sertakan kata kunci jawabannya. Jika penilaian berbentuk proses susunlah rubriknya dan indikator masing-masingnya.
6. Novel
Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi, yang banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu
cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, reprentatif dalam suatu alur Tarigan, 2012:16. Novel merupakan bentuk
karya sastra sekaligus disebut fiksi, novel berarti sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang, tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek. Oleh
sebab itu novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak
melibatkan permasalahan yang lebih kompleks. Novel sebagai karya sastra dapat memberikan hiburan dan manfaat bagi pembaca Nurgiantoro, 1995:
11. Novel dikatakan sebagai hiburan, karena didalamnya tersaji suatu cerita
yang indah. Pemilihan bahasa yang estetis dapat memberikan katarsis terhadap pembaca. Novel juga memberikan kegunaan bagi pembaca, karena di dalam
karya sastra banyak terkandung pesan moral yang dapat diresapi, dan mempengaruhi pembaca dalam kehidupan sehari-hari dalam berperilaku
Wellek dan Warren, 1990: 26. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi unsur intrinsik tokoh dan penokohannya saja. Karena tokoh dan penokohan memiliki sub bab yang
penting untuk diteliti maka peneliti menguraikan tokoh menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh menurut sifatnya, yaitu tokoh
protagonis dan antagonis, sedangkan tokoh bawahan di bagi menjadi tokoh andalan dan tokoh tambahan. Selain tokoh peneliti juga akan meneliti
penokohannya, yaitu dengan cara menentukan teknik analitik dan teknik dramatik dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman karena peneliti
merasa bahwa unsur intrinsik tokoh dan penokohan serta sub-sub bab dalam materi tersebut penting untuk dianalisis dengan pendekatan kooperatif model
jigsaw untuk siswa SMA kelas XI semester I.
7. Tokoh
Tokoh menunjuk pada orang sebagai pelaku cerita. Abrams dalam Nurgiantoro, 2002: 165, memaparkan tokoh cerita adalah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu. Seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembaca dan
penyampaian pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Berdasarkan fungsi tokoh dalam
cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.
a. Tokoh Sentral
Tokoh sentral atau tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang
paling banyak diceritakan, sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
kejadian. Syarat tokoh utama Nurgiantoro, 2007: 176, yaitu:
1 Menjadi pusat penceritaan
2 Paling terlibat dalam konflik dan klimaks
3 Paling banyak berkaitan dengan tokoh-tokoh lain
4 Membawakan moral dan tema cerita
5 Dalam konflik dan klimaks menjadi sang pemenang
6 Didukung oleh frekuensi kemunculan
Di dalam tokoh sentral atau tokoh utama terdapat a tokoh protagonis dan b tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peranan
pimpinan dalam cerita. Tokoh ini ialah, tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, dan merupakan perwujudan norma-
norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh antagonis adalah tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik dan ketegangan. Konflik
antara tokoh protagonis dan tokoh antagonis ini akan berkembang terus.
b. Tokoh Bawahan
Tokoh bawahan atau tokoh sampingan adalah tokoh-tokoh yang membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan Waluyo, 2011: 19 dibedakan lagi
menjadi dua, yaitu: 1
Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang bisa diandalkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam
cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama.
Istilah “tokoh” menunjukkan pada orangnya, dalam hal ini berperan sebagai pelaku cerita. Penggunaan istilah “karakter” sendiri dalam berbagai literatur
bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan,
emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut Staton dalam Waluyo dan Santosa. Dengan demikian character dapat berarti pelaku cerita
dan dapat pula berarti “perwatakan”. Antara seorang tokoh dan perwatakan yang dimilikinya memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama
tokoh tertentu, tak jarang langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang dimilikinya Wahyuningtyas dan Santosa, 2011: 3-5.
8. Penokohan
Individu yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita menurut Sudjiman dalam Ismawati, 2013: 70.
Penokohan tokoh cerita mempunyai watak atau karakter yang mewarnai cerita tersebut. Ada yang berwatak jujur, penolong, humor, lucu, rajin, hormat,
pengasih, penyayang, sabar. Atau berwatak keras, penantang, mudah tersinggung, kikir, sadis, kasar, cemburu, mudah curiga, pemalu, dan
sabagainya. Pelukisan tokoh cerita membantu kita memahami jalan cerita serta tema yang tersirat dalam cerita itu.
Pelukisan sang tokoh dengan wataknya akan mempermudah kita memahami alur cerita.
Teknik penggambaran tokoh menurut Altenbernd dan Lewis dalam
Waluyo, 2011: 3 adalah sebagai berikut.
1 Secara analitik, yaitu pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan
memberikan deskripsi, uraian, dan penjelasan secara langsung.
2 Secara dramatik, yaitu pengarang tidak langsung mendeskripsikan sikap,
sifat, dan tingkah laku tokoh. Melainkan membiarkan karakternya muncul sendiri lewat gambaran ucapan, perbuatan dan komentar atau
penilaian tokoh maupun pelaku lain. Watak tokoh disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan dan lakuan tokoh. Bahkan dari penampilan fisik
dan gambaran lingkungan maupun tempat tokoh. Cakapan maupun lakuan tokoh dan pikiran tokoh yang dipaparkan oleh pencerita bisa
menyiratkan sifat wataknya. Metode ini membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri watak tokohnya.
9. Pendekatan Struktural