Parameter validitas metode analisis

Menurut Mulja dan Suharman 1995, analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: a. analisis kuantitatif penetapan zat tunggal analisis satu komponen. b. analisis kuantitatif penetapan campuran dua macam zat analisis dua komponen. c. analisis kuantitatif penetapan campuran tiga macam zat atau lebih analisis multi komponen. Penggunaan spektrofotometri serapan dalam perkembangannya dapat diperluas dengan adanya zat berwarna baik yang terbentuk dari asalnya maupun akibat bereaksi dengan zat lain. Menurut Fell 1986, reaksi warna akan menambah selektivitas dan sensitivitas dari suatu senyawa bila dibandingkan pengukurannya secara spektrofotometri UV. Reaksi tersebut umunya digunakan sebagai modifikasi serapan molekul suatu senyawa sehingga dapat dideteksi pada daerah tampak. Menurut Vogel 1987, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam reaksi warna adalah kespesifisikan zat warna, kesebandingan antara warna dengan konsentrasi, kestabilan warna yang dihasilkan, reprodusibilitas, kejernihan larutan yang dihasilkan, dan kepekaan yang tinggi dari reaksi warna.

E. Parameter Validitas dan Kategori Metode Analisis

1. Parameter validitas metode analisis

Validasi metode analisis adalah suatu prosedur yang digunakan untuk membuktikan apakah suatu metode analisis memenuhi persyaratan yang ditentukan atau tidak Anonim, 2005. Ada beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis, yaitu: a. akurasi suatu metode merupakan keterdekatan hasil pengukuran dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali recovery analit yang ditambahkan Anonim, 2005. Berikut adalah kriteria penerimaan akurasi berdasarkan kadar analit Yuwono dan Indrayanto, 2005 : Tabel I. Kriteria penerimaan akurasi pada konsentrasi analit yang berbeda Kadar analit Rata-rata perolehan kembali 100 98-102 ≥ 10 98-102 ≥ 1 97-103 ≥ 0,1 95-105 0,01 90-107 Akurasi untuk kadar obat yang besar adalah 95-105 sedangkan untuk bioanalisis rentang 80-120 masih bisa diterima Mulja dan Hanwar, 2003. b. presisi adalah derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diperoleh dari pengambilan sampel yang berulang dari suatu sampel yang homogen dengan menggunakan suatu metode analisis. Presisi biasanya dinyatakan dengan coefficient of variation CV atau relative standard deviation RSD Anonim, 2005. Menurut Anonim 2005, presisi terdiri dari 3 macam, yaitu: 1 Reproducibility adalah keseksamaan metode bila analisis dikerjakan di laboratorium yang berbeda. 2 Intermediate precision adalah keseksamaan metode jika analisis dikerjakan di laboratorium yang sama pada hari yang berbeda atau analis yang berbeda atau peralatan yang berbeda. 3 Repeatability adalah keseksamaan metode jika analisis dilakukan oleh analis yang sama dengan peralatan yang sama pada interval waktu yang pendek. Berikut adalah kriteria penerimaan presisi berdasarkan kadar analit Yuwono dan Indrayanto, 2005 : Tabel II. Kriteria penerimaan presisi pada konsentrasi analit yang berbeda Kadar analit CV 100 1,3 ≥ 10 2,7 ≥ 1 2,8 ≥ 0,1 3,7 0,01 5,3 Unttuk bioanalisis nilai CV 15-20 masih dapat diterima Mulja dan Hanwar, 2003. c. spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode untuk mengukur dengan akurat respon analit diantara seluruh komponen sampel potensial yang ada dalam matrik sampel. Spesifisitas metode analisis ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil degradasi, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, atau pembawa placebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tersebut Anonim, 2005. d. detection limit adalah konmsentrasi terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi, tetapi tidak perlu untuk diukur. Menurut dokumen ICH, pendekatan dilakukan dengan membandingkan respon pengukuran antara sampel dengan blangko. Rasio signal-to-noise yang diterima adalah 2:1 atau 3:1 Anonim, 2005. e. quantitation limit adalah pengukuran secara kuantitatif untuk konsentrasi terkecil yang diukur dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima di bawah kondisi percobaan yang ditetapkan dengan metode tersebut. Menurut dokumen ICH, pendekatan dilakukan dengan membandingkan respon pengukuran antara sampel dengan blangko. Rasio signal-to-noise yang diterima adalah 10:1 Anonim, 2005. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI f. linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel dengan rentang yang ada. Untuk memperoleh linearitas antara respon analit dengan konsentrasi, data penelitian yang diperoleh harus dimasukkan ke dalam persamaan matematika, untuk memperkirakan besarnya derajat linearitas Anonim, 2005. Persyaratan data linearitas yang dapat diterima adalah jika memenuhi nilai koefisien korelasi r 0,999 atau nilai variasi fungsi Vx ≤ 2 Mulja dan Hanwar, 2003. g. range suatu metode analisis diartikan sebagai interval antara kadar terendah sampai tertinggi analit yang dapat diukur secara kuantitatif menggunakan metode analisis tertentu dan menghasilkan ketelitian dan ketepatan, dan linearitas yang mencukupi Anonim, 2005.

2. Kategori metode analisis