penting mengingat keterbatasan modal yang ada. Ketiga, kaos oblong merupakan media yangs sangat fleksibel untuk mengungkapkan gagasan maupun ide.
4
Kaos  Dagadu  Djokdja  memiliki  berbagai  keunikan  yang  berbeda  dengan produk kaos lainnya. Perbedaannya, desain kaos Dagadu lebih menekankan aspek
desain  grafis  yang menggabungkan unsur  budaya  lokal, kedaerahan, humor, dan plesetan
.
5
Desain  tersebut  bercerita  mengenai  kehidupan  sehari-hari,  kultur masyarakat  termasuk  bahasa  yang  diwujudkan  dalam  kata-kata  dan  gambar.
6
Selain  desain  yang  berbeda  dengan  produk  kaos  lainnya,  konsep  berdagang Dagadu  Djokdja  berbeda  dengan  produk  kaos  lainnya.  Jika  produk  kaos  oblong
lainnya hanya dipasarkan di pasar ataupun pinggiran toko, kaos Dagadu Djokdja berani  memasarkan  produknya  di  mall.  Hal  ini  dikarenakan  perusahaan  dagadu
pada  awalnya  lebih  berorientasi  pada  ide,  minat,  dan  bakat  daripada  motif ekonomi.
Berdasarkan  uraian  tersebut,  dinamika  Dagadu  Djokdja  menarik  untuk diteliti  karena  berbeda  dengan  industri  kreatif  lainnya  seperti  tempat  berjualan,
desain serta konsepnya.
4
Wawancara  dengan    A.Noor  Arif,    21  Februari  2014,  di  Kantor  PT.  Aseli Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul.
5
Sumbo Tinarbuko, “Semiotika Desain Oblong Dagadu Djokdja”, dalam Jurnal Ilmu Komunikasi, UAJY, volume 3, nomor 1, Juni 2006.
6
Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, tahun 2002, hlm. 1.
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Permasalahan
Berdasarkan  latar  belakang  permasalahan  tersebut,  permasalahan  yang dibahas  yakni  dinamika  Dagadu  Djokdja  di  tengah-tengah  industri  kreatif  yang
semakin  berkembang  di  Yogyakarta.  Ada  dua  pertanyaan  yang  diajukan  dalam penelitian  ini  yakni  bagaimana  proses  Dagadu  Djokdja  didirikan  dan  apa  peran
Dagadu Djokdja bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dan bagi kehidupan sebagian masyarakat Yogyakarta.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Batasan penelitian ini yakni tahun 1994-2004. Tahun 1994, dipilih sebagai batasan  awal  karena  pada  tahun  tersebut  merupakan  tahun  pendirian  Dagadu
Djokdja  sebagai  sebuah  industri  kreatif  dengan  desain-desain  yang  masih sederhana  dan  tidak  bertema  khusus.  Tahun  2004  dipilih  sebagai  batas  akhir
waktu  penelitian  karena  pada  tahun  tersebut  Dagadu  Djokdja  mengeluarkan desain-desain  bertemakan  pemilu.  Hal  ini  berkaitan  dengan  diselenggarakannya
pemilihan umum di Indonesia. Sementara itu, Yogyakarta dipilih sebagai batasan tempat penelitian karena Dagadu Djokdja lahir di Kota Yogyakarta dan hanya ada
di Kota Yogyakarta. Dengan  demikian  dalam  waktu  10  tahun  dapat  dilihat  perubahan-
perubahan  yang  terjadi  di  perusahaan  yang  ditunjukkan  dalam  desain  dan manajemennya.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian  ini  memiliki  3  tujuan.  Pertama  menjelaskan  pendirian  Dagadu Djokdja  sebagai  sebuah  industri  kreatif.  Kedua,  menjelaskan  peran  Dagadu
Djokdja  dalam  mengikonkan  kota  Yogyakarta.  Ketiga,  menjelaskan  kontribusi ekonomi  Dagadu  Djokdja  bagi  pemerintah  Kota  Yogyakarta    dan  kelompok
masyarakat kecil.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian  ini  diharapkan  memberi  banyak  manfaat.  Pertama,  bagi  Ilmu Sejarah  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memperkaya  kajian  tentang  sejarah
perusahaan.  Kedua,  bagi  Dagadu  Djokdja,  diharapkan  penelitian  ini  dapat menjadi  company  profile  bagi  perusahaan.  Ketiga,  bagi  Pemerintah  Kota
Yogyakarta dan lembaga yang terkait, penelitian ini diharapkan dapat menggugah semangat  pemerintah  untuk  lebih  memperhatikan  dan  membina  industri  kreatif.
Keempat,  bagi  masyarakat  luas,  penelitian  ini  diharapkan  mendatangkan wisatawan  ke  Yogyakarta.  Kelima,  bagi  industri  kreatif  lainnya,  diharapkan
penelitian  ini  dapat  memberi  inspirasi  untuk  mengembangkan  industri  kreatif lainnya.
E. Kerangka Berpikir
Menurut  Kementerian  Perdagangan  RI,  ekonomi  kreatif  berasal  dari pemanfaatan  kreativitas,  ketrampilan,  bakat  individu  untuk  menciptakan
kesejahteraan dan lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan  daya kreasi  dan  daya  cipta  individu.  Pemerintah  telah  mengidentifikasi  ada  14  sektor
yang  termasuk  ekonomi  kreatif  yaitu  periklanan,  arsitektur,  pasar  barang  seni, kerajinan,  desain,  fashion,  film,  permainan  interaktif,  musik,  seni  pertunjukan,
penerbitan  dan  percetakan,    layanan  komputer  dan  piranti  lunak,  radio  dan televisi, serta riset dan pengembangan.
7
Menurut  Dr.  Mari  Elka  Pangestu  dalam  Konvensi  Pengembangan Ekonomi  Kreatif  2009-2015
8
,  setidaknya  ada  6  hal  mengapa  Industri  Kreatif perlu  dikembangkan  di  Indonesia,  yakni  memberikan  kontribusi  Ekonomi  yang
signifikan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, berbasis kepada  sumber daya  yang terbarukan, menciptakan inovasi  dan
kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa dan memberikan dampak sosial yang positif
Dagadu  Djokdja  sebagai  sebuah  perusahaan  yang  memproduksi  fashion dan  desain  juga  memenuhi  kriteria  ekonomi  kreatif  menurut  Kementerian
7
www.kemendag.go.id. Diakses tanggal 29 Januari 2015.
8
Dr.  Mari  Elka  Pangestu, “Pengembangan  Ekonomi  Kreatif  Indonesia  2025”, Pidato  sambutan  dalam  Konvensi  Pengembangan  Ekonomi  Kreatif    2009-2015  yang
diselenggarakan  pada  Pekan  Produk  Budaya  Indonesia  2008  pada  tanggal  4-8  Juni 2008.