Latar Belakang Dagadu Djokdja : dari kaki lima menjadi retail 1994-004.

penting mengingat keterbatasan modal yang ada. Ketiga, kaos oblong merupakan media yangs sangat fleksibel untuk mengungkapkan gagasan maupun ide. 4 Kaos Dagadu Djokdja memiliki berbagai keunikan yang berbeda dengan produk kaos lainnya. Perbedaannya, desain kaos Dagadu lebih menekankan aspek desain grafis yang menggabungkan unsur budaya lokal, kedaerahan, humor, dan plesetan . 5 Desain tersebut bercerita mengenai kehidupan sehari-hari, kultur masyarakat termasuk bahasa yang diwujudkan dalam kata-kata dan gambar. 6 Selain desain yang berbeda dengan produk kaos lainnya, konsep berdagang Dagadu Djokdja berbeda dengan produk kaos lainnya. Jika produk kaos oblong lainnya hanya dipasarkan di pasar ataupun pinggiran toko, kaos Dagadu Djokdja berani memasarkan produknya di mall. Hal ini dikarenakan perusahaan dagadu pada awalnya lebih berorientasi pada ide, minat, dan bakat daripada motif ekonomi. Berdasarkan uraian tersebut, dinamika Dagadu Djokdja menarik untuk diteliti karena berbeda dengan industri kreatif lainnya seperti tempat berjualan, desain serta konsepnya. 4 Wawancara dengan A.Noor Arif, 21 Februari 2014, di Kantor PT. Aseli Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul. 5 Sumbo Tinarbuko, “Semiotika Desain Oblong Dagadu Djokdja”, dalam Jurnal Ilmu Komunikasi, UAJY, volume 3, nomor 1, Juni 2006. 6 Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, tahun 2002, hlm. 1.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, permasalahan yang dibahas yakni dinamika Dagadu Djokdja di tengah-tengah industri kreatif yang semakin berkembang di Yogyakarta. Ada dua pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini yakni bagaimana proses Dagadu Djokdja didirikan dan apa peran Dagadu Djokdja bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dan bagi kehidupan sebagian masyarakat Yogyakarta.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Batasan penelitian ini yakni tahun 1994-2004. Tahun 1994, dipilih sebagai batasan awal karena pada tahun tersebut merupakan tahun pendirian Dagadu Djokdja sebagai sebuah industri kreatif dengan desain-desain yang masih sederhana dan tidak bertema khusus. Tahun 2004 dipilih sebagai batas akhir waktu penelitian karena pada tahun tersebut Dagadu Djokdja mengeluarkan desain-desain bertemakan pemilu. Hal ini berkaitan dengan diselenggarakannya pemilihan umum di Indonesia. Sementara itu, Yogyakarta dipilih sebagai batasan tempat penelitian karena Dagadu Djokdja lahir di Kota Yogyakarta dan hanya ada di Kota Yogyakarta. Dengan demikian dalam waktu 10 tahun dapat dilihat perubahan- perubahan yang terjadi di perusahaan yang ditunjukkan dalam desain dan manajemennya.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki 3 tujuan. Pertama menjelaskan pendirian Dagadu Djokdja sebagai sebuah industri kreatif. Kedua, menjelaskan peran Dagadu Djokdja dalam mengikonkan kota Yogyakarta. Ketiga, menjelaskan kontribusi ekonomi Dagadu Djokdja bagi pemerintah Kota Yogyakarta dan kelompok masyarakat kecil.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi banyak manfaat. Pertama, bagi Ilmu Sejarah penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang sejarah perusahaan. Kedua, bagi Dagadu Djokdja, diharapkan penelitian ini dapat menjadi company profile bagi perusahaan. Ketiga, bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dan lembaga yang terkait, penelitian ini diharapkan dapat menggugah semangat pemerintah untuk lebih memperhatikan dan membina industri kreatif. Keempat, bagi masyarakat luas, penelitian ini diharapkan mendatangkan wisatawan ke Yogyakarta. Kelima, bagi industri kreatif lainnya, diharapkan penelitian ini dapat memberi inspirasi untuk mengembangkan industri kreatif lainnya.

E. Kerangka Berpikir

Menurut Kementerian Perdagangan RI, ekonomi kreatif berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan, bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu. Pemerintah telah mengidentifikasi ada 14 sektor yang termasuk ekonomi kreatif yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fashion, film, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, radio dan televisi, serta riset dan pengembangan. 7 Menurut Dr. Mari Elka Pangestu dalam Konvensi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 8 , setidaknya ada 6 hal mengapa Industri Kreatif perlu dikembangkan di Indonesia, yakni memberikan kontribusi Ekonomi yang signifikan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, berbasis kepada sumber daya yang terbarukan, menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa dan memberikan dampak sosial yang positif Dagadu Djokdja sebagai sebuah perusahaan yang memproduksi fashion dan desain juga memenuhi kriteria ekonomi kreatif menurut Kementerian 7 www.kemendag.go.id. Diakses tanggal 29 Januari 2015. 8 Dr. Mari Elka Pangestu, “Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025”, Pidato sambutan dalam Konvensi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 yang diselenggarakan pada Pekan Produk Budaya Indonesia 2008 pada tanggal 4-8 Juni 2008.