bahas oleh kelompok ahli, yaitu: 1 tokoh utama; 2 tokoh tambahan; 3 teknik analitik dan; 4 teknik daramatik.
3. Diskusi Kelompok Ahli
Dalam kelompok ahli, siswa yang mendapat topik materi yang sama berkumpul dan membentuk kelompok baru yang disebut sebagai tim ahli.
A. Tokoh
1. Tokoh Utama Sentral
Berdasarkan penelusuran tokoh dan penokohan pada novel 728 Hari karya Djono W. Oesman, peneliti menemukan adanya tokoh utama dalam novel
tersebut, yaitu Eva Meliana Santi atau Eva, karena tokoh ini menjadi sorotan utama dalam penceritaan keseluruhan novel. Penelusuran ini juga didasarkan
pada intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita dari peristiwa awal hingga akhir cerita. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam
kutipan di bawah ini: a.
Pusat penceritaan Pusat Penceritaan pada novel dimulai saat dr Yudha memeriksa Eva dan
melihat ruam-ruam merah di bagian pipi dan tanda-tanda lainnya termasuk rambut Eva yang sering rontok. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan:
1 Dokter mengamati ruam merah di pipi. Itu menjadi perhatian dia sejak
kemarin. Disenter, seolah ingin menerobos pori-pori. Lalu, pindah memencet-mencet siku kiri-kanan. Lutut kiri-kanan juga lalu
menyuruhnya untuk menekuk salah satu lututnya Oesman, 2015: 44. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Dokter memungut sesuatu di atas bantal. Ternyata rambut, sekitar
lima puluh helai Eva rontok Oesman, 2015: 45. Pusat penceritaan juga muncul ketika Eva diminta dokter Chaterine untuk
perencanaan BMP atau pengeboran dibagian tulang sumsum. pengeboran tersebut dibantu oleh dokter ahli bernama dr Abidin Widjanarko karena ruam merah kini
sudah berbentuk seperti sayap kupu-kupu. Hal ini dibuktikan dalam kutipan: 3
“Eva sudah matap BMP, ya?” tanya dr Chaterine. “Seratus persen, Dok.” Oesman, 2015: 109.
4 Eva menekuk tubuh sedikit lagi. Meringkuk, tulang punggung
melengkung Oesman, 2015: 110. 5
Dr Abidin Widjanarko masuk, menyapa ramah Eva. Dokter membuka kancing jubah Eva bagian belakang. Lantas mengoleskan cairan warna
ungu di kulit tulang belakang Oesman, 2015: 112. Pada tahun 1992 Eva di rawat di RSCM selama dua bulan dan wajah Eva
mengalami pembengkakan akibat banyak minum obat serta infus. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
6 Wajah Eva tembem, bengkak bundar seperti bulan, akibat kebanyakan
obat Oesman, 2015: 200. Kutipan di atas, menjadi pusat dan awal penceritaan tokoh utama Eva. Pusat
peceritaannya bermula saat tanda-tanda Lupus mulai muncul. Eva mengalami sakit berketerusan demam sampai dikira menderita sakit DBD dan tipus. Sampai
akhirnya Sugiarti membawa Eva berpindah-pindah dokter untuk mengetahui hasil yang benar dan Eva dinyatakan menderita Lupus.
b. Paling terlibat dengan konflik dan klimaks
Konflik dan klimaks terjadi saat Eva mengetahui dirinya sakit Lupus. Beberapa kali Eva sempat menyerah, tapi lambat laun ia mulai bisa menerima
kenyataan yang telah terjadi dalam dirinya, begitu juga dengan orang-orang disekitarnya juga mulai bisa menerima sebuah kenyataan. Hal ini dibuktikan
dalam kutipan: 7
Ma? Aku sakit apa? Kertas apa itu? Coba Eva liha. Sini...sini...” Eva mencerocos ingin tahu Oesman, 2015: 56.
8 “Mama...gimana, sih. Ini positif ini juga positif. Artinya apa?” “Bagus
apanya, Ma?”. “Trus Eva sait apaan?” “Kamu sait Lupus.” “Hahahaha... lucu amat. Sakit apaan tuh? Kayak nama bintang film.”
Oesman, 2015: 57.
Eva mulai menerima kenyataan yang terjadi dalam dirinya. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
9 Air mata Eva meleleh sendiri, mengucur. Dia duduk terpaku,
menengadahkan tangan di ruang sunyi-sepi itu Oesman, 2015: 64. 10
“ Ya Allah... usiaku tidak akan setua Mama...,” ucapnya. “Aku tidak sampai menikah dan punya anak seperti Mama.” “Mengapa Engkau
berikan penyakit ini padaku, Ya Allah... sedangkan aku tidak nakal...Aku menurut Mama-Papa, selaku wakil-
Mu di bumi.” “Tolonglah aku jalani hidup ini, Ya Allah... Berikan aku kekuatan.
Supaya bermanfaat buat Mama-Papa. Berikan aku kegembiraan. Aku berserah diri kepada-
Mu Ya Rabb...” Oesman, 2015: 65.
Sugiarti mulai menerima keaadaan Eva yang tidak boleh terlalu kecapekan da terlalu terpapar oleh sinar matahari langsung. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
11 Eva nampak gembira dijenguk sahabatnya. Lalu temannya bertanya
“Eh, Va... elu sakit apaan sih, Va?” “Gue sakit lupus” “ Ya udah. Alhamdulliah kau udah sembuh. Gara-
gara gue dateng „kali, elu langsung sembuh.” Oesman, 2015: 67.
12 “Lapangannya di luar atau di dalam gedung?” tanya Sugiarti, entah di
tunjukkan pada siapa. “ Wah Eva tidak boleh banyak kena sinar matahari.” Oesman, 2015: 70.
Kutipan di atas, menggambarkan saat Eva mengalami konflik. Ia merasa tidak terima dengan penyakitnya. Eva merasa tidak mampu dengan batas usianya yang
tidak lama lagi dan dia berdoa agar dimampukan menjalani kehidupannya dengan kuat dan dengan rasa bahagia.
Tokoh utama Eva mengalami klimaks. Kutipan di bawah ini menggambarkan klimaks yang dialami tokoh utama Eva. Pada awalnya Eva belum bisa menerima
keadaanya namun lambat laun dia mulai mensyukuri dan menikmati hari-harinya dengan penuh kegembiraan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
13 “Aku ngerti, Ma. Dulu, Mama pernah bilang, kalo disuntik jagan
gerak. Ntar jarumnya putus di dalam. Aku masih ingat, Ma... BMP sama saja. C
uma, ini jarum suntiknya bor.” Oesman, 2015: 107. 14
“Saya Eva Meliana Santi kelas satu satu. Ibu saya kemarin menghadap bapak kepala sekolah, minta dispensasi. Saya baru sembuh dari rumah
sakit. Kata dokter, saya dilarang kena matahari.” Oesman, 2015: 123.
15 Catatan harian Eva berjudul “31 HARI”, isinya begini: Ya Allah... aku
bersyukur ke hadirat-Mu yag maha suci. Hidupku bahagia. Mam- Papa, adik semua, menyayangiku. Kadang adik cemburu aku
diistimewakan Mama-Papa. Merekagak tahu, apa di pikiran Mama dan Papa berbuat bagitu Oesman, 2015: 140.
16 Catatan harian Eva berjudul “20 HARI”. Isinya begini: Di saat hariku
sudah tidak banyak, Ryan nembak aku. Dia katakan isi hatinya sepulang kami nonton bioskop. Aku senang baget. Tapi aku kasihan
dia juga. Sedih juga. Bagaimana kalo aku tiada? Oesman, 2015: 141.
17 Selesai salat Isya, Eva siap tidur. Detik-detik datangnya maut, dirasa
tak perlu ditunggu. Biarlah datang sendiri. Diamelafalkan doa sebelum tidur. Pasrah atas hidup dan mati kepada Sang Khalik Oesman, 2015:
168.
18 Catatan harian Eva berjudul “BONUS UMUR”: Alhamdulillah...
Allah memberiku kesempatan hidup. The Final Countdown untuk sementara belum terbukti.hitung mundur tetap saja berlangsung.
Cuman sekarang aku tidak tahu lagi, kapan berakhirnya. Umur manusia memang haya menjadi rahasia-Mu, Allah... Oesman, 2015:
168.
c. Paling banyak berkaitan dengan tokoh-tokoh lain
Tokoh utama Eva banyak berkaitan dengan tokoh-tokoh lain, diantaranya Ayah, Nanan. Hesti, Ryan, Wiwik, Dewi, Ninis, Faisal, Sri Pudjiastuti,
Sutono, dr Anton, dr Yudha, Rini, dr Prasetyo, Musinah, Pak Roto, dr Abidin, dr Abdullah, dr Zubairi, dr Chaterine, dan Kartika. Mereka merupakan tokoh-
tokoh yang mendukung tokoh utama. Hal ini dibuktikan dalam kutipan: 19
“Anak-anak... jika menghadapi soal seperti ini, jawablah yang paling dekat dengan kalimat soal. Dalam hal ini, pedagang asongan bergerak
setiap menit menggendong dagangan ke mana-mana. Jadi, jawaban benar adalah B,” tutur Bu. Guru Oesman, 2015: 10.
20 “Ya, bener Eva. Aku juga lihat,” timpalnya, sambil makan siomai juga
Oesman, 2015: 12. 21
“Eva curang... Ngambil contoh penjual gorengan, sih... Pake pikulan. Pantas bisa c
epat pindah” Oesman, 2015: 12. 22
Basket di bawah asuhan guru olahraga Pak Roto, Eva ditempatkan di posisi shooting guard, karena postur tinggi dibanding temannya
Oesman, 2015: 21. 23
Yudha mendatangi Eva. Diperiksa dengan stetoskop. Disenter rongga mulut, mata, dan telinga Oesman, 2015: 23.
24 Eva tersenyum, melambaikan pada si kanker pankreas. Rini membalas
lambaian Oesman, 2015: 40. 25
Nenek Musinah menggendong bayi Kiki di teras halaman, tersenyum riang Oesman, 2015: 70.
26 Faisal beranjak. Nasi yang sudah dia tuang ke piring, belum
dilengkapi lauk, dia tinggalkan. Dia pergi begitu saja, keluar rumah Oesman, 2015: 72.
27 Sewaktuguru-guru menyiapkan alat pengeras suara menyambut tamu,
Ninis dan Kartika baru tahu Eva ikut tanding. Mereka bangga pada Eva Oesman, 2015: 76.
28 Pemain Dewi Wulandari, posisi small forward, mendukung Eva dan
Yuni: “Kalo Eva dan Yuni semangat, kita bakalan menang, pak. Tadi kami kaget, karena meraka main tidak seperti biasanya,” tutr Dewi
Oesman, 2015: 80. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29 “Bener, Pak...” teriak dua pemain lain, Rita Syahrita dan Wiwik
Pangestu, bersama Oesman, 2015: 80. 30
Tim dokter yang menangani Eva masih mencari formula treatment yang tepat. Padahal, tidak main-main, tim terdiri dari para pakar
penyakit dalam, hematologi dan imunologi kenamaan Indonesia saat ini, yakni dr Abidin Widjanarko, dr Abdul Mutholib, dan dr Zubairi
Djoerban Oesman, 2015: 99.
31 Dokter Chaterine menjelaskan dengan sabar, “kalau keputusan besok,
pelaksaan BMP bisa lusa atau beberapa hari lagi Oesman, 2015: 103. 32
Kata Hesti. “Ayo Adik, ikut saya,” ujarnya pada Eva Oesman, 2015: 124.
33 “Hai... Eva, namaku Ryantori Ahmadi, panggilan Ryan, kelas 1.2.
Aku suka kamu pede mengadepi banyak orang Oesman, 2015: 132. 34
Lama-lama Eva ingin tahu nama lengkap cowok itu.Cuma, Eva tidak berani bertanya langsung pada orangnya. Melalui Hesti, dia tahu
namanya: Winantyo Adi Tamtomo Oesman, 2015: 187.
Berdasarkan kutipan di atas, menggambarkan tokoh utama Eva saling berkaitan dengan tokoh-tokoh lain. Eva banyak mendapat dukungan dari keluarga,
teman sekolah, sahabat, kekasih, dan dokter yang menangani penyakitnya. Mereka selalu menemani dan membantu Eva.
d. Membawakan moral dalam cerita
Tokoh utama Eva pada novel 728 Hari karya Djono W. Oesman terdapat moral yang dapat dipelajari oleh pembaca. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
35 Begini mungkin rasanya saat aku mati, pikir Eva. Roh melayang
ringan meninggalkan jasad di bumi. Melihat keluarga-kerabat-teman, menangisi di dekat jasad itu. lantas mereka mengiringi ke pemakaman
Oesman, 2015: 293.
36 Inti cinta itu adalah siap bergembira, dan siap berkorban, Eva. Kita
disatukan oleh cinta, maka dalam perjalanan hidup kita akan menemukan gembira dan berkorban. Kalau kita mau menerima
kegembiraan cinta, konseku ensinya kita juga harus mau berkorban,”
Oesman, 2015: 253. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kutipan di atas menunjukkan bahwa sesorang yang memiliki cinta akan ikhlas membantu apapun demi kebahagiaan orang lain.
Nilai moral yang juga tertuang dalam kutipan di bawah ini menunjukkan bahwa Eva memiliki nilai budi pekerti yang baik kepada Ibunya yang selama ini
merawat dan menjaga kesehatan Eva selama penyakitnya kambuh. 37
“Bahwa Eva sedih, karena menganggap Mama dan aku sedih menjagamu, itu pertanda Eva berbudi luhur. Tapi, Eva harus yakin,
apa yang dilakuka Mama dan aku semata-mata atas nama cinta Oesman, 2015: 256.
38 “Kalau ayam rela mati untuk anaknya, Mama malu meninggalkan
Eva,” ujar Sugiarti Oesman, 2015: 304. e.
Dalam konflik dan klimaks menjadi Sang pemenang Dalam cerita tokoh utama Eva mengalami konflik selanjutnya klimaks,
namun konflik yang dialaminya tidak membuatnya hancur dan menyerah. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
39 “Kalo aku mati, Mama yag nutupin mulutku, ya...,” ujar Eva,
menangis pecah Oesman, 2015: 43. 40
“Biarkan aku mati di rumah ini, Ma” ujarnya Oesman, 2015: 219. 41
“Mengapa Allah memberiku keaadaan begini, Ma?” “Mengapa tidak diambil saja nyawaku?” Oesman, 2015: 221.
Kutipan di atas, menggambarkan Eva mengalami konflik. Ia merasa tidak terima dengan penyakitnya. Eva merasa sudah lelah dan ingin menyerah
mengahadapi ujian dari Allah. Karena harus tranfusi darah untuk menggantikan sel darah merah yang terlalu cepat rusak.
Dalam cerita Eva mengalami klimaks. Kutipan di bawah ini menggambarkan klimaks yang dialami tokoh Eva. Hal ini dibuktikan saat Eva mulai menerima
keadaan dan lebih semangat untuk menjalani hidup. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
42 Eva berdoa, singkat, :Ya Allah... bantulah hamba-Mu ini. Hamba
ingin berguna bagi orang lain. Aamiin.” Oesman, 2015: 81. 43
Catatan harian Eva berjudul “10 HARI”: Allah... Engkau selalu memberikan tanda-tanda, sebelum segala sesuatu terjadi. Saat aku
pingsan, siang tadi, kukira hitung mundur tiba terlalu cepat. Ternyata itu tanda dari-Mu. Aku udah siap kembali pada-Mu, Ya Allah...
Bimbinglah aku kembali dalam kebaikan Oesman, 2015: 150.
44 Eva bangkit dari pembaringan. Seteguk-dua teguk-tiga teguk... air
masuk tenggorakkan. Pelan-pelan pusing reda. Dia gerakkan tubuh Oesman, 2015: 152.
45 Eva turun dari bed, berdiri, jalan. Semua mata mengamati, cara jalan
normal. Bu Astuti sekali lagi menawari Eva ke rumah sait, Eva menolak. Dia malah mengambil payung di dekat pintu. Siap jalan ke
kelas Oesman, 2015: 153.
46 “Aku ingin sehat, supaya aku bisa merawat Mama di hari tua Mama
nati,” ujar Eva Oesman, 2015: 222.
Berdasarkan kutipan 39 sampai 43 dapat disimpulkan bahwa pada awalnya Eva sudah menyerah dengan takdir kematiannya sewaktu-waktu. Akan tetapi
lambat laun Eva mulai ikhlas dengan usia yang diberikan Allah menerima kenyataan bahwa Lupus yang di deritanya tidak bisa disembuhkan melainkan
hanya bisa di obati dengan menjaga pola makan dan ketergantungan obat. Sampai Eva menjadi pemenang melewati perjalanan ujian hidupnya.
f. Didukung oleh frekuensi kemunculan
Tokoh utama dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman yaitu Eva Meliana Santi atau dipanggil Eva, karena tokoh ini menjadi sorotan utama
dala penceritaan keseluruhan novel. Penelusuran ini juga didasarkan pada intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membagun cerita dari
peristiwa awal hingga akhir cerita. Eva dalam novel ini digambarkan sebagai gadis yang menjadi primadona. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
47 Maka, hari-hari Eva penuh gerak. Baris-berbaris di lapangan utama
sekolah, main basket di lapangan basket outdoor. Dia merasa di sinilah indahnya sekolah Oesman, 2015: 20.
48 Lantas, dia buru-buru beranjak meningggalkan bangku, diiringi
ledekan cemburu teman- teman sekelas, “Cie...cieee... khusus anggota
pasukan, nih yee...” Oesman, 2015: 21.
Eva digambarkan sebagai gadis yang penuh percaya diri, memiliki cita-cita tinggi. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
49 Eva membuka payung. Menuruni tangga, masuk lapangan. Berjalan
tegap bagai ratu. Dia pilih berdiri terdepan di barisan ujung, kelas 1.1. Jadi seperti pemimpin barisan Oesman, 2015: 126.
Eva memiliki cita-cita yang tinggi yang menjadi semangatnya untuk belajar dengan giat. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
50 “Dulu, gue pengen jadi astronot.” Oesman, 2015: 148.
51 Konsentrasi belajar mengejar cita-cita jadi astronot. Dia kagum pada
Pratiwi Pujilestari Sudarmono, astronot kebanggaan Indonesia Oesman, 2015: 190.
Kutipan di atas, menunjukkan bahwa Eva dulunya memiliki cita-cita sangat tinggi untuk menjadi astronot wanita pertama di Indonesia seperti Pratiwi
Pujulestari Sudarmono, akan tetapi cita-citanya pudar dan hilang begitu saja karena dia menyadari hidupnya tidak bertahan lama.
Eva merubah cita-citanya menjadi seorang sekretaris. Hal ini dibuktika dala kutipan:
52 Awal Juni 1994 Eva lulus SMA. Hendak melanjutkan ke sekolah
tinggi sekretaris, batal karena jelang ujian masuk dia flare upalias kambuh lagi. Tapi, tidak sampai rawat inap Oesman, 2015: 215.
53 Juli 1995 baru dia masuk sekolah tinggi kejuruan. Mengambil
program diploma 3 jurusan sekretaris Oesman, 2015: 216. Kutipan di atas, menggambarkan jika Eva merubah cita-citanya yang
awalnya astronot berubah menjadi sekretaris karena dia berpikir bahwa untuk bisa menjadi sekretaris lebih mudah. Cukup rajin minum obat, menghindari matahari,
menghindari stress, rajin kontrol ke dokter intinya lebih mudah menjaga kesehatannya.
Eva memiliki sifat yang humoris. Hal ini dibuktikan dalam kutipan: 54
“Apaan nih? Emang gue monyet, dibawaain pisang?” ledek Eva, setelah mengintip isinya Oesman, 2015: 66.
55 Eva tertawa kecil. Dokter dan suster terheran. Lebih heran lagi, karena
Eva berkata begini: “Apa nggak bisa lebih lama lagi, Dok?” Semua tertawa Oesman, 2015: 109.
56 “Mama berburu darah, Dok,” jawab Eva “Hihihi...dracula „kan cowok,
Dok. Saya draculi „kali.‟Oesman, 2015: 200. 57
“Gue gak sedih, cuman nangis.” Oesman, 2015: 300. 58
“Udah kubilang, Mas... Mestinya aku kau biarkan jadi makhluk solitair betina.” Oesman, 2015: 281.
Berdasarkan kutipan di atas Eva memang seorang yang humoris dan mudah membuat orang yang berada di sekitarnya tak sungkan kepada Eva untuk sekedar
bercanda bersama. Eva digambarkan sebagai anak yang selalu mendengar nasihat. Hal ini
dibuktikan dalam kutipan: 59
“Ya, Dokter. Setiap diberi obat suster, langsung saya minum, kok.” “Gunakan hidupmu agar bermanfaat bagi orang lain. Jangan lupa
ibadah.” Oesman, 2015: 63. 60
Ya... ya... ya... Eva sudah menduga, Mama tahu banyak tentang lupus dari dokter rumah sakit tadi. Tapi, Mama tida tega menyampaikannya
Oesman, 2015: 70.
Eva digambarkan sebagai gadis yang cantik di waktu bersekolah tingkat SMA dulu. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
61 Wajah cantik. Mata indah. Ada polesan lipsticktipis di bibir, membuat
segar senyumannya. Kecantikan ini sudah dilihat Nanan saat MOS dulu. Waktu itu Eva masih imut-imut. Kini kecantikan gadis dewasa.
Jika tida sedang moonface begini, dia memang menarik dipandang Oesman, 2015: 242.
Eva termasuk seorang yang tabah untuk menjalani berbagai pemeriksaan atas anjuran dokter. Hal ini dibuktikan dalam kutipan:
62 Ternyata Eva tidak rewel, mendengar penjelasan Mama tentang
rencana BMP, besok Oesman, 2015: 106. 63
“Ga usah... Gak usah... Gak papa, Ma. Aku gak takut, kok. Yang penting aman. Penyakitku segera diketahui Oesman, 2015: 107.
64 Eva tentu tak melihat itu. dia hanya menduga-duga, dokter
memerintahkan sesuatu pada mahasiswa di sekitar. Dia terus berdoa, berserah diri kepada Tuhan Oesman, 2015: 114.
65 Eva tidak tega melihat Mama menangis. Dia berusaha tenang, supaya
Mama ikut tenang. Walaupun dia sangat takut. Dia berusaha memberanikan diri Oesman, 2015: 225.
Melihat keadaan yang semakin lama semakin memburuk Eva merasa sedih dan terpuruk dengan keadaannya yang sangat menyiksa. Hal ini dibuktikan dalam
kutipan: 66
Kadang dia sengaja tidak minum obat. Bosan minum obat segepok terus-menerus. Marah pada diri sendiri. Frustasi. Coba-coba berontak
dari ketergantungan obat. Kalau begitu, pasti badan melar, moonface lagi, kaki gajah, bercak merah di wajah, dan berbagai hal buruk bisa
terjadi Oesman, 2015: 215.
67 Eva merasa, tidak ada yang bisa dilakukan selain maju. Pilihan lain
adalah diam di rumah meratapi penyakit. Itu mirip saja dengan tergolek di ranjang rumah sakit yang sepi. Dunia bagai tak berputar,
diam sambil menunggu mati Oesman, 2015: 219.
68 Apa yang terjadi pada Eva? Dia lumpuh total. Sekali waktu mengeluh,
semua tulang sendi sakit. Menjerit-jerit menahan. Dia mengatakan, sakit di dalam dada dan perut masih bisa ditahan. Tapi sakit di tulang
lebih dahsyat Oesman, 2015: 220.
69 “Mengapa Allah memberiku keaadaan begini, Ma?” tanya Eva
Oesman, 2015: 221. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Eva Meliana Santi
atau dipanggil Eva adalah tokoh utama dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman. Tokoh Eva digambarkan mulai menyerah menghadapi Lupus yang ada
dalam tubuhnya. Ia merasa lelah, merasa tidak terima dengan keadaannya yang terus-menerus keluar masuk rumah sakit dan harus rajin minum obat. Eva
merupakan anak pertama dari empat bersaudara adiknya bernama Faisal, Toro, dan Kiki. Eva memiliki sifat yang humoris, tabah, cerdas, menyayangi keluarga
termasuk Sugiarti Ibunya yang selalu menemani disaat Eva sakit. Eva harus menghadapi sebuah tantangan hidup melawan Lupus yang menyebabkan
aktivitasnya selama hidup terganggu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kenyataan buruk harus dia terima karena hidupya divonis dokter hanya mencapai 728 Hari lagi. Tapi semangat untuk tetap bertahan hidup masih ada.
2. Tokoh Tambahan