D. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun M. tanarius
Metode yang dipilih dalam ekstraksi adalah maserasi. Maserasi dipilih karena dalam pembuatan ekstrak mengikuti ketentuan Farmakope Herbal
Indonesia yaitu membuat ekstrak dari serbuk sering simplisia dengan metode maserasi menggunakan pelarut yang sesuai Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2009. Ekstraksi menggunakan metode maserasi lebih sederhana, tidak terlalu banyak menggunakan pelarut dan karena tidak menggunakan proses
pemanasan maka zat aktif didalamnya dapat terjaga. Digunakan pelarut etanol 70 yang dapat menyari sebagian besar metabolit sekunder yang terkandung
dalam serbuk simplisia Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985. Perbandingan serbuk dengan penyari yang digunakan 1 : 10. Etanol 70 sangat
efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal Voight, 1995. Etanol telah dikenal sebagai pelarut yang mampu mengekstraksi komponen yang
memiliki aktivitas antimikroba Bala, et al., 2011. Etanol dapat melarutkan komponen antimikroba dalam daun M. tanarius seperti senyawa fenolik,
flavonoid, tanin, dan saponin Harborne, 1987. Maserasi macerase = mengairi, melunakkan adalah cara ekstraksi yang
paling sederhana. Bahan simplisia yang telah dihaluskan disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya
langsung untuk mencegah reaksi dikatalisis cahaya atau perubahan warna. Pemilihan waktu lamanya maserasi dapat berbeda-beda, namun waktu lima hari
dirasa memadai untuk memungkinkan berlangsungnya proses dasar maserasi. Prinsip maserasi adalah pelarutan bahan kandungan simpilisia dari sel yang sudah
rusak dan difusi bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Maserasi selesai berarti keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dengan yang masuk dalam cairan telah tercapai, maka proses difusi akan segera berakhir. Rendaman harus dikocok berulang-ulang ± tiga kali sehari agar
keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif.
Secara teoritis, pada suatu maserasi tidak memungkinkan ekstraksi absolute. Semakin besar perbandingan simplisia dengan pelarut maka semakin banyak hasil
yang diperoleh Voight, 1995. Ekstrak kental ditimbang hingga bobot tetap untuk memastikan pelarut benar-benar hilang. Penimbangan dinyatakan sudah mencapai
bobot tetap apabila perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut setelah dikeringkan selama 1 jam tidak lebih dari 0,25 atau perbedaan penimbangan
seperti tersebut diatas tidak melebihi 0,5 mg pada penimbangan dengan timbangan analitik Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009.
Pada proses maserasi dilakukan replikasi tiga kali, dengan jumlah serbuk yang sama, yaitu 30 g dan pelarut etanol 70 dengan perbandingan yang sama
serta perlakuan yang sama. Didapatkan ekstrak sebanyak 5,29 g; 5 g; dan 4,71 g yang selanjutnya masing
– masing dibuat seri konsentrasi 5, 10, 20, 40, dan 80 50 mgmL, 100 mgmL, 200 mgmL, 400 mgmL, dan 800 mgmL.
Berdasarkan hasil tersebut, rendemen yang didapatkan 16,7. Ekstrak tersebut digunakan untuk uji potensi antibakteri, uji KHM KBM dan uji kualitatif
kromatografi lapis tipis KLT.
E. Uji Fitokimia Daun M. tanarius