Mampu dan mau Perilaku tugas rendah dan perilaku
hubungan rendah Dari tabel 2 tersebut dijelaskan bahwa bawahan yang kematangannya
rendah M1 lebih cocok dipimpin dengan gaya direktif; bawahan dengan tingkat kematangannya rendah-sedang M2 lebih cocok dipimpin dengan gaya
konsultatif; bawahan dengan tingkat kematangan sedang-tinggi M3 lebih cocok dipimpin dengan gaya partisipatif; sedangkan bawahan dengan tingkat
kematangan tinggi M4 lebih cocok dipimpin dengan gaya delegatif. Di samping kecenderungan mempraktekkan gaya kepemimpinan
situasional, kepala sekolah yang efektif dalam mengembangkan budaya dan iklim sekolah melakukan hal-hal berikut.
1. Melakukan pengambilan keputusan partisipatif
Keputusan penting, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah perlu melibatkan para guru dan staf. Keterlibatan
mereka menjadi sangat penting karena: 1 kepala sekolah sebagai pimpinan dapat menerima masukan dari berbagai sudut pandang; 2
dapat meningkatkan kualitas keputusan, 3 dapat memberikan penghargaan kepada guru dan staf atas pendapat-pendapat mereka, dan
4 dapat mengikat komitmen mereka dalam melaksanakan dan mengawasi keputusan.
Mekanisme pengambilan keputusan partisipatif dapat dilakukan secara formal maupun informal. Secara formal dilakukan melalui rapat-
rapat sekolah, sedangkan secara informal dilakukan melalui pertemuan- pertemuan insidentil seperti arisan, olahraga, dan lain sebagainya. Selain
itu, kepala sekolah juga perlu melibatkan pengurus komite sekolah bahkan orangtua dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pengembangan
sekolah.
2. Melakukan kegiatan supervisi.
111
Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan di sekolah, khususnya
dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat bagian mana dari kegiatan sekolah yang masih kurang dan
diupayakan untuk diperbaiki. Demikian pula, kegiatan yang sudah baik diupayakan untuk dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.
Kegiatan supervisi tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas saja, tetapi juga pada aspek-aspek administrasi yang
berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran yeng efektif. Aspek-aspek administrasi yang dimaksud misalnya, ketersediaan
administrasi kesiswaan yang rapi dan informatif, kumpulan soal, administrasi penilaian, dan lain-lain.
Waktu pelaksanaan supervisi kadang-kadang tidak perlu dirancang waktunya, namun perlu dilakukan secara berkesinambungan. Kapan
diperlukan dan dirasakan perlunya peningkatan, maka supervisi dilaksanakan. Biasanya, supervisi ini dilakukan oleh kepala sekolah atau
pengawas. Efektivitas sebuah proses pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-
faktor sebagai berikut: 1 siswa, 2 guru, 3, kurikulum, 4 sarana dan prasarana, dan 6 lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah dibagi ke
dalam empat aspek seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan personil, dan lingkungan kerja. Faktor-faktor inilah yang menjadi ruang
lingkup kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Beberapa cara yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam
melakukan kegiatan supervisi budaya dan iklim sekolah adalah: a
Kepala sekolah melakukan kunjungan-kunjungan kelas untuk mengamati secara langsung kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan budaya serta iklim sekolah yang
112
tercipta. Kunjungan kelas dapat dilakukan secara tiba-tiba atau atas kesepakatan antara kepala sekolah dan guru.
b Kepala sekolah membantu guru dalam mengidentifikasi
kesulitan yang dihadapi guru dalam pembelajaran dan faktor penciptaan budaya dan iklim belajar siswa. Kesulitan-kesulitan
itu dapat berhubungan dengan strategi pembelajaran, pengelolaan kelas maupun materi pembelajaran.
c Kepala sekolah bersama guru mendiskusikan cara-cara
pemecahan masalah guru. Diskusi diharapkan menghasilkan diagnosis pemecahan dan secara bersama mengupayakan
tindak lanjut untuk memperbaikinya. d
Contoh lembar kegiatan supervisi dapat dilihat pada lampiran kegiatan supervisi yang terdapat di bagian akhir dari bab ini.
3. Memberdayakan warga sekolah