Metode Penelitian Dagadu Djokdja : dari kaki lima menjadi retail 1994-004.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan ini ditulis dalam lima Bab. Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berpikir, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Dalam Bab II dibahas pendirian Dagadu Djokdja sebagai industri kreatif. Pada Bab ini dibahas mengenai latar belakang pendirian Dagadu Djokdja, tujuan pendirian serta proses pendirian sebagai perusahaan. Dalam Bab III dibahas perkembangan Dagadu Djokdja dalam kurun waktu 1994-2004. Pada Bab ini dibahas perkembangan perusahaan yang dibagi dalam 2 periode yakni perkembangan awal 1994-1998 dan perkembangan masa reformasi 1999-2004. Pada Bab ini dibahas pula mengenai proses rekruitmen tenaga kerja, pengupahan, serta upaya menghadapi pemalsuan produk. Dalam Bab IV di bahas peran PT. Aseli Dagadu Djokdja bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dan kehidupan masyarakat Kota Yogyakarta. Kontribusi Dagadu Djokdja bagi pemerintah Kota Yogyakarta antara lain lewat Pendapatan Asli Daerah, dan mengikonkan Yogyakarta. Sementara itu, peran Dagadu Djokdja bagi masyarakat Kota Yogyakarta terutama dalam bidang ekonomi adalah menambah penghasilan bagi kelompok masyarakat kelas bawah seperti tukang becak, sopir, dan kusir andong. Dalam Bab V berisi simpulan yakni jawaban terhadap permasalahan yang disampaikan dalam Bab pengantar. 13 BAB II PENDIRIAN DAGADU DJOKDJA

A. Latar Belakang Pendirian

Faktor utama yang mendorong pendirian Dagadu Djokdja ialah kota Yogyakarta sebagai kota pariwisata. Yogyakarta sebagai kota pariwisata memiliki fasilitas pendukung seperti sarana dan prasarana transportasi yakni Bandara Adi Sutjipto, Stasiun Kereta Api Tugu, Stasiun Kereta Api Lempuyangan, dan Terminal Giwangan. Selain sarana dan prasarana itu, Yogyakarta memiliki objek wisata seperti pantai, pegunungan, kebun binatang, museum, desa wisata, keraton, candi, dan Jalan Malioboro. Objek wisata pantai di Yogyakarta diantaranya pantai Congot, Parangtritis, Glagah, Kukup, Krakal, Baron, Sundak, Samas, Pandansimo, dan Siung. Wisata alam berupa Gunung Merapi dan sekitarnya yakni Kaliurang dan Kali Kuning. Selain itu, Kebun Binatang Gembiraloka yang memiliki berbagai macam satwa. Objek wisata lainnya yakni museum yang jumlahnya 47, diantaranya museum Sasana Wiratama, museum Kereta Kraton, museum Dharma Wanita, museum Perjuangan, museum Sono Budoyo, museum Biologi, dan museum Ullen Sentalu. Selain museum, juga terdapat candi yang ramai dikunjungi yakni candi Prambanan, candi Ijo, candi Gebang, candi Sambisari, dan candi Kalasan. Ada pula desa yang menjadi objek wisata yakni desa wisata Kasongan yang terkenal dengan keramik dan gerabahnya. Desa wisata Kotagede yang terkenal dengan kerajinan peraknya, serta desa wisata Krebet yang terkenal dengan kerajinan wayang kulitnya. Fasilitas pendukung wisata lainnya adalah ketersediaan hotel di Yogyakarta, mulai dari hotel kelas melati sampai hotel berbintang. Hotel berbintang yang ada di Yogyakarta diantaranya hotel Ambarrukmo, hotel Garuda, hotel Melia Purosani, hotel Ibis, dan hotel Novotel. Sementara itu, hotel kelas melati antara lain hotel Pantes, hotel Kurnia, hotel Oeyza, hotel Kristina dan penginapan Pugeran yang banyak dijumpai di daerah Sosrowijayan dan Prawirotaman. Selain hal itu, Yogyakarta menyediakan berbagai cinderamata yang dapat diperoleh diberbagai tempat seperti Malioboro. Malioboro adalah pusat kota Yogyakarta yang sekaligus menjadi pusat perekonomian. Di sepanjang trotoar Jalan Malioboro banyak para pedagang kaki lima 1 yang menjual cinderamata khas Yogyakarta seperti tas, sepatu, dompet, gambar tempel, gantungan kunci, gerabah, wayang kulit, batik dan kaos oblong. Pada tahun 1990-an kaos oblong sebagai cinderamata merupakan hal baru jika dibandingkan dengan gerabah, wayang maupun keramik. Selain itu, kaos oblong menjadi sarana untuk membawa pesan yang dapat dibaca dan diinterpretasikan oleh para pembacanya. Kaos dapat mengkomunikasikan berbagai lokasi diantaranya kaos yang menunjukkan tempat wisata seperti 1 Pedagang kaki lima ialah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang melakukan kegiatan komersial di atas daerah milik jalan DMJ yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Penyebutan kaki lima adalah mereka yang yang berjualan dengan menggunakan gerobak sehingga jumlah kaki pedagangnya lima. Lihat: http:arsip.ugm.ac.id . Diakses tanggal 23 Maret 2015.