini
dapat dikategorikan dalam dua macam, yaitu biaya perolehan awal dan biaya setelah perolehan. Biaya perolehan awal sendiri baru boleh diakui sebagai aset
tetap adalah jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas, dan biaya perolehan
aset dapat diukur secara andal. Biaya-biaya yang terjadi setelah perolehan tersebut tidak semuanya dapat dikategorikan sebagai bagian dari aset tetap
dikapitalisasi ke dalam aset tetap. Syarat-syarat agar biaya setelah perolehan awal dapat dikapitalisasi hampir sama dengan syarat-syarat biaya tersebut dapat
diakui sebagai aset tetap, yang intinya adalah terdapat manfaat ekonomis di masa depan dan biaya tersebut dapat diukur secara handal.
Pada PSAK 16 2004 nilai dari aset dinilai berdasarkan haraga perolehan cost, dan pengukurannya menggunakan historical cost tanpa
mempertimbangan harga pasar, dan juga nilai aset tetap dapat berfluktuasi diantara saat aset itu dibeli dan saat dijual. Sedangkan pada PSAK 16 2009
dengan dilakukannya revaluasi terhadap aset tetap akan dapat menambah nilai nominalnya, yang juga akan berpengaruh terhadap perhitungan untung-rugi
secara fiskal, juga mungkin dapat menambah masa manfaatnya. Revaluasi aset tetap tersebut dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu, misalnya
karena devaluasi nilai rupiah, adanya kekurang sepadanan antara biaya historis penyusutan dengan tingkat harga yang berlaku, atau pertimbangan lainnya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.5.1. Pengukuran Aset Tetap
Adapun mengenai pengukuran aset tetap 2009 dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu:
1. Pengukuran awal ketika aset tersebut diperoleh.
Aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk dikategorikan sebagai aset tetap pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan adalah
jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau
konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam
PSAK lain. 2.
Pengukuran setelah pengakuan awal. Pengukuran aset tetap selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan
pada periode setelah aset tetap tersebut diperoleh. Di dalam PSAK 16 2009 terdapat perubahan yang signifikan mengenai perlakuan akuntansi
aset tetap terutama tentang pengukuran nilai asset tetap setelah perolehan. PSAK 16 2009 mengakui adanya dua metode dalam perlakuan akuntansi
aset tetap tersebut. Kedua metode itu adalah:
a. Metode biaya PSAK 2004 dan PSAK 2009.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dengan metode ini setelah diakui sebagai aset tetap, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi
rugi penurunan nilai aset. b.
Metode revaluasi PSAK 2009. Dengan metode ini setelah diakui sebgai aset tetap, suatu aset tetap yang
nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang
cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai
wajar pada tanggal neraca.
2.2.5.2. Revaluasi Aset
Tetap
Revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau
penurunan nilai aset tetap yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain. Sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan keuangan tidak lagi
mencerminkan nilai yang wajar. Tujuan revaluasi aset tetap perusahaan dimaksudkan agar perusahaan
dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya. Dengan
dilakukannya penilaian kembali terhadap aset tetap perusahaan maka terdapat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
selisih lebih aset tetap, dan terjadi penambahan nilai aset tetap sebesar selisih lebih tersebut, dan mengakibatkan besarnya beban penyusutan semakin
bertambah. Tindakan penilaian kembali ini dilakukan karena aset tetap yang didasarkan pada harga perolehan historical cost, dianggap kurang
mencerminkan nilai atau potensi nyata yang dimiliki perusahaan, sebagai akibat adanya fluktuasi harga atau nilai tukar yang cukup tinggi. Melalui penilaian
kembali ini nilai aset tetap bertambah besar menyebabkan beban penyusutan di tahun-tahun mendatang akan bertambah besar yang dapat berakibat pajak
penghasilan terutang berkurang. Selisih lebih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aset tetap
dibukukan dalam akun-akun selisih penilaian kembali aset tetap. Akun ini dibukukan lansung sebagai kenaikan modal dan tidak dapat diperlakukan
sebagai laba luar biasa. Jurnal yang diperlukan sehubungan dengan penilaian kembali Agustin, 2004:
a. Untuk mencatat penilaian kembali
Aset tetap
xxx Selisih lebih penilaian kembali aset tetap
xxx b.
Untuk mencatat perubahan akumulasi penyusutan Beban
penyusutan xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
c. Untuk mencatat pembebanan dan pembayaran pajak
Pajak penghasilan
revaluasi xxx
Kas xxx
Dalam penilaian profesi appraisal, digunakan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Nilai pasar wajar fair market value.
Nilai pasar wajar adalah harga yang dilekatkan pada proses jual beli di pasar pada saat tertentu di mana penjual dan pembeli masing-masing melakukan
secara sadar tanpa paksaaan serta mengetahui atau memiliki pengetahuan mengenai keadaan pasar serta kegunaan aset yang dimaksud.
2. Biaya produksi baru cost of replacement new.
Biaya produksi baru adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu aset atau barang sesuai dengan jenisnya yang dihitung
berdasarkan harga pasar setempat saat itu untuk bahan-bahan, upah kerja, alat produksi, biaya tak terduga, yang dikeluarkan dari keuntungan jasa kontraktor
tetapi tidak termasuk ongkos lembur atau potongan-potongan yang diberikan oleh leveransir atau pedagang.
3. Nilai sehat sound value.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Nilai sehat adalah nilai berdasarkan atas biaya reproduksi baru dikurangi penyusutan atau dengan memperhatikan sifatcirri fisik, kegunaan dan
pemanfaatan dari aset atau barang dimaksud Harahap, 2002:126. Penyusutan aset tetap yang telah dinilai kembali dapat dihitung dengan
dihitung dari jumlah harga perolehannya, yaitu : a.
Nilai penilaian kembali akan tampak di neraca dan penghasilan biaya atas dasar harga perolehan yang ditujukkan dalam laporan rugi-laba.
b. Depresiasi dicatat dengan mendebet rekening depresiasi dan mengkredit
rekening akumulasi depresiasi. c.
Untuk menghilangkan rekening modal penilaian kembali, maka setiap tahunnya selama umur penggunaan aset, modal penilaian kembali
diturunkan jumlahnya dengan mendebet rekening modal penilaian kembali dan mengkredit akumulasi depresiasi penilaian kembali.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam melakukan penilaian kembali revaluasi aktiva tetap berwujud, yaitu sebagai berikut:
1. Cost Bases
a. Current Cost Bases
Pendekatan Current Cost Bases dapat berupa Current Reproduction Cost biaya reproduksi sekarang. Biaya reproduksi sekarang aset
tetap adalah estimasi biaya yang diperlukan untuk memproduksi kembali aset tetap baru yang sejenis, pada harga sekarang dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menyesuaikan jumlah akumulasi npenyusutannya. Sedangkan biaya penggantian sekarang aset tetap adalah estimasi biaya yang
diperlukan untuk memperoleh aset tetap baru yang sejenis pada harga sekarang dengan menyesuaikan akumulasi penyusutannya.
b. Adjusted Historical Cost
Biaya historis yang disesuaikan merupakan dasar penilaian harga perolehan yang disesuaikan dengan tingkat harga umum. Dalam hal
ini, penyesuaian terhadap nilai aset tetap tersebut dilakukan dengan menggunakan indeks harga umum.
2. Income Capital Kapitalisasi Pendapatan
Pertimbangan utama dalam pendekatan kapitalisasi pendapatan adalah manfaat masa depan dari aset tetap yang digunakan. Masa manfaat
depan ini bias dinyatakan dalam nilai sekarang present value dari laba bersih atau arus kas bersih yang diharapkan dari aset tersebut.
3. Market DataComparative Approach
Pendekatan harga pasar dilakukan dengan cara membandingkan aset tetap yang akan direvaluasi dengan aset sejenis yang ada di pasaran.
Dasar penilaian lain yang merupakan variasi dari pendekatan data pasar adalah Fair Market Value nilai pasar wajar, yaitu suatu tingkat harga
dimana transaksi terjadi tanpa adanya tekanan Agustin, 2004. Dalam melaksanakan penilaian dipakai beberapa pendekatan antara lain:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Pendekatan data pasar.
Pendekatan data pasar adalah suatu metode penilaian di mana perkiraan nilai pasar berdasarkan atas nilai yang terjadi pada saat transaksi yang sejenis
sewaktu itu. 2.
Pendekatan biaya. Pendekatan biaya adalah suatu metode penilaian di mana nilai aset diperoleh
dari biaya reproduksi baru dikurangi penyusutan.
3. Pendekatan Pendapatan.
Pendekatan pendapatan adalah suatu metode penilaian di mana keuntungan bersih dianalisis guna mendapatkan besarnya jumlah investasi dalam
menghasilkan keuntungan tersebut Harahap, 2002:126. Langkah revaluasi aset tetap dapat memberikan beberapa manfaat:
1. Laporan laba rugi
Kenaikan nilai aset tetap, mempunyai konsekuensi naiknya beban penyusutan aset tetap yang dibebankan kedalam laba rugi, atau dibebankan
ke harga pokok produksi, yang dapat berpengaruh pada besarnya PPh badan terutang.
2. Neraca
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Menunjukkan posisi kekayaan yang wajar. Dengan demikian berarti pemakai laporan keuangan menerima informasi yang lebih akurat. Selisih
lebih penilaian kembali tersebut digunakan tambahan cadangan modal.
2.2.5.3. Perbedaan Antara PSAK No. 16 Tahun 2004 dengan PSAK Tahun 2009 PSAK No. 16 Tahun 2009
PSAK No. 16 Tahun 2004 Perubahan
Dalam Standar Akuntasi Keuangan SAK 1 Juli 2009, PSAK No. 17
Tahun 2004 tentang Akuntasi Penyusutan dihilangkan dan
pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 16 Tahun 2009 tentang Aset Tetap
Dalam Standar Akuntansi Keuangan SAK 1 Oktober 2004, PSAK No. 17
Tahun 2004 tentang Akuntansi Penyusutan pengaturannya dipisahkan
dengan PSAK No. 16 Tahun 2004 tentang Akitva Tetap dan Aktiva Lain-
lain
Penggantian
Penggantian penggunaan istilah “Aktiva” menjadi “Aset” dalam
seluruh PSAK. Penggantian penggunaan isitlah ini disebabkan
karena istilah aset lebih deskriptif untuk mempresentasikan makna yang
dikandung dalam definisi. Istilah aktva dari bahasa Jerman: aktiva yang
berarti aktif mempunyai makna teknis yaitu sesuatu yang secara aktif atau
fisis dikelola oleh entitas sebagai lawan dari pasiva yang merupakan
asal sumber dari seuatu tersebut. Jadi, aset lebih mengadung makna
semantik daripada aktiva Masih menggunakan istilah “Aktiva”.
Komponen Biaya Perolehan
Dalam PSAK NO. 16 Tahun 2009 Par. 17, dijelaskan bahwa yang termasuk
biaya yang dapat diatribusikan secara langsung diantaranya adalah:
1. biaya imbalan kerja yang timbul Dalam PSAK No. 16 Tahun 2004 Par.
14, dijelaskan bahwa contoh biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung diantaranya : 1. biaya persiapan tempat;
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap;
2. biaya penyiapan lahan untuk pabrik; 3. biaya handling dan penyerahan
awal; 4. biaya perakitan dan instalasi;
5. biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah
dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan
dengan pengujian tersebut; 6. komisi professional
2. biaya pengiriman awal intial delivery dan biaya simpan dan
bongkar muat handling costs; 3. biaya pemasangan installation
costs; dan 4. biaya profesional seperti arsitek dan
insinyur. Dapat kita lihat bahwa poin 1 dan 5
tidak termasuk dalam contoh biaya yang dapat diatribusikan langsung
dalam PSAK No. 16 Tahun 2004 Par. 14.
Bukan Komponen Biaya Perolehan
Dalam PSAK No. 16 Revisi 2007Par. 21,
dijelaskan mengenai hal-hal yang termasuk dalam
komponen biaya perolehan aset tetap Penjelasan PSAK No. 16 Revisi
2007 Par. 21, tidak dipaparkan dalam PSAK No. 16
Tahun 2004. Pertukaran Aset Tetap
Dalam hal Pertukaran Aset Tetap, PSAK No. 16 Tahun 2009
menjelaskannya dalam Par. 24., dimana tidak dibedakan antara
perlakuan pencatatan atas pertukaran aset tetap yang sejenis maupun tidak
sejenis. Dalam PSAK No. 16 Tahun 2004
dibedakan antara perlakuan pencatatan atas pertukaran aset tetap sejenis Par.
21 dan pertukaran aset tetap tidak sejenis Par. 20.
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Kita ketahui dalam hal pengukuran awal, dimana dalam PSAK No. 16
Tahun 2009 diatur dalam Par. 15 dan dalam PSAK No. 16 Tahun 2004
diatur dalam Par. 13, dimana keduanya mengatur bahwa pada awalnya suatu
aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset harus diukur
sebesar biaya perolehan. Tetapi kemudian sehubungan dengan
pengukuran setelah pengakuan awal, PSAK No. 16 Tahun 2009 Par. 29
menyatakan bahwa suatu entitas mempunyai dua pilihan pencatatan
akuntansi untuk pengukuran aset tetap Mengenai pengukuran setelah
pengakuan awal pada dasarnya PSAK No. 16 Tahun 2004 tidak
memperbolehkan penggunaan model revaluasi. Penggunaan model ini
hanya mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah Par. 29.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
setelah pengakuan awal, yaitu a model biaya, atau b model revaluasi.
Penelaahan Ulang Nilai Residu dan Umur Manfaat
Dalam penelaahan ulang nilai residu dan umur manfaat PSAK No. 16
Tahun 2009 Par. 54 mengatur bahwa review nilai residu dan umur manfaat
harus dilakukan minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil
review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut
harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan
PSAK No. 25. Dalam PSAK No. 16 tahun 2004 Par.
39 mengatur bahwa masa manfaat suatu aktiva tetap harus ditelaah ulang
secara periodik dan jika harapan berbeda secara siginifikan dengan
estimasi sebelumnya beban penyusutan untuk periode sekarang
dan masa yang akan datang harus disesuaikan. Dalam PSAK ini tidak
dijelaskan bahwa perbedaan harus diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi.
Hibah Pemerintah dan Aktiva Donasi
Dalam PSAK No. 16 Tahun 2009 Par. 28 diatur mengenai hibah pemerintah.
Hibah pemerintah memang termasuk ke dalam aktiva donasi, tetapi PSAK
No. 16 Revisi 2007 ini tidak mengatur mengenai aktiva donasi
secara umum. Dalam PSAK No. 16 Tahun 2004 Par.
22 diatur mengenai aktiva donasi tetapi tidak diatur mengenai hibah
pemerintah.
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Mengenai perlakuan akuntansi terhadap aset tetap yang tersedia untuk
dijual, diatur dalam PSAK No. 16 Tahun 2009 Par. 25.
Tidak ada pengaturan seperti yang dijelaskan dalam
Par. 45 PSAK No. 16 Tahun 2009.
Penyusutan
PSAK No. 16 Tahun 2009 Par. 46 yang mengatur megnenai penyusutan
yang menyatakan bahwa setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya
perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset
harus disusutkan secara terpisah. PSAK No. 16 Tahun 2004 tidak
menjelaskan pengaturan seperti dalam PSAK No. 16 Revisi 2007 Par. 46.
Aktiva Lain-lain
Tidak ada pengaturan mengenai aktiva
lain-lain.
Mengenai aktiva lain-lain diatur dalam Par. 76 dan 77.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.5.4. IFRS dan Indo-GAAP
IFRS IAS 16 tentanng, Property, Plant and Equipment
Aktiva tetap berwujud dapat dinilai dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu model revaluasi dan model harga perolehan. Selisih yang
timbul akibat revaluasi diakui sebagai “surplus revaluasi” yang di kelompokkan sebagai bagian ekuitas IAS 16 par.30-31, 39.
Metode penyusutan yang digunakan untuk aktiva tetap ditelaah ulang secara periodik. Koreksi akibat penelaahan ini akan diperlakukan sesuai dengan IAS 8
IAS 16 par.61. Biaya penghentian aktiva dikapitalisasi ke dalam harga perolehan aktiva
sebagaimana diatur dalam IAS 37, “Provision, Contingent Liabilities and Contigent Assets” IAS 16 par.14.
Manajemen diwajibkan melakukan review atas nilai risidu dan manfaat aktiva setiap akhir tahun, dan apabila harapan berbeda secara signifikan dengan
estimasi sebelumnya, mana beban penyusutan masa sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan dengan menggunakan IAS 8 tentang
“Accounting Policies, Change in Accounting Estimates and Errors” IAS 16 par.51.
Manajemen diwajibkan melakukan review atas model penyusutan secara periodic dan jika terdapat perubahan signifikan dengan pola pemanfaatan
ekonomi yang diharapkan dari aktiva tersebut, metode penyusutan harus dirubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut dengan menggunakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
IAS 8 tentang “Accounting Policies, Change in Accounting Estimates and Errors” IAS 16 par.16.
Indo-GAAP PSAK 16 Tahun 2009 tentang Aset Tetap
Sama seperti IAS 16, aktiva tetap berwujud dapat dinilai dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu model revaluasi dan model harga
perolehan. Selisish yang timbul akibat revaluasi diakui sebagai “surplus revaluasi” yang dikelompokkan sebagai bagian ekuitas PSAK 16R par.30-31.
Sama seperti IAS 16, metode penyusutan yang digunakan untuk kativa tetap ditelaah ulang secara periodic. Koreksi akibat penelaahan ini akan
diperlakukan sesuai dengan PSAK 25 PSAK 16R par.64. Sama seperti IAS 16, biaya penghentian aktiva dikapitalisasi ke dalam
harga perolehan aktiva sebagaimana diatur dalam PSAK 57 PSAK 16R par18. Sama seperti IAS 16, manajemen diwajibkan melakukan review atas
nilai residu dan manfaat aktiva setiap akhir tahun, dan apabila harapan berbeda secara signifikan dengan estimasi sebelumnya, maka beban penyusutan masa
sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan dengan menggunakan IAS 8 tentang “Accounting Policies, Change in Accounting Estimates and
Errors” PSAK 16R 16 par.54. Sama seperti IAS 16, manajemen diwajibkan melakukan review atas
metode penyusutan secara periodic dan jika terdapat perubahan signifikan dangan pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan dari aktiva tersebut, metode
penyusutan harus dirubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menggunakan IAS 8 tentang “Accounting Policies, Change in Accounting Estimates and Errors” PSAK 16R par.64.
Sama seperti IAS 16, biaya penghentian aktiva asset retirement obligation harus dikapitalisasi sebagai bagian harga perolehan aktiva tetap
PSAK 16R par.16 Purba, 2010:122.
2.2.6. Pemahaman Akuntansi Tentang Aset Tetap
Paham dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti pandai atau mengerti benar, sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan
memahami atau memahamkan. Pemahaman seorang mahasiswa tidak hanya dilihat dari nilai-nilai yang di dapat dari mata kuliah saja namun juga sejauh
mana seorang mahasiswa mampu memahami konsep-konsep yang terkait. Hal ini disebabkan karena setiap individu mempunyai perbedaan dalam memproses
informasi yang diperoleh. Pemahaman akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan seberapa mengerti
seorang mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari yaitu mata kuliah-mata kuliah akuntansi. Tanda seorang mahasiswa memahami akuntansi tidak hanya
ditunjukkan dari nilai-nilai yang di dapatkannya dalam mata kuliah, tetapi juga apabila mahasiswa tersebut mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang
terkait. Pemahaman akuntansi tentang aset tetap adalah seberapa mengerti
mahasiswa akan topik akuntansi yaitu tentang aset tetap. Khususnya mengenai perubahan pada pencatatan akuntansi untuk pengukuran aset tetap setelah
pengakuan awal. Yang pada PSAK 16 lama 2004 tidak memperbolehkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penggunaan model revaluasi dalam pengukuran aset tetap. Namun PSAK 16 2009 setiap entitas mempunyai 2 pilihan pencatatan akuntansi untuk
pengukuran aset tetap, yaitu model biaya atau model revaluasi. Metode biaya PSAK 2004 dan PSAK 2009 setelah diakui sebgai aset,
suatu aset tetap di catat pada harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Metode revaluasian 2009 setelah
diakui sebagai aset tetap, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi IAI, 2009:16.6.
2.2.7. PSAK No. 16 Terhadap Pemahaman Akuntansi Tentang Aset Tetap