Sistematika Penulisan Dagadu Djokdja : dari kaki lima menjadi retail 1994-004.
kerajinan peraknya, serta desa wisata Krebet yang terkenal dengan kerajinan wayang kulitnya.
Fasilitas pendukung wisata lainnya adalah ketersediaan hotel di Yogyakarta, mulai dari hotel kelas melati sampai hotel berbintang. Hotel
berbintang yang ada di Yogyakarta diantaranya hotel Ambarrukmo, hotel Garuda, hotel Melia Purosani, hotel Ibis, dan hotel Novotel. Sementara itu, hotel kelas
melati antara lain hotel Pantes, hotel Kurnia, hotel Oeyza, hotel Kristina dan penginapan Pugeran yang banyak dijumpai di daerah Sosrowijayan dan
Prawirotaman. Selain hal itu, Yogyakarta menyediakan berbagai cinderamata yang dapat
diperoleh diberbagai tempat seperti Malioboro. Malioboro adalah pusat kota Yogyakarta yang sekaligus menjadi pusat perekonomian. Di sepanjang trotoar
Jalan Malioboro banyak para pedagang kaki lima
1
yang menjual cinderamata khas Yogyakarta seperti tas, sepatu, dompet, gambar tempel, gantungan kunci, gerabah,
wayang kulit, batik dan kaos oblong. Pada tahun 1990-an kaos oblong sebagai cinderamata merupakan hal baru
jika dibandingkan dengan gerabah, wayang maupun keramik. Selain itu, kaos oblong menjadi sarana untuk membawa pesan yang dapat dibaca dan
diinterpretasikan oleh para pembacanya. Kaos dapat mengkomunikasikan berbagai lokasi diantaranya kaos yang menunjukkan tempat wisata seperti
1
Pedagang kaki lima ialah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang melakukan kegiatan komersial di atas daerah milik jalan DMJ yang diperuntukkan bagi
pejalan kaki. Penyebutan kaki lima adalah mereka yang yang berjualan dengan menggunakan
gerobak sehingga
jumlah kaki
pedagangnya lima.
Lihat: http:arsip.ugm.ac.id
. Diakses tanggal 23 Maret 2015.
Borobudur, Prambanan, Bali dan Yogyakarta. Kaos yang mengkomunikasikan bisnis seperti desain dengan gambar dan tulisan produk Coca-Cola, Pepsi,
Yamaha, Suzuki, dan Honda. Kaos yang menunjukan institusi seperti UGM, USD, UAJY, UAD dan UMY. Kaos yang mengkomunikasikan kelompok seperti
Slemania pendukung klub sepakbola PSS Sleman dan Brajamusti pendukung klub sepakbola PSIM Yogyakarta.
Selain faktor utama tersebut, pendirian Dagadu Djokdja juga tidak lepas dari pertumbuhan industri kaos yang berkembang di Bali dan Bandung. Pada
tahun 1990-an di daerah-daerah tersebut berdiri perusahaan kaos C59 dan Joger.
2
Selain di 2 tempat tersebut, pada tahun 1992 di Yogyakarta berdiri perusahaan kaos Jaran Ethnic yang didirikan sejumlah mahasiswa UGM di Condong Catur,
Depok, Sleman. Pada awalnya, usaha ini didirikan dengan tujuan untuk mencari uang tambahan kuliah. Desain utama yang dijual adalah desain yang
menggambarkan etnik, klasik dan lama. Dari desain tersebut, industri ini berhasil berkembang menjadi sebuah industri kaos yang tidak hanya sekedar mencari uang
tambahan kuliah, melainkan sebuah usaha yang berorientasi pada keuntungan. Berdirinya perusahaan kaos Jaran Ethnic mendorong pertumbuhan perusahaan
kaos lain di Yogyakarta. Pertumbuhan ini ditandai dengan berdirinya perusahaan kaos lain di Yogyakarta yakni Sarapan, Gojek, Megatruh, WTO, Galang,
Malioboroblong, Jangkrik, Waton T-Shirt, Iwak Bandeng, Dadung, dan Dagadu Djokdja.
2
“Kaus Cerdas, Kaus Khas” www.indomedia.comintisari
. Diakses tanggal 12
Maret 2014.