konsentrasi sefadroksil dengan serapan senyawa hasil reaksi antara asetilaseton dan formalin dapat dilihat pada lembar lampiran 8.
Lineritas yang dapat dipakai untuk analisis adalah apabila persamaan kurva bakunya memiliki nilai koefisien korelasi r hitung yang lebih besar dari nilai
koefisien korelasi r tabel. Setelah dibandingkan dengan r tabel pada taraf kepercayaan 99, df 3, terlihat bahwa semua nilai r hitung lebih besar daripada r
tabel yaitu 0,959 Cann, 2003. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua persamaan kurva baku yang diperoleh memiliki linearitas yang baik dan dapat digunakan untuk
menetapkan kadar sefadroksil dalam sampel. Persamaan kurva baku yang digunakan dalam penelitian ini untuk perhitungan kadar sefadroksil adalah y = 1,1224 x +
0,0834 dengan r = 0,9999, karena nilai r yang diperoleh dari persamaan ini paling besar dan mendekati satu bila dibandingkan dengan r dari persamaan lain. Nilai r
persamaan kurva baku yang semakin mendekati satu menggambarkan adanya suatu korelasi yang semakin baik antara variabel bebas dan variabel tergantung.
6. Penetapan kadar sefadroksil dalam sediaan kapsul X
Langkah pertama yang dilakukan pada penetapan kadar sampel adalah perhitungan bobot rata-rata sampel sefadroksil yang terdapat dalam sediaan kapsul
X. Perhitungan bobot rata-rata ini dilakukan dengan menimbang 20 kapsul satu persatu, dilanjutkan dengan mengeluarkan seluruh isi kapsul dan kemudian
menimbang cangkang kapsul kosong. Dari hasil penimbangan, didapatkan bobot rata-rata isi kapsul adalah 551,8 mg data penimbangan secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran 9. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data serapan penetapan kadar sefadroksil diperoleh dari pembacaan serapan senyawa hasil reaksi antara larutan sampel sefadroksil dengan asetilaseton dan
formalin pada panjang gelombang 401 nm. Data serapan tersebut kemudian diolah dengan menggunakan persamaan kurva baku y = 1,1224 x + 0,0834 sehingga
diperoleh kadar terukur sefadroksil dalam larutan sampel. Hasil penetapan kadar sefadroksil dalam sediaan kapsul X dapat dilihat pada tabel IX.
Tabel IX. Data penetapan kadar sampel sefadroksil dalam sediaan kapsul X menggunakan metode spektrofotometri visibel dengan pereaksi asetilaseton dan formalin
״ Bobot
sampel sefadroksil
mg Serapan
pada
λ
401 nm
Kadar sefadroksil
dalam sejumlah sampel
mg Kadar
sefadroksil per kapsul
mg kadar
sefadroksil CV
0,575 109,500
478,307 95,66
0,586 112,000
489,227 97,84
126,3 0,590
112,875 493,049
98,61 1,57
0,587 112,125
489,773 97,95
0,594 113,750
496,871 99,37
126,3 0,598
114,625 500,693
100,14 1,12
0,576 109,750
479,399 95,88
0,585 111,750
488,135 97,63
126,4 0,592
113,250 494,687
98,94 1,57
0,595 114,000
497,963 99,59
0,583 111,250
485,951 97,19
126,3 0,591
113,000 493,595
98,72 1,23
x
112,323 490,637
97,88 1,37
= serapan senyawa hasil reaksi antara sefadroksil dengan asetilaseton dan formalin ״ = cara perhitungan pada lampiran 10 dan 13
Penetapan kadar sefadroksil dalam sediaan kapsul X dilakukan dengan empat kali replikasi penimbangan dan untuk masing-masing penimbangan dilakukan
replikasi pemipetan sebanyak tiga kali. Replikasi pemipetan dilakukan untuk mengetahui reprodusibilitas dari serapan yang dihasilkan.
Rata-rata kadar sefadroksil dalam sampel untuk empat kali penimbangan adalah 97,88 atau 490,637 mgkapsul dengan CV = 1,37. Menurut Anonim
2005, kapsul sefadroksil mengandung tidak kurang dari 90 dan tidak lebih dari 120 dari jumlah yang tertera pada etiket. Menurut label pada sediaan X, sefadroksil
yang terdapat dalam kapsul adalah sebesar 500 mg. Dengan demikian, sediaan tersebut seharusnya mengandung sefadroksil tidak kurang dari 450 mg dan tidak
lebih dari 600 mg. Berdasarkan data pada tabel IX di atas diperoleh bahwa kadar sefadroksil per kapsul tidak ada satupun yang berada di luar rentang 450-600 mg.
Hasil penetapan kadar sefadroksil dalam sediaan kapsul X memenuhi persyaratan yang disebutkan di atas, dan selanjutnya dapat ditetapkan nilai perolehan kembali
recovery.
B. Analisis Hasil