Mengikonkan Yogyakarta Dagadu Djokdja : dari kaki lima menjadi retail 1994-004.
Perkembangan Kasongan menjadi sebuah desa wisata tidak lepas dari peran para pengajar Akademi Seni Rupa Indonesia ASRI serta tokoh pecinta
gerabah yang berasal dari luar Kasongan seperti Larasati Soeliantoro Soelaiman, Sapto Hudojo, Widayat, Narno. S, S. P. Gustami, M. Soehadji, Ponimin, dan A.
Zainuri.
3
Yogyakarta sebagai sebuah daerah kerajaan yang memiliki kraton, memiliki dua buah alun-alun yang terletak di utara kraton alun-alun lor dan
selatan kraton alun-alun kidul. Masing-masing alun-alun memiliki dua buah pohon beringin ditengahnya.
Gambar 9. Desain Masangin di Alun-alun Kidul
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Di alun-alun selatan terdapat sebuah permainan yang bernama masangin Gambar 9. Permainan ini dilakukan dengan cara berjalan melintas pohon
beringin dengan mata tertutup menggunakan kain. Banyak mitos yang berkembang dalam masyarakat Yogyakarta, jika seseorang dapat berjalan tepat di
tengah-tengah pohon beringin kembar dan mampu melewati dengan posisi lurus
3
Ibid., hlm. 13.
tanpa menabrak atau berbalik arah, maka orang tersebut akan mendapat berkah.
4
Salah satu keunikan dan kekhasan masangin ini adalah permainan ini tidak dapat ditemukan di alun-alun daerah lain, bahkan juga di alun-alun utara Yogyakarta.
Kraton Yogyakarta juga memiliki beragam jenis prajurit yang bertugas untuk menjaga kraton. Prajurit-prajurit tersebut antara lain lombok abang,
patangpuluh, bugis, surakarsa, nyutra, prawirotomo, dan jogokaryo. Masing- masing prajurit memiliki seragam dan keunikannya sendiri-sendiri. Misalnya
prajurit lombok abang yang khas dengan seragam merah dan topi merahnya serta prajurit patangpuluh dengan seragam luriknya
Gambar 10. Desain United Colours of Keraton
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Dalam desain united colors of keraton ini Gambar 10, Dagadu bermaksud menggambarkan keberagaman prajurit kraton. Keberagaman tersebut
ditunjukkan dengan gambar tiga orang prajurit yang mengenakan seragam yang berbeda-beda.
4
Wawancara dengan Sigit, pada tanggal 5 Januari 2015, di alun-alun selatan.
Dalam desain visit Yogya every year, visit Dagadu every day, Dagadu Djokdja menggabungkan ikon-ikon kota Yogyakarta dalam satu desain kaos
tersebut Gambar 11. Monjali, parangtritis, kraton, tugu dan malioboro dipilih sebagai ikon-ikon yang dianggap merepresentasikan kota Yogyakarta dalam dunia
pariwisata. Logo mata Dagadu juga diletakkan dalam desain tersebut, dengan maksud bahwa mulai tahun 1994 terdapat lagi satu ikon kota Yogyakarta, yakni
Dagadu Djokdja.
5
Gambar 11. Desain Visit Yogya Every Year, Visit Dagadu Every Day
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Stasiun Tugu Yogyakarta terletak di pusat kota Yogyakarta dan berada di sebelah utara kraton Yogyakarta. Pembangunan stasiun kereta api ini tidak lepas
dari peran badan usaha milik Belanda yakni SS De Staatsspoor en Tramwegen
5
Wawancara dengan Marsudi, 6 Januari 2015, di Kantor PT. Aseli Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul
yang bergerak di bidang kereta api.
6
Stasiun Tugu memiliki peran penting bagi Yogyakarta yakni pengubung dengan kota-kota lain di pulau Jawa. Oleh karena
itu, Dagadu membuat desain Stasiun Tugu dengan bertulisakan Spoor SS 1887. Maksud dari tulisan tersebut adalah Stasiun Tugu dibangun oleh SS pada tahun
1887 Gambar 12.
Gambar 12. Desain Spoor Station Toegoe Kidoel Stasiun Tugu
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Tugu Yogyakarta atau tugu golong-gilig
7
merupakan ikon yang melekat pada kota Yogyakarta. Tugu Yogyakarta dibangun pada tahun 1755 oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono I bersamaan dengan dibangunnya Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat. Tugu Yogyakarta memiliki nilai simbolis dan
merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Yogyakarta dan gunung Merapi. Tugu ini menggambarkan Manunggaling
Kawula Gusti yang berarti semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk
6
Deaz Prabowo , Recharduz, “Sejarah dan Perkembangan Stasiun Kereta Api
Tugu di Yogyakarta 1887-1930 ”. Skripsi, USD, Yogyakarta, 2013. Hlm. 49.
7
Sebelum dinamakan Tugu Yogyakarta, tugu ini diberi nama tugu golong-gilig. Golong
berarti berbentuk bulat, sementara gilig berbentuk tabung silinder sehingga dinamakan tugu golong-gilig.
melawan penjajah.
8
Dalam „pusing tugu keliling‟ merupakan plesetan dari kalimat „pusing tujuh keliling‟. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan Tugu Yogyakarta
sebagai ikon kota Yogyakarta dengan bahasa plesetan yang sederhana Gambar 13.
Gambar 13. Desain Pusing Tugu Keliling
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Andong merupakan salah satu transportasi tradisional yang memanfaatkan tenaga kuda sebagai penggeraknya. Karena kekhasannya tersebut andong tetap
dipertahankan untuk beroperasi di kota Yogyakarta khususnya di kawasan Malioboro. Selain menampilkan andong dalam gambar desainnya, Dagadu juga
menyelipkan pesan yakni „antri dong‟. Dalam pesan tersebut menggambarkan bahwa untuk menaiki andong harus antri terlebih dahulu mengingat jumlah
andong yang terbatas Gambar 14.
8
www.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 6 Januari 2015.
Gambar 14. Desain Andong Yogya
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Malioboro merupakan ikon wisata belanja Yogyakarta. Pada siang hari di sepanjang jalan ini berjejer para pedagang kaki lima yang menjajakan
dagangannya mulai dari pernak-pernik sampai makanan oleh-oleh khas Yogyakarta. Sementara itu, ketika malam hari para pedagang kaki lima lebih
banyak didominasi oleh penjual makanan seperti ayam goreng, pecel lele dan gudeg. Oleh karena aktivitas perekonomiannya dari pagi sampai malam hari,
maka Dagadu
mengikonkan malioboro
dalam sebuah
desain yang
menggambarkan malioboro siang ok, malam ok Gambar 15.
Gambar 15. Desain Malioboro siang ok malam ok
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Bakpia merupakan salah satu makanan khas Yogyakarta yang terbuat dari campuran kacang hijau dengan gula yang dibungkus dengan tepung lalu
dipanggang. Sentra pembuatan bakpia dapat ditemui kawasan di Jalan Aipda K. S. Tubun yang ada di kawasan Pathuk, Ngampilan. Bakpia Pathuk menjadi ikon bagi
kota Yogyakarta karena di sepanjang jalan ini dapat dengan mudah ditemui sentra pembuatan bakpia Gambar 16.
Gambar 16. Desain Bakpia Coffee
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Selain bakpia Pathuk, salah satu ikon makanan khas Yogyakarta lainnya adalah Gudeg. Gudeg terbuat dari buah nangka muda yang dimasak dengan
santan. Gudeg Yogyakarta yang terkenal banyak terdapat di daerah Wijilan dan Mbarek.
Dalam desain waiting for gudeg tersebut, Dagadu menggambarkan seorang yang mengenakan surjan dan blangkon sedang menyantap gudeg
Gambar 17. Melalui desain ini, Dagadu Djokdja ingin menggambarkan lokalitas orang Jawa yang mengenakan surjan dan blangkon. Gambar tersebut ditambah
dengan tulisan waiting for gudeg yang dimaksudkan untuk memberi himbauan agar sabar dalam mendapatkan gudeg, karena biasanya butuh waktu untuk
mendapatkannya.
9
Gambar 17. Desain Waiting for Gudeg
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagdu Djokdja
Selain ikon yang sudah terkenal, Dagadu Djokdja juga membantu mempromosikan ikon-ikon yang belum terkenal yang tergabung dalam desain
bertema kuliner seperti kopi joss, wedang ronde, kipo-kopi, dan sate Imogiri. Desain bertema kuliner ini bermaksud untuk mempromosikan makanan-makanan
yang belum popular, kemudian divisualisasikan dalam sebuah desain kaos.
9
Wawancara dengan Marsudi, 6 Januari 2015, di Kantor PT. Aseli Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul.
Kopi joss merupakan salah satu ikon baru bagi Yogyakarta. Kopi joss merupakan minuman kopi hitam yang dicampur dengan arang yang masih
menyala. Kopi ini banyak dijual di sebelah utara Stasiun Tugu. Kekhasan dari kopi inilah yang mengundang banyak wisatawan untuk datang dan mencoba kopi
ini Gambar 18.
Gambar 18. Desain Kopi Joss
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Desain rondevous merupakan visualisasi dari wedang ronde yang banyak ditemui di sekitaran alun-alun selatan maupun di jalanan Kota Yogyakarta. Dalam
desain rondevous digambarkan semangkuk wedang ronde dengan dua bola-bola ketan Gambar 19. Selain bola ketan, wedang ronde juga berisi potongan roti
tawar, kolang-kaling, potongan agar-agar, dan kacang tanah. Walaupun tidak khas dari Yogyakarta, tetapi minuman ini sudah menjadi juga menjadi ikon baru bagi
masyarakat Kota Yogyakarta.
Gambar 19. Desain Rondevous
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Salah satu desain bertema kuliner yang lain adalah desain kipo-kopi Gambar 20. Desain ini menggambarkan salah satu makanan khas dari Kotagede
yakni kipo. Kipo merupakan makanan berbahan dasar adonan tepung beras ketan yang diberi warna hijau yang berisi daun pandan. Sementara untuk isinya ialah
parutan kelapa dan adonan gula jawa. Sajian kipo sangat cocok jika disantap sambil minum kopi.
Gambar 20. Desain Kipo-kopi
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Dalam desain Sate Djokdja, digambarkan urutan seseorang memakan sate Gambar 21. Di Yogyakarta banyak ditemui penjual sate ayam, sate kambing,
dan sate klathak. Sate kambing dan sate klathak merupakan salah satu makanan yang mudah ditemui di sepanjang Jalan Imogiri. Oleh karena itu, Dagadu Djokdja
memvisualisasikan Sate Djokdja dengan mengikonkan Jalan Imogiri sebagai sentra industri sate.
Gambar 21. Desain Sate Djokdja
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja.
Berdasar desain-desain tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan Dagadu konsisten untuk mengikonkan Yogyakarta dalam setiap desainnya. Selain
desain-desain yang sudah diuraikan diatas, Dagadu Djokdja juga memproduksi kaos Oblong Pedia Oped yang khusus yang menggambarkan heritage tempat
bersejarah, toponim nama-nama jalan dan kampung di Yogyakarta, dan pewayangan. Kaos Oped di desain hanya dalam dua warna yakni hitam dan putih,
hal ini bertujuan agar unsur historis dari kaos tersebut lebih nyata.
10
Dalam setiap
10
Wawancara dengan Marsudi, 24 Juni 2014, di Kantor PT. Aseli Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul
desain Oped, disertai deskripsi dari gambar desain kaos yang melibatkan seorang copywriter
dalam menulis deskripsi obyek desain tersebut. Dalam penulisan deskripsi tersebut, copywriter melakukan riset atas objek yang hendak ditulisnya.
Riset dilakukan dengan membaca buku sejarah, pencarian sumber di internet, dan wawancara dengan abdi dalem kraton.
11
Salah satu desain toponim Oped ialah Patangpuluhan. Patangpuluhan adalah nama kampung yang letaknya 2 km arah barat kraton. Kampung ini
awalnya merupakan tempat tinggal prajurit patangpuluh. Penamaan prajurit patangpuluh
ini karena jumlah pasukannya sebanyak 40 orang. Jumlah itu kemudian berkembang menjadi 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat
sersan, 72 prajurit bersenjata bedil pistol, dan 1 pembawa bendera panji-panji.
12
Gambar 22. Desain Patangpuluhan Toponim
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja.
Pada desain patangpuluhan digambarkan seorang prajurit bregada patangpuluh
mengenakan seragam berupa jas dengan baju dalam putih, penutup
11
Wawancara dengan Bima Surya, 7 Januari 2015, di Kantor PT. Aseli Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
12
Arsip copywriter PT. Aseli Dagadu Djokdja.
kepala songkok
dan sepatu
laras panjang
Gambar 22.
Dalam perkembangannya, kampung patangpuluhan sudah tidak menjadi tempat tinggal
para prajurit, akan tetapi sudah penuh dengan rumah-rumah penduduk. Salah satu contoh desain heritage ialah Taman Sari Gambar 23. Taman
Sari atau water castle merupakan salah satu tempat rekreasi berbentuk kompleks permandian keluarga kraton yang dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan
Hamengku Buwana I. Letak bangunan Taman Sari berada di sebelah selatan kraton Yogyakarta. Kompleks Taman Sari ini terdiri dari umbul sari untuk
permandian Sultan, permaisuri, dan selir-selir serta umbul muncar untuk permandian puta-putri dan para sentana. Salah satu bagian yang terkenal ialah
sumur gemuling. Bangunan sumur gemuling ini merupakan bangunan masjid
bawah air yang terdiri dari dua lantai berbentuk melingkar. Bangunan ini berupa sebuah sumur besar dengan yang dindingnya dibuat berongga dan bertingkat.
Bangunan sumur gemuling ini juga sering dijadikan tempat untuk bersembhayang, hal ini dibuktikan dengan adanya mihrab untuk imam.
13
13
Yoki Imam Subhekti, “Perkembangan Taman Sari sebagai Kawasan Konservasi
dan Pariwisata Kota Yogyakarta”. Skripsi, Undip. Yogyakarta, 2005, hlm. 47.
Gambar 23. Desain Taman Sari Heritage
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
Salah satu contoh desain pewayangan adalah desain Punokawan Gambar 24. Punokawan merupakan tokoh pewayangan yang tidak ada dalam kisah klasik
Mahabharata dan Ramayana versi asli dari India. Sosok Punokawan yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong hadir sebagai representasi rakyat kecil,
pelayan, pembantu, atau bawahan yang setia tanpa pamrih dalam mengabdi kepada majikannya.
14
Gambar 24. Desain Punokawan pewayangan
Sumber: Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja
14
Arsip copywriter PT. Aseli Dagadu Djokdja.